JNEWS – Fahombo Nias adalah salah satu tradisi unik yang menjadi kebanggaan masyarakat Pulau Nias. Tak hanya bersifat tontonan, tradisi ini juga bagian dari warisan budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Dikenal dengan tantangan fisiknya yang ekstrem, fahombo berhasil menarik perhatian wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Bentuknya sederhana, namun makna dan nilai yang tersimpan di baliknya membuat tradisi ini tetap bertahan hingga sekarang.
Sejarah Fahombo Nias
Tradisi lompat batu atau fahombo Nias sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Usianya sejalan dengan budaya megalitikum yang berkembang di pulau seluas 5.625 km² ini. Pulau yang dikelilingi Samudra Hindia dan dihuni sekitar 700 ribu jiwa ini memang kaya akan warisan budaya.
Fahombo sudah diwariskan turun-temurun kepada anak laki-laki sejak berabad yang lalu. Istimewanya, tidak semua mampu melakukannya meski sudah berlatih sejak kecil. Masyarakat Nias percaya, selain kekuatan fisik, ada campur tangan roh leluhur yang membuat seseorang berhasil melompati batu dengan sempurna.
Awalnya, lompat batu lahir dari kebiasaan berperang antar desa di masa lalu. Dulu, perselisihan antar suku bisa dipicu banyak hal. Sebut saja seperti dendam lama, perebutan tanah, hingga perbudakan. Untuk melindungi diri, setiap desa membangun benteng dari batu atau bambu setinggi dua meter. Dari sinilah fahombo Nias muncul, sebagai latihan fisik dan mental para pria sebelum terjun ke medan perang.
Pada masa itu, pemimpin dari golongan bangsawan balugu punya peran menentukan siapa yang layak jadi prajurit. Standarnya tinggi. Seorang calon prajurit harus kuat, menguasai bela diri, bahkan paham ilmu hitam. Tes terakhirnya adalah melompati batu setinggi dua meter tanpa sedikit pun menyentuh puncaknya. Jika berhasil, hal itu tak hanya kebanggaan bagi pemuda tersebut, tapi juga untuk seluruh keluarganya.
Keluarga yang anaknya lolos ujian lantas menggelar pesta. Hewan ternak disembelih, dan seluruh warga merayakan keberhasilan itu. Kini, makna fahombo Nias sudah berubah. Tidak lagi jadi latihan perang, tapi simbol budaya dan bagian dari ritual adat asli pulau ini.
Fahombo Nias sering ditampilkan dalam acara budaya, biasanya berpasangan dengan tari perang. Tari ini merupakan adaptasi dari adegan pertempuran zaman dulu. Tari perang akan melibatkan banyak orang, sementara lompat batu merupakan atraksi tunggal. Meski bentuknya sekarang berbeda, semangat dan nilai yang dikandung tradisi ini tetap hidup hingga hari ini.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata di Gunungsitoli yang Wajib Dikunjungi Wisatawan
Tahapan dan Aturan Fahombo yang Wajib Diikuti Peserta
Setiap pertunjukan fahombo Nias bukanlah aksi spontan yang dilakukan begitu saja. Ada proses panjang yang harus dilalui, mulai dari latihan fisik, pembentukan mental, hingga ritual adat yang sarat makna. Seperti apa ya?
Persiapan Fisik dan Mental
Sejak kecil, pemuda Nias sudah terbiasa berlatih fisik seperti berlari, melompat, dan menjaga keseimbangan. Latihan ini membuat otot kaki kuat dan tubuh lebih siap menghadapi tantangan. Mental pun ditempa. Mereka diajarkan untuk tetap tenang, mengendalikan rasa takut, dan percaya bahwa roh leluhur akan memberi kekuatan.
Sebelum hari pelaksanaan, biasanya ada ritual kecil untuk memohon restu. Selain sebagai penghormatan pada leluhur, ini juga membantu menenangkan hati calon pelompat sebelum tampil di depan orang banyak.
Bentuk Batu dan Tinggi Lompatan
Batu yang digunakan dalam fahombo Nias berbentuk tumpukan atau undakan, bukan bongkahan tunggal. Susunannya kokoh, dengan tinggi sekitar dua meter dan tebal kurang lebih 40 cm. Tantangannya adalah melompati batu ini tanpa sedikit pun menyentuh bagian atas atau sisi batu. Syarat ini menjadi tolok ukur ketangkasan dan kekuatan peserta.
Tahapan Pelaksanaan Fahombo
Pelaksanaan fahombo Nias mengikuti beberapa tahap yang sudah menjadi tradisi:
- Persiapan dan Perencanaan. Sebelum acara dimulai, peserta melakukan latihan terakhir dan mempersiapkan diri secara mental. Ritual kecil biasanya digelar untuk memohon restu leluhur dan memastikan semuanya siap.
- Upacara Pembukaan. Acara dibuka dengan doa dan penghormatan kepada leluhur. Pemimpin adat atau panitia kemudian mengumumkan dimulainya fahombo.
- Aksi Lompat Batu. Ini dia inti acaranya. Peserta berlari kencang, lalu melompat melewati batu setinggi dua meter. Satu hal yang wajib adalah mereka tidak boleh menyentuh batu sama sekali.
- Penilaian dan Penghargaan. Pemimpin adat, atau yang disebut balugu, dan warga menilai lompatan tersebut. Peserta yang berhasil akan mendapatkan pengakuan dan status sosial yang lebih tinggi di mata masyarakat.
- Ritual Penutup. Setelah semua peserta tampil, acara ditutup dengan doa syukur.
Di Mana Bisa Menonton Fahombo Nias?
Tradisi fahombo Nias dikenal luas di Indonesia. Popularitasnya meningkat sejak fotonya tercetak pada lembar uang seribu rupiah pada era 1990-an. Atraksi ini menarik minat wisatawan dari berbagai negara yang datang ke Nias Selatan untuk menyaksikan langsung keunikannya.
Lokasi untuk menyaksikan tradisi ini hanya terdapat di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama. Desa ini telah ditetapkan sebagai desa budaya dan tengah diusulkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Saat ini, fahombo dipertunjukkan sebagai sambutan bagi tamu dan menjadi daya tarik pariwisata. Pada beberapa kesempatan, lompat batu ini juga berfungsi sebagai tolok ukur kedewasaan dan kesiapan seorang pemuda untuk menikah.
Di desa ini, atraksi fahombo memiliki tarif sekitar Rp150.000 untuk dua kali lompatan, dengan masing-masing pelompat melakukan satu kali lompatan. Pembayaran dapat dilakukan secara patungan oleh beberapa pengunjung yang menyaksikan bersama.
Selain menyaksikan atraksi lompat batu, pengunjung juga dapat menjelajahi Desa Bawomataluo yang memiliki rumah-rumah adat tradisional, panorama alam dari ketinggian karena letaknya di puncak bukit, serta berbagai suvenir buatan tangan warga setempat.
Akses menuju desa ini dimulai dengan penerbangan menuju Bandara Binaka di Gunungsitoli, Pulau Nias. Perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat selama kurang lebih tiga jam hingga tiba di Desa Bawomataluo, lokasi para pelompat batu mempertunjukkan kemampuannya.
Baca juga: 13 Desa Adat Indonesia yang Telah Menjadi Ikon Wisata Budaya
Fahombo Nias adalah bentuk tradisi warisan dari leluhur. Lebih dari sekadar atraksi, tradisi ini menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Nias. Selama nilai dan maknanya terus dijaga, fahombo akan tetap melompat melintasi waktu, menyatukan masa lalu dan masa kini dalam satu warisan budaya yang tak ternilai.