Etika Makan yang Tidak Biasa: 8 Kebiasaan Makan Unik di Berbagai Negara

JNEWS – Setiap negara punya cara makan masing-masing, dan kadang beda banget dari yang biasa kita kenal sehari-hari di Indonesia. Etika makan jadi bagian penting dari budaya itu sendiri. Apa yang dianggap sopan di satu tempat, bisa jadi malah bikin kaget di tempat lain.

Hal-hal kecil di meja makan, seperti posisi sendok atau urutan mulai makan, bisa punya makna besar. Dan justru dari situ, serunya mengenal budaya lain mulai terasa. Ada kebiasaan-kebiasaan yang mungkin terdengar aneh, tapi sebenarnya penuh nilai dan tradisi.

Etika Makan Unik di 8 Negara

Di Indonesia, kita terbiasa makan dengan sendok garpu, duduk di meja makan, makan dengan tangan kanan, hindari berserdawa atau menyeruput, apalagi mengecap makanan. Ada banyak etika makan yang kalau kita lakukan di Indonesia, membuat suasana menjadi lebih nyaman.

Nah, terbayangkah jika kita berkunjung ke Jepang. Menyeruput mi seperti ramen atau udon justru akan menyenangkan tuan rumah, karena itu berarti masakannya enak. Di beberapa negara, makan dengan tangan kiri juga tak masalah.

Berbeda, tetapi hal ini malah jadi menarik. Ada banyak etika makan yang berbeda di luar sana. Apa yang kita anggap tidak sopan di sini, di luar justru dilakukan. Tak hanya itu, apa yang dianggap biasa saja di Indonesia, ternyata dianggap tidak sopan di luar.

Agar makin kebayang seperti apa sih bentuk etika makan yang beda dari kebiasaan sehari-hari, yuk intip beberapa contohnya dari berbagai negara. Beberapa mungkin terdengar tak biasa, tapi semua punya alasan dan latar budaya masing-masing.

1. Jepang

Di Jepang, ada aturan penting soal cara pakai sumpit. Salah satunya, jangan pernah menancapkan sumpit berdiri tegak ke dalam nasi.

Kenapa? Karena ini mirip dengan tradisi pemakaman. Saat seseorang meninggal, keluarga biasanya mempersembahkan semangkuk nasi dengan dua sumpit yang ditancapkan lurus ke atas.

Makanya, kalau hal ini dilakukan di meja makan biasa, bisa dianggap tidak sopan. Bahkan dipercaya membawa sial. Jadi, lebih aman taruh sumpit di sisi mangkuk atau di tatakan sumpit yang disediakan.

Baca juga: Apa Itu Omakase? Pengalaman Makan Eksklusif ala Jepang

2. Korea

Di Korea, menghormati orang yang lebih tua adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari, termasuk saat makan bersama.

Kalau sedang duduk satu meja dengan orang yang lebih tua, tidak sopan kalau langsung mulai makan lebih dulu. Etikanya, tunggu dulu sampai orang tertua di meja itu mengambil suapan pertama.

Kebiasaan ini bukan sekadar aturan, tapi bentuk penghormatan. Dengan menunggu, artinya menghargai posisi dan usia orang lain, serta menunjukkan tata krama yang baik.

3. Italia

Di Italia, menambahkan keju seperti parmesan pada hidangan pasta berbahan dasar seafood dianggap tidak sesuai dengan tradisi kuliner setempat. Keju dianggap dapat menutupi rasa halus dari seafood, sehingga permintaan tambahan keju pada hidangan tersebut dapat dianggap kurang menghargai cita rasa asli masakan. ​

4. Chile

Di Chile, makan dengan tangan dianggap tidak sopan, bahkan untuk makanan seperti kentang goreng. Penggunaan garpu dan pisau untuk hampir semua jenis makanan adalah norma, dan menyentuh makanan langsung dengan tangan dapat dilihat sebagai perilaku yang kurang beretika. ​

Etika Makan yang Tidak Biasa di Berbagai Negara

5. Prancis

Meminta membungkus sisa makanan atau “doggy bag” di restoran fine dining di Prancis sebelumnya dianggap tidak sopan dan jarang dilakukan. Budaya makan di Prancis menekankan pada menikmati makanan secara penuh di tempat, dengan porsi yang biasanya disesuaikan agar dapat dihabiskan sekali santap.

Selain itu, ada persepsi bahwa meminta membawa pulang sisa makanan dapat dianggap sebagai tanda kurangnya penghargaan terhadap hidangan yang disajikan atau bahkan dianggap tidak higienis. ​

Namun, seiring waktu, terjadi perubahan dalam pandangan terhadap praktik ini. Dikutip dari France24, untuk mengurangi pemborosan makanan, pemerintah Prancis mengesahkan undang-undang yang mulai berlaku pada Januari 2016. Undang-undang ini mewajibkan restoran dengan kapasitas tertentu untuk menyediakan wadah bagi pelanggan yang ingin membawa pulang sisa makanan mereka. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi limbah makanan dan mendorong kesadaran akan pentingnya memanfaatkan makanan secara efisien.

6. Tanzania

​Dalam budaya Tanzania, konsep waktu bersifat fleksibel, dan ketepatan waktu tidak selalu dianggap penting. Dalam konteks acara makan, tiba tepat waktu atau lebih awal dapat dianggap kurang sopan, karena menunjukkan ketergesaan atau kurangnya rasa santai.

Sebaliknya, tiba sekitar 15 hingga 30 menit setelah waktu yang dijadwalkan sering kali dianggap lebih sesuai dan menunjukkan penghargaan terhadap norma sosial setempat.

7. Kazakhstan

​Dalam budaya Kazakhstan, teh memegang peranan penting sebagai simbol keramahan dan persatuan. Menolak tawaran secangkir teh dari tuan rumah dapat dianggap tidak sopan dan menyinggung, karena teh sering digunakan untuk menyambut tamu dan mempererat hubungan sosial. ​

Selain itu, ada tradisi unik terkait cara penyajian teh. Tuan rumah biasanya menuangkan teh ke dalam cangkir tamu hanya setengah penuh. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan keinginan agar tamu tetap tinggal lebih lama. Dengan begitu, tuan rumah bisa terus menuangkan teh segar dan menjaga percakapan tetap berlangsung.

Sebaliknya, jika cangkir diisi penuh, apalagi kalau tekonya sudah dibawa mundur, maka itu bisa menjadi isyarat halus bahwa sudah saatnya tamu bersiap untuk pergi. ​

8. Nigeria

​Dalam budaya Nigeria, praktik makan bersama dari satu hidangan besar adalah hal yang umum dan sarat dengan nilai-nilai sosial. Saat menikmati hidangan secara komunal, orang-orang akan mengambil makanan dari bagian yang berada tepat di depannya masing-masing. Mereka akan menghindari menjangkau area yang berada di depan orang lain. Tindakan mengambil makanan dari bagian tengah atau area orang lain dapat dianggap tidak sopan dan menunjukkan ketidakpedulian terhadap norma sosial yang berlaku. ​

Selain itu, dalam beberapa budaya Afrika, termasuk di Nigeria, menyentuh makanan atau peralatan makan dengan tangan kiri dianggap tidak sopan. Tangan kiri sering dikaitkan dengan aktivitas yang dianggap kurang bersih, sehingga penggunaan tangan kanan untuk makan dan berinteraksi di meja makan lebih dianjurkan. ​

Baca juga: Cara Menjadi Food Vlogger yang Beretika dalam Memberikan Pendapat

Belajar soal etika makan dari berbagai negara akan membuat kita sadar kalau hal kecil di meja makan bisa punya arti besar. Setiap budaya punya cara sendiri dalam menunjukkan rasa hormat dan kebersamaan lewat makanan.

Dengan tahu sedikit tentang etika makan di tempat lain, kita bisa lebih peka saat berkunjung atau sekadar mengobrol soal budaya. Tak harus langsung hafal semuanya, yang penting ada rasa hormat dan keinginan untuk menghargai kebiasaan orang lain.

Exit mobile version