JNEWS – Dire wolf pernah jadi salah satu predator paling ditakuti di Amerika Utara ribuan tahun lalu. Wujudnya mirip serigala modern, tapi lebih besar, lebih kuat, dan punya gigi yang bisa menghancurkan tulang. Banyak orang mengenalnya lewat cerita fiksi, tapi faktanya hewan ini benar-benar pernah ada di dunia nyata.
Belakangan, nama dire wolf kembali ramai dibicarakan dengan menyebarnya kabar mengejutkan dari dunia sains. Beberapa ilmuwan mengklaim telah berhasil menciptakan kembali makhluk purba ini lewat teknologi genetika mutakhir.
Jadi, apakah predator terganas ini telah benar-benar hidup kembali?
Fakta dan Sejarah Dire Wolf
Dire wolf adalah salah satu predator paling mengesankan yang pernah hidup di Bumi. Hewan ini sudah punah, tapi dulunya berkeliaran di Amerika Utara selama ribuan tahun.
Mereka hidup di zaman es, bersama dengan mamut, kuda liar, dan bison. Kalau dilihat dari ukurannya, jenis serigala ini jauh lebih besar dari serigala biasa. Tubuhnya berotot, rahangnya kuat, dan giginya dirancang untuk menggigit sampai ke tulang.
Berat seekornya bisa mencapai 70 kilogram. Itu hampir seukuran anjing mastiff zaman sekarang. Tapi yang bikin dia istimewa bukan cuma besar badannya. Mereka juga diduga hidup dan berburu secara berkelompok.
Jadi, bayangkan sekumpulan serigala besar, berburu bareng, mengejar mangsa besar seperti bison atau kuda liar. Mereka memang bukan tipe predator penyendiri.
Fosil dire wolf paling banyak ditemukan di La Brea Tar Pits, Los Angeles. Tempat itu dulunya semacam rawa beraspal alami. Banyak hewan besar terjebak di sana, termasuk mangsa dan pemangsanya.
Karena itulah ilmuwan bisa menemukan ribuan tulang serigala jenis ini di satu tempat. Dari situ, banyak hal tentang mereka bisa dipelajari, mulai dari ukuran tubuh, bentuk gigi, sampai pola makan.
Selama bertahun-tahun, jenis serigala ini dianggap kerabat dekat serigala abu-abu modern. Tapi, penelitian DNA terbaru menunjukkan kalau hubungan mereka ternyata cukup jauh. Dire wolf punya jalur evolusi sendiri, terpisah dari serigala yang kita kenal sekarang. Bahkan, mereka kemungkinan lebih dekat ke canid purba lain yang belum banyak diketahui.
Baca juga: Mengenal Pohon Darah Naga: Asal-usul, Keunikan, dan Khasiat dari Getah Merahnya
Popularitas Dire Wolf, Berkat Game of Thrones

Salah satu hal yang membuat dire wolf menjadi populer adalah kemunculannya di serial Game of Thrones. Dalam ceritanya, serigala ini digambarkan sebagai makhluk yang jauh lebih besar, kuat, dan cerdas daripada serigala biasa. Mereka adalah “teman” keluarga Stark dari Winterfell, yang dikenal dekat dengan alam dan daerah utara yang dingin.
Di awal cerita, anak-anak Stark masing-masing menemukan seekor anak dire wolf setelah induknya mati. Jumlahnya ada enam, pas dengan jumlah anak Eddard Stark. Setiap anak serigala kemudian menjadi semacam penjaga atau cerminan kepribadian pemiliknya. Misalnya, Ghost, milik Jon Snow, berwarna putih pucat dan pendiam — persis seperti Jon. Arya punya Nymeria yang liar dan mandiri, cocok dengan sifatnya yang petualang. Sansa memelihara Lady, yang lemah lembut dan jinak, seperti dirinya saat masih kecil.
Dire wolf dalam serial ini digambarkan sangat loyal. Mereka bukan hanya peliharaan, tapi seperti bagian dari keluarga. Mereka bisa melindungi, menyerang musuh, bahkan merasakan bahaya. Ukurannya yang besar juga bikin mereka terlihat seperti makhluk legenda. Di beberapa adegan, mereka bisa sangat mengintimidasi, dan mengalahkan lawan-lawan yang jauh lebih kuat dari manusia biasa.
Meski fiksi, peran serigala-serigala tersebut di Game of Thrones bukan sekadar pemanis cerita. Keberadaan mereka melambangkan ikatan darah, kekuatan, dan identitas keluarga Stark. Mereka muncul di banyak momen penting, termasuk saat perpisahan, pertempuran, bahkan kematian. Banyak penonton merasa kehilangan saat satu per satu serigala mati sepanjang cerita, karena hubungan mereka dengan para Stark terasa sangat emosional.
Dire Wolf Hidup Kembali?
Pada April 2025, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, Colossal Biosciences, mengumumkan bahwa mereka berhasil menciptakan kembali makhluk yang telah punah lebih dari 10.000 tahun lalu ini. Tiga anak serigala hasil rekayasa genetika—Romulus, Remus, dan Khaleesi—lahir melalui proses kompleks yang melibatkan pengeditan gen dan kloning.
Bagaimana Prosesnya?
Tim ilmuwan Colossal memulai dengan menganalisis DNA purba dari dua fosil serigala ini, yakni sebuah gigi berusia sekitar 13.000 tahun dan tulang telinga berusia 72.000 tahun. Mereka mengidentifikasi sekitar 20 perbedaan genetik utama yang membedakan dire wolf dari serigala abu-abu modern.
Dengan menggunakan teknologi CRISPR, mereka mengedit 14 gen pada sel serigala abu-abu untuk mencerminkan ciri khas dire wolf, seperti ukuran tubuh yang lebih besar, tengkorak yang lebih lebar, dan bulu berwarna pucat.
Sel-sel yang telah dimodifikasi ini kemudian digunakan dalam proses kloning, dengan menanamkan embrio ke dalam rahim anjing domestik sebagai ibu pengganti. Hasilnya adalah kelahiran tiga anak serigala yang kini tinggal di cagar alam seluas 2.000 hektare untuk observasi lebih lanjut.
Apakah Ini Benar-Benar Dire Wolf?
Meskipun pencapaian ini mengesankan, banyak ahli genetika dan paleontologi yang skeptis. Mereka berpendapat bahwa karena DNA-nya yang tersedia sangat terbatas dan terfragmentasi, sulit untuk mengklaim bahwa hewan-hewan ini adalah dire wolf sejati. Sebaliknya, mereka lebih tepat disebut sebagai serigala abu-abu yang telah dimodifikasi secara genetik untuk menyerupai dire wolf. Beberapa ilmuwan juga menyoroti bahwa hanya 14 dari sekitar 25.000 gen yang diubah, sehingga perbedaan antara hewan hasil rekayasa ini dan serigala aslinya masih sangat besar.
Apa Tujuannya Penelitian Ini?
Colossal Biosciences menyatakan bahwa proyek ini bukan hanya tentang menghidupkan kembali spesies yang telah punah, tetapi juga sebagai langkah untuk memahami evolusi dan konservasi spesies. Mereka berharap bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk mencegah kepunahan spesies lain dan memulihkan ekosistem yang telah terganggu.
Namun, proyek ini juga menimbulkan pertanyaan etis dan ekologis, seperti dampak terhadap spesies yang ada dan keseimbangan lingkungan.
Baca juga: Sejarah Suku Sasak: Perjalanan Panjang di Tanah Lombok
Begitulah, dire wolf bisa saja dikatakan bukan lagi sekadar cerita masa lalu atau tokoh fiksi semata. Lewat kemajuan teknologi, makhluk purba ini kembali mengisi ruang diskusi di dunia nyata.
Terlepas dari pro dan kontra soal upaya menghidupkannya, dire wolf tetap jadi simbol menarik dari hubungan manusia dengan alam, sains, dan sejarah panjang kehidupan di bumi. Mari kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.