JNEWS – Untuk memperingati Hari Down Syndrome (21 Maret) dan Hari Autisme (2 April) MATALESOGE hospitABLElity Academy dan ArtSphere Gallery mewadahi dua pelukis berbakat yang berkebutuhan khusus, penyandang disabillitas autisme dan down syndrome, untuk pamer karya dalam pameran lukisan yang bertema “Beyond Boundaries a Canvas of infinite Abilities”.
“Kedua pelukis ini mempunyai perasaan yang sama seperti kita. Tema yang diangkat dalam pameran ini, ‘Beyond Boundaries a Canvas of infinite Abilities’ memiliki arti khusus,” ujar Tommy Hermanses, Founder MATALESOGE.
Karya lukisan yang ditampilkan dalam pameran yang berlangsung hingga 8 April 2024 ini, lanjut Tommy, adalah bentuk luapan dari perasaan dan kreativitas keduanya, dan pameran ini merupakan bentuk penghargaan atas kemampuan kedua pelukis muda ini mempersembahkan yang terbaik walau dengan segala keterbatasannya.
“Kedua pelukis ini berani menunjukkan kecintaan pada seni lukis dan melukis merupakan waktu yang menyenangkan serta waktu untuk menumpahkan kecintaan pada hobi yang dapat menghasilkan karya seni yang dapat membuat orang yang melihat berbahagia,” tambah Tommy.
Salah satu pelukis muda penyandang down syndrome, Diego Luister Berel, sudah diakui dunia internasional dengan keluar sebagai juara pertama pada kompetisi bertema “Artfusion” di pameran The Holy Art Gallery, London pada 2022 lalu.
Baca juga: Seni Lukisan Dinding: Sejarah dan 7 Mural Terkenal di Seluruh Dunia
Sedangkan pelukis satunya, Tengku Omar Athallah, adalah anak dari artis Cindy Fatikasari dan Teuku Firmansyah. “Perkembangan anak saya, Omar, sampai dengan hari ini tentunya tidak mungkin terjadi tanpa peran yang besar dari para gurunya yang sudah begitu sabar dan tulus mengajar dan mendampingi Omar selama ini,” ucap Cindy.
“Terima kasih Tommy Hermanses and Safrie Effendi. Kondisi Omar saat ini tidak membuatnya berkecil hati. Omar sudah siap untuk memulai perjalanannya yang lain,” tambah Cindy yang hadir dalam pembukaan pameran.
Sementara Maya Sujatmiko, pemilik ArtSphere Gallery mengaku bangga bisa memamerkan karya-karya seniman spesial muda yang sangat berbakat. “Memang dalam seni tidak ada batasan untuk berkarya dan dengan seni ini kita bisa berbicara dalam satu bahasa, yaitu kebersamaan dan kesetaraan. Sukses terus Diego dan Omar. Saya sangat kagum dan hormat terhadap para orang tua yang berdedikasi dalam memberikan support yang luar biasa terhadap anak-anaknya yang spesial ini untuk menjadi panutan bagi para orangtua lainnya,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Safrie Effendie, selaku pengajar visual art di MATALESOGE hospitABLElity. “Penyandang autis dan down syndrome kerap mendapat pandangan negatif, tidak sedikit dari mereka dijauhi oleh masyarakat. Padahal, di balik kekurangan tersebut terdapat imajinasi yang tinggi layaknya seniman profesional. Karya seni yang terlukis di atas kanvas memiliki nilai artistik bentuk ekspresi isi hati sebagai cara mereka berkomunikasi,” tandasnya. *
Baca juga: Disabilitas Bukan Hambatan di Dunia Kerja, Cerita Karyawan JNE Surabaya