Fajar Menyingsing di Papandayan, Pengusir Jenuh Saat Pandemi

Panorama Kota Garut dilihat dari atas Gunung Papandayan dikala fajar menyingsing

Penat dan jenuh setelah sekian bulan bergelut dengan pandemi Covid-19, menyambangi keindahan Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat, membuat rasa jenuh seketika sirna. Keelokan sunrise dari puncak gunung ini kala fajar menyingsing sudah terkenal sejak dulu.

Sepertiga penghujung malam, Minggu (2/8/2020). Suasana yang masih gelap dan berkabut dengan hawa dingin melebur dalam indahnya alam Papandayan. Beberapa sosok dalam remang menjelang Shubuh, seolah menyambut kedatangan pengunjung di sekitar area parkiran Pos I, yang berada di kaki Gunung Papandayan. Mereka adalah para penduduk Desa Cisurupan, yang menawarkan jasanya sebagai pemandu untuk menyusuri kawah ataupun menjelajah sampai di puncak gunung.

Baca Juga : Rekomendasi Tempat Glamping yang Kece Buat Liburan

Keramahan yang terjalin dan bersahaja khas penduduk desa begitu terasa, mengajak sejenak melupakan kesumpekan dan kejenuhan selama pandemi Covid-19 berlangsung. “Pak, butuh pemandu, kami siap mendampingi,” sapa seorang warga dengan nada ramah, mencoba manawarkan jasa kepada JNEWS.    

Duduk di sekitar warung, yang berjejer rapi di sisi kanan parkiran sambil memesan makanan dan minuman panas, adalah pilihan tepat sebelum melakukan pendakian. Pukul 04.30 pendakian pun dimulai. Sementara pagi terus merayap naik. Hembusan angin dan dinginnya udara seolah tak henti menerpa tubuh.

Untuk bisa menikmati sunrise puncak Gunung Papandayan pengunjung harus sudah mulai mendaki sejak Shubuh dari Pos I pendakian

Gemercik air dari sungai kecil yang mengalir di sisi jalur pendakian dan suara hembusan angin menjadi teman setia para pendaki. Bentuk pertanahan Papandayan yang cukup landai membuat jalur pendakian menjadi sedikit mudah. Setelah hampir lebih satu jam, pendakian sudah mencapai bibir kawah. Dari titik ini bau belerang sudah terasa menyengat hidung.

Baca Juga : 5 Wisata Gunung di Pulau Jawa untuk Keluarga

Di sepanjang area kawah yang terlewati, seiring pagi yang mulai terang, pemandangan indahnya lubang kaldera yang menyemburkan asap putih kekuning-kuningan cukup menghibur hati. Belum lagi pemandangan danau berwarna kebiru-biruan akibat letusan kawah Nagrak.  Efek bias yang terjadi menambah fenomena alam yang menakjubkan mata memandang.

Setelah puas menikmati kepulan asap dan birunya danau, perjalanan pendakian pun dilanjutkan. Bergerak melipir kawah dengan melewati tanjakan terjal berbatu, membawa JNEWS dan pendaki lainnya ke Gunung Salju, sebuah nama yang diberikan oleh penduduk lokal untuk lokasi tersebut.

Dinamakan Gunung Salju karena seluas mata memandang hanya kombinasi antara hamparan endapan debu vulkanik paska letusan tahun 2002. Kurang lebih setengah jam untuk sampai di lokasi tersebut. Di titik ini merupakan tempat yang pas untuk menikmati lautan kaldera Papandayan seutuhnya. Asap belerang yang membumbung tinggi ke angkasa dengan latar belakang bebukitan yang mengepung kota Garut menjadikan bayang lukisan dengan dimensi keindahan tiada tara.

Baca Juga : Traveling Yuk! 4 Pulau Eksotis di Sumbar

Sementara di sebelah timur, cahaya kuning kemerah-merahan mulai muncul dari balik sisa-sisa kegelapan malam. Hal itu menandakan, tak lama lagi sang mentari akan keluar dari peraduannya. Pemandangan tersebut makin menambah keindahan dan eksotisme Papandayan yang sejak tadi sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Pantas sekali, jika indahnya sunrise dilihat dari tempat ini merupakan suatu momen yang paling dinanti-nantikan oleh setiap pengunjung yang mendaki Papandayan. Seiring dengan fajar  yang terus menyingsing pemandangan di sekeliling makin terang. Titik-titik air sisa embun yang jatuh semalaman di antara batang-batang pohon yang tidak berdaun, serta sarang laba-laba dan beberapa hewan kecil lainnya nampak jelas, dan serasi menyatu  dengan alam. Sungguh panorama keindahaan ciptaan Yang Maha Kuasa, untuk sejenak melepas penat dikala pandemi Covid-19 belum tahu kapan akan berakhir. *

Baca Juga : 5 Destinasi Liburan di Asia Bergaya Eropa

Exit mobile version