Film action Korea telah menetapkan standar baru dalam dunia sinema berkat koreografi pertarungan yang spektakuler. Para sutradara dan koreografer bekerja sama, menciptakan adegan aksi yang tak hanya indah tetapi juga penuh emosi. Setiap pukulan dan tendangan bercerita, membawa penonton lebih dekat ke hati dan jiwa karakter.
Di dunia film, baik Korea, Hollywood, maupun secara global, ada banyak judul film telah berhasil menetapkan standar tinggi untuk kualitas aksi. Spesial untuk Korea, ada sentuhan spesial yang berbeda dengan film produksi negara lin.
Dengan perpaduan cerita yang kuat dan teknik pertarungan yang inovatif, film action Korea tidak hanya menghibur tetapi juga menantang cara kita melihat genre action itu sendiri
5 Film Action Korea Berkoreografi Terbaik
Dalam sebuah produksi film action, koreografi pertarungan menjadi salah satu komponen yang sangat menentukan. Pasalnya, banyak orang menggemari genre satu ini karena memang untuk “menonton keributan”.
Ribut tidak sembarang ribut, penonton menuntut adanya keindahan juga. Dengan demikian, tantangan pada sutradara film action Korea ini memang nyata. PR-nya adalah bagaimana mempresentasikan kekerasan dengan indah dan layak dikonsumsi.
Di Indonesia, kita mengenal Iko Uwais sebagai salah satu koreografer pertarungan yang andal. Di Korea Selatan, ada beberapa nama muncul, seperti Ji Jung-hyeon, Jung Doo-hong, hingga Wo Jin.
Baca juga: 8 Film Petualangan Terbaik Sepanjang Masa dan Pelajaran Hidupnya
1. Oldboy (2003)
Adegan pertarungan di koridor dalam film Oldboy, yang disutradarai oleh Park Chan-wook, adalah salah satu momen paling ikonik dan memukau dalam sejarah film action Korea. Adalah Ji Jung-hyeon yang membuat koreografi pertarungan yang fenomenal ini. Siapa pun yang sudah menonton Oldboy, pasti tak akan bisa melupakan adegan ini.
Adegan ini terkenal karena penggunaannya yang inovatif terhadap teknik pengambilan gambar, koreografi, dan intensitas emosional, menetapkan standar baru untuk adegan pertarungan dalam film. Koreografinya didesain secara detail. Penonton bisa merasakan nuansa brutal secara fisik sekaligus rasa putus asa yang dialami oleh tokohnya.
Adegan ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan gambar one-shot atau long take. Kamera mengikuti aksi secara terus menerus tanpa potongan. Kamera bergerak secara lateral sepanjang koridor sempit, mengikuti Oh Dae-su (Choi Min-sik), saat ia bertarung melawan sekelompok orang dengan menggunakan palu sebagai senjatanya.
Sang sutradara sendiri mengatakan, seperti yang dikutip dari ScreenRant, bahwa adegan ini sebenarnya adalah metafora. Adegan ini adalah gambaran ketika kita sedang berjuang, dengan koridor sebagai simbol kehidupannya. Para pengeroyok adalah hambatan dalam hidup, dan kita bergerak maju untuk kemudian mengalahkan semuanya. Sangat dalam, bukan?
2. A Bittersweet Life (2005)
A Bittersweet Life, yang disutradarai oleh Kim Jee-woon, adalah sebuah film noir Korea yang elegan, menggabungkan drama, aksi, dan unsur-unsur filosofis. Film ini mengikuti kisah Sun-woo (diperankan oleh Lee Byung-hun), seorang pengawal dan manajer hotel untuk seorang bos gangster, yang terjebak dalam jaringan pengkhianatan dan balas dendam setelah gagal mematuhi perintah bosnya.
Adegan pertarungan dalam film action Korea satu ini dirancang dengan cermat, mencerminkan karakter Sun-woo yang dingin tetapi efisien. Koreografinya merupakan gabungan seni bela diri tradisional dengan teknik pertarungan jarak dekat, sehingga adegannya begitu tampak mengesankan sekaligus realistis.
Adegan pertarungan dalam film ini tak hanya berfungsi untuk memacu adrenalin penonton semata. Adegan tersebut menjadi sarana untuk menunjukkan perkembangan karakter tokoh, dan menjadi bagian dari plot naratif ceritanya.
3. I Saw the Devil (2010)
Adegan pertarungan di I Saw the Devil didesain dengan sangat detail, menciptakan tontonan yang memikat sekaligus disturbing. Pertarungannya tidak hanya sekadar menampilkan kemampuan fisik karakter tetapi juga mengeksplorasi kedalaman psikologis mereka.
Koreografi pertarungan dalam film ini menggabungkan teknik bela diri, penggunaan alat, dan serangan fisik yang brutal, menonjolkan sifat primal dari konflik antara kedua karakter utama.
I Saw the Devil sendiri adalah sebuah film action Korea yang disutradarai oleh Kim Jee-woon, menampilkan Choi Min-sik dan Lee Byung-hun dalam peran utama. Film ini mengisahkan balas dendam yang brutal dan siklus kekerasan yang tak berujung antara agen khusus Kim Soo-hyun (Lee Byung-hun) dan seorang psikopat pembunuh berantai, Jang Kyung-chul (Choi Min-sik).
Sinematografi dalam film ini ikut memperkuat dampak adegan pertarungan. Penggunaan pencahayaan, angle kamera yang dinamis, dan editing yang tajam berkontribusi untuk menambah tensi dan memperjelas narasi visual pertarungan. Kamera banyak bergerak mendekat untuk menangkap ekspresi wajah tokoh yang intens untuk membuat penonton merasa terlibat langsung dalam adegan tersebut.
4. The Villainess (2017)
Saat film The Villainess mulai, penonton langsung disuguhkan adegan pembuka yang memvisualisasikan pertarungan yang cukup intens dan unik, antara tokoh utama dengan sekelompok orang. Pertarungannya dilakukan dalam jarak dekat dan jauh, dengan menggunakan senjata api dan tajam secara bersamaan. Mau tidak mau, jadi mengingatkan pada adegan pertarungan di film John Wick.
Adegan pertama ini sudah menarik perhatian lantaran penggunaan kamera first-person (POV). Dengan durasi adegan selama 10 menit, pendekatan ini memberikan perspektif baru dan memperdalam pengalaman penonton, seolah-olah langsung berada di tengah-tengah pertarungan. Bak sedang main video game.
Film ini tidak hanya mengandalkan pertarungan jarak dekat tetapi juga mengeksplorasi pertarungan dengan senjata, termasuk pedang dan senjata api, yang semuanya disajikan dengan kecepatan tinggi dan presisi yang luar biasa. Pengaturan adegan pertarungannya bervariasi, dari koridor sempit hingga jalan-jalan kota yang ramai, menambahkan dimensi tambahan pada aksi tersebut.
5. The Man from Nowhere (2010)
The Man from Nowhere, disutradarai oleh Lee Jeong-beom, adalah film action Korea Selatan yang dibintangi oleh Won Bin. Film ini mengikuti kisah Cha Tae-sik, seorang pria misterius dengan masa lalu kelam, yang ingin menyelamatkan seorang gadis kecil, So-mi, yang merupakan satu-satunya temannya, dari geng kriminal yang kejam.
Premis ini mau tidak mau mengingatkan kita pada film Leon the Profesional, film klasik yang dibintangi Jean Reno, meskipun tidak sama persis. Sama seperti Leon, film ini terkenal dengan narasi yang emosional dan adegan pertarungannya yang intens, yang menampilkan kemampuan luar biasa dari karakter utama.
Jika The Villainess terkenal akan pertarungan pembukanya, film ini memorable karena final fight scene-nya. Pendekatannya yang tak kenal ampun dan penuh adrenalin, menunjukkan keputusasaan dan tekad Tae-sik untuk menyelamatkan So-mi.
Baca juga: Sutradara Legendaris dalam Dunia Film Action Terbaik: Pengaruh dan Karya-Karya Ikonik Mereka
Film action Korea telah membuktikan diri sebagai kekuatan besar dalam industri hiburan global. Dengan kombinasi kisah yang intens dan adegan pertarungan yang didesain dengan indah, film-film ini menawarkan lebih dari sekadar tontonan. Mereka mengajak penonton untuk merasakan setiap emosi dan ketegangan, membawa kita ke dalam cerita yang penuh dengan keberanian dan semangat.
Lewat lima film ini, kita diajak untuk mengapresiasi seni koreografi pertarungan yang tidak hanya memukau mata tetapi sekaligus menyentuh hati.