Generasi Milenial Lebih Pilih WFH dari WFO, Ini Alasannya

Ilustrasi gambar wfh

Asian businesswoman mother sit on table in living room, work from home. Attractive mom use laptop computer for online meeting in room with young kid daughter play with father on sofa together in house

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Michael Bloomberg, miliarder dan pengusaha asal Amerika Serikat, heran dengan anak muda yang kini tidak suka pergi ke kantor atau bekerja di kantor (WFO).

Sri Mulyani mengungkapkan Bloomberg tak memahami gaya hidup anak muda memilih bekerja dari rumah atau WFH dari pada di kantor. Sebagaimana diketahui, sejak pandemi Covid-19

Sosiolog sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sutinah Dra MS, menganggap hal tersebut merupakan dampak dari perubahan sosial belakangan ini, salah satunya ketika era digital booming.

Baca juga: Sukses Jualan Produk Digital, Mahasiswi Ini Bagi-Bagi Tips

“Dulu semasa saya, bekerja itu adalah bekerja di kantor, orang tidak dianggap bekerja kalau tidak di kantor. Dan sekarang mengalami perubahan terutama setelah perkembangan IT,” jelas Sutinah.

Dia melanjutkan, ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab pola pikir tersebut, yaitu efisiensi waktu, merasa lebih produktif, tidak terdapat gangguan yang signifikan, tidak perlu terjebak macet, hingga merasa lebih nyaman.

Di samping itu, pekerja pun dapat mengatur waktunya sendiri dalam bekerja, karena bekerja tidak sekadar pagi dan pulang sore.

“Bisa jadi ada orang yang ingin kerjanya pagi-pagi sekali. Namun ada juga yang ingin kerjanya malam karena sepi sehingga mereka tidak terganggu oleh suara atau mendengar hal lain,” ujarnya.

Sutinah menambahkan, pekerja pun dapat menggunakan waktu luang tersedia untuk melakukan kegiatan yang menunjang produktivitas.

Baca juga: Suka Duka Perjuangan Jadi Seorang Ibu Yang Bekerja (Working Mom)

Kelebihan ini menjadi angin segar bagi pekerja milenial yang cenderung menyukai fleksibilitas dalam melakukan sesuatu tanpa tekanan yang besar.

“Di kantor itu kan sering kali ada semacam konflik dengan teman, dalam arti bukan konflik fisik ya. Ada persaingan, kadang ada hal yang membuat jealous tapi kalau dirumah kan tidak,” tambahnya.

Meski begitu, Sutinah menegaskan, secara sosiologis manusia tetap membutuhkan interaksi.

Walaupun hal tersebut mampu dilakukan dengan perantara teknologi, interaksi sosial yang dilakukan langsung tanpa sekat dan jarak pun tetap harus diperhatikan.

“Dalam masyarakat digital kita tetap membutuhkan hubungan dengan sesama. Karena interaksi sosial itu dalam sosiologi dikenal sebagai dasar orang untuk dapat melakukan aktivitas. Meskipun interaksi dapat dilakukan secara online, tapi interaksi secara langsung masih tetap diperlukan,” tutupnya.

Baca juga: Jangan Lakukan Ini Jika Menggunakan Wi-Fi Publik

Exit mobile version