Istilah fear of missing out atau FOMO adalah kondisi seseorang ketika merasa khawatir, cemas dan takut jika tertinggal dengan sesuatu yang dilakukan orang lain ataupun tertinggal dari sesuatu yang sedang menjadi tren di kalangan masyarakat.
Fenomena psikologis ini muncul dan merajalela seiring dengan masifnya penggunaan media sosial di kehidupan sehari-hari. Hal ini memicu individu untuk berperilaku agresif dan kompulsif untuk mengejar ketertinggalannya.
Adapun, FOMO mengacu pada perasaan atau persepsi ketika melihat seseorang senang, bahagia atau menjalani kehidupan lebih baik dan mengalami hal-hal baik dari diri sendiri. Perasaan tersebut memicu rasa iri, bahkan dalam kondisi tertentu memengaruhi harga diri.
Mau tahu lebih banyak tentang FOMO mulai dari penyebab, ciri-ciri dan cara mengatasi FOMO? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini.
Pengertian FOMO
Berdasarkan laporan National Library of Medicine, definisi FOMO adalah kekhawatiran bahwa orang lain memiliki pengalaman lebih berharga yang tidak terjadi pada diri sendiri, sehingga muncul keinginan untuk berusaha tampak serupa seperti orang lain.
Istilah unik FOMO pertama kali dikenal pada tahun 2004 untuk menggambarkan fenomena yang berkembang akibat dari penggunaan situs jejaring sosial. Penggunaan media sosial yang semakin lekat dengan aktivitas manusia membuat banyak individu mudah membandingkan kondisi kehidupan.
Tak dapat dimungkiri, media sosial kini menjadi platform untuk flexing atau memamerkan sesuatu, baik material maupun peristiwa yang menunjukkan kebahagiaan. Maka, tak sedikit orang membandingkan pengalaman, kebahagiaan, bahkan membuat seseorang bertanya-tanya apa yang kurang dari diri sendiri.
Bentuk kecemasan akan ketertinggalan dalam konteks FOMO dapat beragam. Sebagai contoh, ketika kamu tertinggal karena tak mengikuti pertemuan, acara sosial, tren, berita, atau gosip terbaru. Hal ini membuatmu merasa tidak terhubung dengan kejadian dan norma masyarakat.
Baca juga: Tip Agar Tak Oversharing di Media Sosial dan Terhindar dari Penyalahgunaan Data Pribadi
Penyebab FOMO
Jadi apa penyebab utamanya? Penyebab FOMO adalah penggunaan media sosial dan smartphone yang berlebihan sehingga kemungkinan terlibat dengan perasaan FOMO semakin besar. Meski, memang ada berbagai faktor pemicu internal, tetapi ponsel dan jejaring sosial berperan banyak.
Penggunaan smartphone dikaitkan dengan ketakutan, serta terkait dengan efek negatif pada suasana hati. Berbagai kalangan cenderung berpotensi mengalami FOMO. Namun, remaja dan generasi muda mungkin sangat rentan terhadap efek FOMO. Penelitian menunjukkan bahwa pada beberapa remaja, FOMO dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, rendah diri, dan perilaku berisiko lainnya.
Tak hanya meningkatnya perasaan tidak bahagia, FOMO dapat berisiko tinggi seperti gangguan ketika mengemudi, yang dalam beberapa kasus bisa mematikan.
Ciri-Ciri FOMO
Hasil riset Technological Forecasting and Social Change tahun 2021 menjelaskan bahwa saat ini FOMO bukan kondisi yang dapat didiagnosis, namun dapat memiliki gejala spesifik, seperti:
- Terobsesi memeriksa media sosial untuk melihat apa yang dilakukan orang lain
- Timbul perasaan negatif ketika membandingkan kehidupan seseorang yang terlihat di media sosial
- Merasa lelah secara mental dari media sosial
Gejala FOMO lainnya, menurut Erin Vogel, Ph.D, seorang psikolog sosial dan profesor di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Oklahoma, yaitu:
- Overscheduling (mencoba untuk berada di mana-mana setiap saat)
- Menarik diri dari orang lain
- Merasa lelah secara fisik
- Merasa sedih, cemas atau tertekan
- Sulit berkonsentrasi
- Mengalami kesulitan tidur
Cara Mengatasi FOMO
Salah satu cara terpenting untuk mengatasi kondisi fomo adalah memberanikan diri untuk memutuskan perasaan terhubung dengan kehidupan orang lain atau apa yang dianggap penting. Ada beberapa cara mengatasi FOMO, beberapa di antaranya yaitu:
1. Melakukan ‘detoksifikasi digital’
Meminimalkan penggunaan gadget, terutama media sosial dan platform berita. Upaya ini bisa membantu kamu menjadi lebih fokus dengan rencana kehidupan sehari-hari.
Detoksifikasi dari media sosial yang dapat menyebabkan FOMO juga bisa menjadi cara yang bagus untuk menyegarkan hubungan dengan diri sendiri dan orang terdekat.
2. Luangkan lebih banyak waktu berkualitas
Simpan ponsel dan habiskan waktu dengan orang tersayang secara langsung dapat menjadi cara yang bagus untuk memusatkan kembali hubungan.
Teman dan keluarga sering kali menjadi orang terbaik untuk dihubungi ketika kamu perlu diingatkan bahwa kamu layak dicintai dan diterima, apa pun yang dilakukan orang lain.
3. Berlatih meditasi dan mindfulness
Latihan mindfulness seperti meditasi dan yoga pun dapat menjadi langkah yang sangat bagus untuk mengembangkan rasa tenang dan bertahan pada momen saat ini.
Bahkan berjalan-jalan di alam dapat membantu memulihkan rasa keseimbangan dan tujuan hidup. Menenangkan pikiran dan memusatkan perhatian pada pernapasan membantu meningkatkan kesadaran diri sendiri bahwa FOMO mungkin tidak sebanding dengan energi atau waktu.
4. Journaling
Membuat jurnal dapat membantu mengidentifikasi apa yang menjadi pemicu FOMO. Ketika memiliki gagasan yang jelas tentang siapa atau apa yang menyebabkan ketakutan akan kehilangan, akan lebih mudah untuk membingkai ulang hubungan di sekitar pikiran dan perasaan tersebut.
5. Lakukan terapi
Jika rasa takut akan ketertinggalan itu sangat berdampak dan mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari, terapi mungkin merupakan pilihan yang baik untuk membantu mendapatkan kembali kejernihan dan keseimbangan. Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu versi terapi verbal di mana seorang terapis dapat membantu mengenali pemicu pikiran cemas atau depresi dan kemudian mencarikan cara yang lebih baik untuk mengatasinya.
Baca juga: Alternate Universe: Pengertian, Cara Membaca, dan Cara Membuatnya
Jadi, FOMO adalah kondisi yang cukup serius jika tidak segera dicari pemicu dan pencegahannya. Meskipun penyebab dan ciri-cirinya terdengar sepele, jangan sampai terpengaruh dan terbelenggu dengan perasaan dan persepsi itu.