Peringati Hari Hepatitis Sedunia: Fakta Penting yang Sering Diabaikan Masyarakat

JNEWS – Setiap tanggal 28 Juli, dunia memperingati Hari Hepatitis Sedunia. Momen ini jadi pengingat penting bahwa penyakit hepatitis masih jadi ancaman kesehatan global yang sering luput dari perhatian.

Banyak orang belum sadar bahwa penyakit hepatitis bisa menyerang siapa saja, bahkan tanpa gejala di awal. Padahal, dampaknya tidak main-main, bahkan bisa berujung pada kerusakan hati serius, bahkan kematian jika tidak ditangani.

Sayangnya, masih banyak fakta penting soal hepatitis yang belum banyak diketahui masyarakat.

Fakta Penyakit Hepatitis yang Harus Diketahui

Kurangnya informasi, ditambah stigma yang masih melekat, bikin banyak orang enggan mencari tahu lebih jauh mengenai penyakit hepatitis. Akibatnya, banyak kasus hepatitis terlambat terdeteksi dan berujung fatal. Padahal, sebagian besar jenisnya bisa dicegah dan diobati kalau diketahui sejak dini.

Di momen Hari Hepatitis Sedunia ini, yuk luangkan waktu sebentar untuk mengenal lebih dalam soal isu yang satu ini. Supaya kita lebih waspada, dan bisa menjaga diri maupun orang-orang terdekat.

Fakta Penyakit Hepatitis yang Masih Sering Diabaikan

1. Tidak Semua Hepatitis Menunjukkan Gejala Awal

Banyak orang mengira kalau tidak merasa sakit, berarti tubuhnya baik-baik saja. Padahal, hepatitis, khususnya hepatitis B dan C, sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun di awal. Virusnya bisa tetap aktif di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa disadari.

Sementara itu, hati terus mengalami kerusakan secara perlahan. Baru ketika fungsinya menurun drastis, gejala mulai muncul. Sayangnya, di tahap itu biasanya kondisinya sudah cukup parah dan lebih sulit ditangani.

Baca juga: Mengenal Penyakit Parkinson dan Gejalanya

2. Hepatitis Bisa Menjadi Kronis dan Mematikan

Penyakit hepatitis bukan cuma soal infeksi biasa yang bisa sembuh sendiri. Kalau virusnya terus menetap di tubuh, bisa berkembang menjadi kondisi kronis. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan sirosis, yakni jaringan parut di hati. Selain itu, juga bisa menyebabkan gagal hati, atau bahkan kanker hati.

Ini bukan ancaman kecil lho, karena kanker hati termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Banyak kasus hepatitis yang terlambat terdiagnosis, sehingga peluang sembuh pun jadi lebih kecil. Padahal, sekali lagi, sebagian besar komplikasi bisa dicegah kalau diketahui lebih awal.

3. Penularan Tidak Hanya Lewat Seks atau Narkoba

Selama ini, penyakit hepatitis sering diasosiasikan dengan perilaku berisiko tinggi, seperti penggunaan narkoba suntik atau hubungan seksual tanpa pengaman. Tapi faktanya, penularannya jauh lebih luas dari itu.

Virus hepatitis B dan C bisa menyebar lewat darah. Jadi berbagi alat cukur, gunting kuku, tindik, tato, atau bahkan sikat gigi juga bisa jadi sumber risiko. Penularan juga bisa terjadi dari ibu ke bayi saat persalinan. Jadi bukan hanya “gaya hidup bebas” yang bikin rentan, tapi juga kebiasaan sehari-hari yang kelihatan sepele.

4. Hepatitis A dan E Menular lewat Makanan dan Minuman

Tidak semua penyakit hepatitis menular lewat darah. Hepatitis A dan E justru menyebar lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus. Ini biasanya terjadi karena sanitasi yang buruk, air tidak bersih, atau makanan yang tidak dimasak dengan benar. Jadi bukan cuma soal apa yang kita makan, tapi juga bagaimana makanan itu disiapkan.

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, terutama di lingkungan dengan kebersihan rendah. Meski biasanya tidak kronis, gejalanya bisa cukup mengganggu dan berbahaya untuk orang dengan daya tahan tubuh lemah.

5. Vaksin Tidak Tersedia untuk Semua Jenis Hepatitis

Saat ini, vaksin yang tersedia umum hanya untuk hepatitis A dan B. Artinya, untuk hepatitis C, D, dan E belum ada vaksin pencegahan yang bisa diakses luas. Ini membuat kita harus ekstra hati-hati menjaga diri agar tidak tertular.

Banyak orang merasa tenang karena sudah vaksin hepatitis B, padahal belum tentu terlindungi dari jenis lainnya. Jadi jangan anggap vaksin itu jaminan mutlak. Pencegahan tetap harus dilakukan lewat gaya hidup bersih dan sadar risiko.

6. Hepatitis Bisa Sembuh Total, Tapi Tidak Selalu

Beberapa jenis penyakit hepatitis memang bisa sembuh sendiri, seperti hepatitis A. Bahkan hepatitis B juga bisa sembuh pada sebagian orang, terutama jika sistem imunnya kuat. Tapi untuk hepatitis C, walaupun sudah ada obatnya, tetap butuh deteksi sejak dini agar pengobatannya efektif. Kalau sudah masuk tahap kronis atau hati sudah rusak parah, proses pemulihan jadi jauh lebih rumit.

Jadi, harapan sembuh memang ada, tapi tetap tergantung dari seberapa cepat penyakitnya diketahui dan ditangani. Jangan tunda cek kesehatan cuma karena merasa baik-baik saja.

7. Orang Sehat Bisa Jadi Pembawa Tanpa Sadar

Seseorang bisa terlihat sehat, aktif, dan tidak menunjukkan gejala apa-apa, tapi ternyata membawa virus hepatitis. Ini disebut carrier.

Mereka bisa menularkan virus ke orang lain tanpa sadar, terutama kalau ada kontak dengan darah atau cairan tubuh. Masalahnya, karena merasa sehat, mereka juga tidak merasa perlu untuk periksa atau waspada. Inilah kenapa hepatitis jadi sulit dikendalikan.

Deteksi dini sangat penting, bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga untuk melindungi orang-orang terdekat.

8. Tes Hepatitis Itu Sederhana dan Cepat

Banyak orang enggan melakukan tes hepatitis karena takut, malu, atau merasa tidak butuh. Padahal, tesnya sangat sederhana, cukup dengan pengambilan sampel darah dan hasilnya bisa diketahui dalam waktu singkat. Tidak ribet dan tidak mahal, terutama jika dilakukan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS atau program pemerintah.

Mengetahui status kesehatan jauh lebih baik daripada hidup dalam ketidakpastian. Sayangnya, karena minim informasi, tes hepatitis masih jarang dijadikan bagian dari pemeriksaan rutin.

Baca juga: 8 Kebiasaan Sehat Pengganti Rokok yang Bisa Bikin Tubuh Lebih Bertenaga

9. Pola Hidup Sehat Berperan Besar dalam Pencegahan

Mencegah penyakit hepatitis tidak selalu rumit. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan sebelum makan, tidak berbagi alat pribadi, memastikan makanan matang, dan tidak bergonta-ganti pasangan sudah sangat membantu.

Hindari konsumsi alkohol berlebihan juga penting, karena hati punya beban kerja ekstra saat kita minum alkohol. Tapi karena terasa sepele, hal-hal ini sering diabaikan. Padahal, menjaga tubuh tetap bersih dan sehat adalah garis pertahanan pertama agar virus tidak mudah masuk.

10. Stigma Masih Jadi Penghalang untuk Berobat

Banyak penderita hepatitis memilih diam karena takut dikucilkan. Masih banyak anggapan keliru bahwa hepatitis hanya diderita orang dengan “gaya hidup tidak benar”. Padahal siapa saja bisa tertular, bahkan dari hal-hal sederhana seperti makanan atau peralatan yang terkontaminasi.

Stigma inilah yang membuat orang enggan periksa, apalagi terbuka soal kondisinya. Akibatnya, mereka tidak mendapat pengobatan yang semestinya. Padahal dengan dukungan dan penanganan yang tepat, penderita hepatitis bisa tetap hidup sehat dan produktif.

Baca juga: 8 Kebiasaan Sehat Pengganti Rokok yang Bisa Bikin Tubuh Lebih Bertenaga

Tanggal 28 Juli yang diperingati sebagai Hari Hepatitis Sedunia seharusnya bisa jadi momen refleksi untuk kita semua, apakah sudah cukup peduli pada kesehatan hati sendiri? Banyak hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis menyerang, mulai dari menjaga kebersihan, tidak berbagi alat pribadi, sampai rutin periksa kesehatan.

Jangan tunggu gejala datang baru bertindak. Lebih baik tahu lebih awal daripada menyesal di kemudian hari. Karena menjaga diri itu bukan pilihan, tapi tanggung jawab.

Exit mobile version