Belakangan santer dibicarakan tentang resesi yang akan terjadi di tahun 2023. Banyak orang merasa sangat khawatir, namun sedikit yang membicarakan tentang perubahan gaya hidup untuk mengantisipasinya. Padahal, hal inilah yang terpenting untuk kita lakukan di masa krisis seperti sekarang ini. Pernahkah kamu mendengar tentang gaya hidup frugal living?
Konon, gaya hidup ini cocok banget untuk diterapkan di masa sulit, dan saat menjadi kebiasaan, di masa yang lebih mudah pun gaya hidup ini lebih membawa kesehatan untuk kamu lo.
Yuk, kita bahas dalam artikel kali ini.
Pengertian Frugal Living
Frugal living itu pada dasarnya adalah gaya hidup hemat. Namun ini bukan sekadar hemat, melainkan dengan kesadaran penuh mengutamakan pengelolaan keuangan yang baik agar hidupnya dan hidup keluarganya terjamin untuk jangka waktu yang sangat lama. Bahkan tak sedikit orang yang sudah melangkah jauh dengan membeli tanah untuk penguburannya sendiri.
Frugal living itu irit tapi bukan pelit. Sedekah dan pemberian bantuan sosial bisa dimasukkan ke dalam pengeluaran, jadi tidak harus dihilangkan. Saking bagusnya gaya hidup frugal ini untuk diterapkan, laman www.kemenkeu.go.id sampai mengunggah artikelnya untuk edukasi para ASN (Aparatur Sipil Negara). Semboyan yang ada dalam artikel tersebut baik untuk ditiru, yaitu Hidup Sederhana, Hidup Secukupnya, Hidup Lebih Baik.
Baca juga: Begini Cara Berhemat di Jakarta dengan Gaji Pas-Pasan
Prinsip Frugal Living
Sebelum menjalani frugal living, harus dipahami dulu bahwa berhemat adalah filosofi seumur hidup. Dari laman www.frugalandthriving.com.au diungkapkan ada 3 pilar dalam berhemat:
- Hemat itu disengaja, bukan merupakan reaksi.
- Berhemat itu berarti lebih mementingkan nilai daripada harga.
- Berhemat itu mengutamakan keberlanjutan jangka panjang, bukan keuntungan jangka pendek.
Dengan demikian tidak ada alasan untuk menghambur-hamburkan uang ketika mendapatkan THR ataupun saat mendapat bonus tahunan dari kantor. Ketika kamu menerapkan frugal living, maka kamu sebaiknya menggunakan THR seperlunya untuk sedekah, mudik, memberikan angpao untuk saudara, dan sebagainya setelah kewajiban, tabungan, dan rencana investasi terpenuhi.
Langkah-Langkah Penerapan Frugal Living
Langkah-langkah berikut wajib dilakukan jika ingin menjalani frugal living yang disiplin, yaitu:
- Buatlah neraca keuangan berdasarkan kondisi sekarang agar terlihat berapa kewajiban, utang, dan pemasukan.
- Buatlah perencanaan berapa lama setiap utang yang dimiliki akan dilunasi.
- Setelah pemasukan dipotong kewajiban dan angsuran, potong lagi dengan tabungan atau investasi. Tabungan atau investasi menggambarkan target keuangan nyata yang ingin dicapai, misalnya biaya pernikahan, pendidikan anak, haji dan sebagainya. Sisanya itulah yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Jika masih sisa lagi, barulah disebut hemat. Ingat, hemat itu disengaja, bukan reaksi misalnya untuk membayar utang.
- Berlatih membedakan kebutuhan dan keinginan. Misalnya ketika merasa butuh mobil, pertimbangkan kembali biaya operasional, biaya perawatan, frekuensi pemakaian dan ketersediaan angkutan umum. Lakukan perhitungan riil, mana yang lebih menguntungkan.
- Jauhi tren yang konsumtif. Ingin gowes, running dan tracking itu bagus karena olahraga. Tapi pertimbangkan, apakah keinginan itu untuk mengikuti tren di media sosial atau memang membutuhkannya untuk tetap bugar? Perlengkapan ketiga olahraga tersebut tidaklah murah, apalagi untuk keperluan konten yang harus kelihatan cakep. Ingatlah pilar ketiga untuk keberlanjutan jangka panjang, yaitu sehat sampai tua, bukan keuntungan jangka pendek berupa pujian di media sosial.
Baca juga: Mau Merdeka Finansial? Ini Tips dari Pakar Keuangan
Tip untuk Kamu yang Ingin Mulai Menerapkan Frugal Living
Menjalani gaya hidup frugal living itu tak harus kelihatan serba murah karena memang dasarnya frugal living tidak berarti membawa kita untuk hidup di bawah garis kemiskinan, melainkan hidup seperlunya.
Banyak cara yang bisa dilakukan agar hidup hemat tapi masih bisa tampil elegan dan punya rumah yang nyaman. Jadi tidak harus mengenakan celana pendek, kaos oblong belel dan pakai sandal setiap hari seperti Mark Zuckerberg.
Berikut tip frugal living untuk kamu yang pengin mulai menerapkannya.
1. Beli produk berkualitas
Gaya hidup frugal itu bukan berarti harus membeli produk murahan, justru belilah produk berkualitas meski harganya lebih mahal. Namun, tujuannya adalah agar memiliki barang-barang yang awet, bukan untuk dipamerkan mereknya. Jika sekadar memamerkan merek, itu berarti masuk ke kategori konsumtif.
2. Berhenti mengejar status
Berhenti membeli barang-barang mahal atau pergi ke tempat-tempat mewah hanya untuk menaikkan status sosial. Hal itu sia-sia saja dilakukan, karena setiap saat akan muncul orang lain yang lebih hebat dan kaya.
3. Lebih memilih menyewa daripada membeli
Saat ini banyak sekali penyewaan barang-barang kebutuhan sementara seperti kebutuhan bayi, kendaraan, bahkan gaun pengantin. Mainan balita saja sekarang sudah ada persewaannya dan bisa diantar jemput ke rumah.
Jika tinggal di Jakarta dan sehari-hari naik kereta ke tempat kerja, buat apa membeli mobil? Mungkin lebih praktis jika bepergian dengan motor. Jika ingin liburan sekeluarga ke luar kota, baru deh menyewa mobil.
4. Perbanyak DIY (Do It Yourself)
Terutama untuk menghias dan memperbaiki rumah. Di media sosial atau YouTube banyak sekali contoh membuat rumah tampak menarik meski menggunakan barang-barang yang sudah ada tanpa membeli perabotan baru dan mendaur ulang.
5. Cerdik dalam mengelola acara besar
Contohnya dengan memberi sentuhan personal yang lebih banyak dan romantis dalam menyelenggarakan pesta pernikahan meski dengan undangan terbatas.
Dengan undangan terbatas, kualitas pesta bisa dimaksimalkan karena pengeluaran sudah ditekan dari jumlah undangan. Pesta pernikahan yang menyentuh hati akan berkesan lebih lama daripada pesta besar-besaran yang para tamunya tidak begitu kenal.
Baca juga: Green Living: Gaya Hidup untuk Hadapi Krisis dan Cintai Bumi
Frugal living bukan berarti membuat pelakunya menderita karena terus-menerus irit. Namun, justru sebaliknya membuat hidup lebih berkualitas dengan menyingkirkan hal-hal yang tidak dibutuhkan.
Bagaimana? Tertarik untuk menerapkan gaya hidup ini?