Disetrum PLN, Omzet Buah Naga Petani Mojokerto Ini Naik 3 Kali Lipat

Petani Buah Naga PLN

Agus Mulyohadi, petani buah naga di Pacet, Mojokerto, kini bisa menikmat hasil panennya berlipat ganda. Tak heran, bila Agus kini bisa tersenyum lebar lantaran keuntungan dari panen buah naganya naik tiga kali lipat.

Hal ini dia rasakan setelah memanfaatkan listrik dari PT PLN (Persero) via program Electrifying Agriculture. Karena sebelum menggunkan penerangan di kebun, Agus hanya panen satu kali dalam setahun saja.

Dari hasil panen buah naganya tersebut, Agus menghasilkan 20 ton, padahal lahan yang digunakan menjapai 4,5 hektar. Panen yang terjadi bersamaan dengan para petani lain membuat suplai buah naga melimpah dan harga anjlok. Buah naga saat musim panen dijual dengan harga berkisar Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per kilogram (kg).

Dengan menggunakan lampu, tanaman buah naga dapat menjalani proses fotosintesis selama 24 jam. Hal inilah yang membuat buah naga di kebunnya dapat dipanen sepanjang tahun. Dengan hasil panen bisa mencapai 60 ton.

BACA JUGA : Jatuh Bangun Waroeng Cokelat yang Kini Bermozet Rp 40 Juta

“Untuk harga kisaran Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per kg karena di luar musim,” cerita Agus.

Meski ada investasi di awal pemakaian tenaga setrum PLN tersebut, namun Agus memastikan biaya kelistrikan itu lebih rendah dari hasil penjualan buah naga. Dengan demikian, ia masih bisa mengantongi keuntungan lebih banak.

“Dari pengalaman ini, saya menyarankan para petani buah naga supaya pakai lampu agar bisa memaksimalkan hasil produksinya,” imbuhnya.

Terlebih, selama lebih dari empat tahun menggunakan listrik, keandalan pasokan listrik ke kebun buah naga terjaga oleh PLN. Agus pun bersyukur listrik dari PLN sangat bisa diandalkan.

General Manager PLN UID Jawa Timur, Adi Priyanto memaparkan, PLN menawarkan berbagai program kemudahan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Mojokerto. Dia pun menyambut positif sektor pertanian yang menggunakan Electrifying Agriculture.

“Saat ini kami pun memiliki potensi 480 pelanggan sektor pertanian yang terdiri dari sumur sawah, bawang, hidroponik, kebun naga dan kandang ayam dengan total daya 2,14 MVA,” tambahnya.

Selain petani buah naga, PLN juga menerapkan Electrifying Agriculture berupa lampu untuk tanaman bawang dan hidroponik, hingga pompa untuk irigasi persawahan dan tambak udang. Dengan total 690 pelanggan Electrifying Agriculture, konsumsi daya untuk program ini di Mojokerto telah mencapai 1.917.000 kVA.

BACA JUGA : Kabar Baik, PLN Lanjutkan Diskon Listrik bagi UMKM, Industri, dan Masyarakat

Electrifiying Agriculture merupakan salah satu komitmen PLN melalui program PLN Peduli, yang mencakup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Program ini mendorong petani untuk memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan energi listrik.

Diharapkan, dengan memanfaatkan energi listrik, pertumbuhan tanaman pertanian akan lebih maksimal. Selain itu, Electrifiying Agriculture juga diharapkan mempermudah pengolahan infrastruktur pendukung pertanian ataupun peternakan dan perikanan.

Total akan ada 54 Program Electrifiying Agriculture yang tersebar di beberapa wilayah kerja PLN se-Indonesia (Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4,8 miliar.

Exit mobile version