Gunung Tangkuban Perahu: Menjelajahi Flora dan Fauna Uniknya

JNEWS – Berdiri megah di Jawa Barat, Gunung Tangkuban Perahu tidak hanya terkenal karena legenda Sangkuriang. Gunung ini merupakan habitat bagi aneka ragam flora dan fauna yang mengesankan.

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, terletak di Provinsi Jawa Barat, melintasi dua kabupaten yaitu Bandung Barat dan Subang. Lokasi ini berada pada ketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut, menawarkan pemandangan yang memukau dari ketinggian.

Daya tarik utama Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu termasuk pemandangan alam yang menawan, serta kegiatan rekreasi seperti outbound, Taman Cinta, dan Taman Edukasi. Selain itu, area ini juga terkenal dengan beberapa kawahnya seperti Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, dan Kawah Domas.

Secara khusus lagi, kawasan ini merupakan rumah bagi spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Ingin berkenalan lebih jauh dengan hewan dan tumbuhan khas daerah ini? Ini dia profil dan karakteristik singkat fauna dan flora endemik  yang menarik untuk diikuti, dikutip dari situs resmi Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu.

5 Fauna Endemik di Gunung Tangkuban Perahu

Menelusuri lebih dalam ke dalam kekayaan Gunung Tangkuban Perahu, berikut berbagai spesies fauna endemik yang memang hanya bisa ditemukan di daerah ini.

7 Cagar Alam di Indonesia dan Daftar Flora Fauna yang Dilindungi

1. Elang Jawa

Status elang Jawa dalam konservasi adalah “Endangered”, yang berarti elang ini berada dalam ancaman kepunahan. Sejak tahun 1992, elang Jawa telah dipilih sebagai maskot langka di Indonesia. Ciri khasnya termasuk jambul berujung putih, mahkota, dan “kumis” yang berwarna hitam, serta bagian punggung dan sayap yang dominan berwarna cokelat.

Spesies ini memainkan peran penting dalam ekosistem di Gunung Tangkuban Perahu, tempat ia membangun teritorinya.

Baca juga: 7 Cagar Alam di Indonesia dan Daftar Flora Fauna yang Dilindungi

2. Meong Congkok

Meong congkok merupakan hewan karnivora, dan termasuk dalam famili Felidae dengan genus Felis, satu keluarga dengan kucing rumahan. Spesies ini juga tercatat sebagai “Endangered”.

Bulu tubuh meong congkok khas dengan tekstur halus dan pendek, berwarna kuning kecokelatan dan memiliki belang-belang hitam yang berjajar dari kepala hingga tengkuk. Bulu di bagian perutnya putih dengan totol-totol cokelat tua, dan ekornya panjang, mencapai lebih dari setengah dari panjang badannya. Ciri inilah yang membedakannya secara signifikan dari kucing liar lainnya.

Meong congkok sering terlihat berkeliaran sendiri atau berpasangan di kawasan hutan. Spesies ini memiliki kemampuan berenang yang baik, dan beberapa di antaranya bahkan dianggap semi-akuatik. Habitat utamanya meliputi Kawah Domas, Area Jayagiri, dan area Angkasa Pura di Gunung Tangkuban Perahu.

3. Macan Dahan

Macan dahan juga termasuk keluarga kucing, berukuran sedang dengan panjang tubuh yang bisa mencapai 95 cm. Ciri khasnya adalah bulu berwarna kelabu kecokelatan yang dihiasi pola unik menyerupai awan dan bintik-bintik hitam yang tersebar di seluruh tubuh.

Sebagai hewan nocturnal, macan dahan aktif berburu dan beraktivitas di malam hari. Hewan ini menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon dan memiliki kemampuan bergerak yang sangat lincah antar pepohonan. Macan dahan ditemukan di kawasan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu, khususnya di area Kawah Domas.

4. Surili

Surili adalah spesies monyet yang juga berstatus “Endangered”. Monyet jenis ini merupakan hewan endemik yang hanya ditemukan di beberapa area di Pulau Jawa, terutama di hutan primer.

Kehidupannya sangat tergantung pada pohon, di mana ia menghabiskan sebagian besar waktunya (arboreal). Area distribusi surili mencakup beberapa lokasi di Gunung Tangkuban Perahu seperti Jayagiri, Kawah Upas, dan Kawah Domas.

5. Lutung Jawa

Lutung Jawa dikategorikan sebagai “Vulnerable”, artinya spesies ini punya risiko kepunahan sangat tinggi karena populasinya turun drastis. Ciri khas dari lutung Jawa adalah bulu tubuhnya yang berwarna hitam dan memiliki ekor yang panjang, mencapai sekitar 87 cm. Panjang tubuhnya sendiri kira-kira 55 cm untuk yang sudah dewasa.

Sebagai binatang endemik, lutung Jawa hanya ditemukan di area Gunung Tangkuban Perahu. Populasinya terutama tersebar di beberapa lokasi seperti Blok Pemanfaatan PSP, Persemaian Jayagiri, Legok Tiis, dan Area Upas.

5 Flora Endemik di Kawasan Gunung Tangkuban Perahu

Setelah fauna, sekarang waktunya berkenalan flora endemik yang tumbuh dan berkembang di sini, masing-masing dengan ciri khas dan peranannya dalam menjaga keseimbangan alam di kawasan ini.

1. Cantigi/Manarasa

Cantigi, atau dikenal juga dengan nama manarasa, adalah tanaman endemik Indonesia yang sering ditemukan di area kawah pegunungan. Tanaman ini termasuk ke dalam kelompok perdu atau terrestrial, dan khas karena selalu menghijau sepanjang tahun.

Ciri menonjol dari Cantigi adalah pucuknya yang berwarna merah keunguan dan batang kayunya yang keras. Selain itu, tanaman ini juga menghasilkan buah buni yang menambah daya tariknya.

Selain keunikan fisiknya, cantigi juga berperan sebagai tanaman inang bagi spesies lain. Salah satu yang paling terkenal adalah peruit cantigi (Balanophora elongata), sebuah tanaman parasit yang sering ditemukan bersarang di akar cantigi. Persebaran cantigi dan peruit cantigi ini cukup luas, khususnya di sekitar Kawah Ratu dan Kawah Domas.

2. Rhododendron retusum

Rhododendron retusum adalah tanaman yang khas ditemukan di habitat pegunungan Sub-Alpin. Tanaman ini bisa bertumbuh baik sebagai perdu atau pohon kecil, sering ditemukan di punggung bukit, area batuan, dan lereng berbatu. Keunikan lain dari Rhododendron ini adalah kemampuannya untuk tumbuh di lingkungan dengan kandungan sulfur dan hidrogen sulfida (H2S) yang tinggi, seperti area sekitar kawah dan solfatara.

Di kawasan Gunung Tangkuban Perahu, Rhododendron retusum, yang termasuk dalam kelompok cantigi, dapat ditemukan di kawasan Kawah Upas.

3. Puspa

Puspa dikenal sebagai sumber kayu pertukangan yang memiliki kualitas sedang. Salah satu ciri khas puspa adalah adanya lapisan miang di bawah kulit kayunya yang dapat menyebabkan rasa gatal jika bersentuhan dengan kulit.

Nama spesies puspa adalah Schima Walichii. Nama ini diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada N. Wallich, seorang ahli botani asal Denmark yang memiliki peran penting dalam pengembangan Kebun Raya Kalkuta pada periode 1786 hingga 1854.

4. Pakis Emas

Pakis emas adalah tumbuhan yang tersebar mulai dari Tiongkok selatan hingga ke Sumatra dan Jawa Barat, melintasi Semenanjung Malaya. Tumbuhan ini tumbuh subur di hutan primer di daerah yang sejuk dan lembap, di mana ia bisa mencapai ketinggian hingga 10 meter.

Entalnya, atau daunnya, bisa tumbuh panjang hingga 3 meter, dengan sori yang terletak di tepi lekukan anak daun. Karakteristiknya ini membantu dalam reproduksi spora.

5. Anggrek Hutan

Anggrek hutan termasuk kelompok anggrek yang umumnya hidup sebagai epifit pada batang pohon. Tanaman ini jarang ditemukan tumbuh di tanah secara terestrial.

Anggrek ini dikenal memiliki banyak bunga yang ukurannya lebih pendek dibandingkan dengan daunnya, dan teksturnya mirip wol. Tanaman ini menyebar di berbagai hutan tropis di Asia, di mana ia mengambil manfaat dari kelembapan dan naungan yang disediakan oleh kanopi hutan.

Baca juga: Keindahan Danau Kawah Gunung Galunggung: Wisata Alam yang Menakjubkan

Melalui penjelajahan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, pengunjung diberikan kesempatan langka untuk mengamati beragam flora dan fauna yang unik. Pengalaman ini pastinya dapat memperkaya pemahaman tentang keanekaragaman biologis.

Kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan tentang keindahan alam, tetapi juga memperkuat pentingnya pelestarian lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.

Exit mobile version