JNEWS – Perayaan Hari Bumi pada 22 April merupakan acara tahunan dan momentum yang tepat untuk mengingatkan masyarakat global akan pentingnya merawat, menjaga kesehatan serta keselamatan planet Bumi.
Masalah lingkungan menjadi isu utama yang kerap dibahas di berbagai forum internasional. Bahkan dari tahun ke tahun, masalah seperti polusi, pencemaran limbah, sampah plastik mengalami kenaikan signifikan. Dampaknya pun sudah dirasakan seperti perubahan iklim, deforestasi hingga hilangnya keanekaragaman hayati.
Hal tersebut menjadi tantangan serius yang harus diperhatikan karena ‘mengikis’ kesehatan Bumi sekaligus mengancam keberlanjutan kehidupan makhluk hidup.
Tema dan Makna Hari Bumi 22 April 2025
Hari Bumi mengajak seluruh masyarakat global untuk menengok ulang gaya hidup yang selama ini barangkali tidak ramah lingkungan. Seperti menggunakan plastik sekali pakai, penggunaan air berlebihan, limbah rumah tangga yang tidak dikelola, dan masih banyak lainnya.
Pada tahun 2025, Hari Bumi jatuh pada hari Selasa tanggal 22 April. Dikutip dari website Earthday, tema tahun 2025 adalah Our Power, Our Planet sekaligus menandai peringatan ke-55 sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1970.
Sekarang ini masyarakat global merayakan realitas transformatif, di mana ada solusi untuk permasalahan lingkungan yang menjadi momok bagi Bumi. Solusinya adalah pemanfaatan energi terbarukan yang mampu menciptakan energi lebih bersih, murah dan tidak terbatas pemakaiannya.
Dengan mengangkat tema tersebut, peringatan Hari Bumi akan berfokus pada peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan di seluruh dunia. Hari Bumi 2025 memiliki makna menyerukan untuk mendidik, mengadvokasi, serta memobilisasi masyarakat untuk mendukung energi terbarukan.
Tak hanya itu saja, melalui tema tersebut, mengajak masyarakat global untuk bersatu mendukung energi terbarukan serta menyuarakan peningkatan pembangkitan listrik terbarukan secara global hingga tiga kali lipat pada tahun 2023.
Energi terbarukan dianggap sebagai kekuatan yang bisa menjadi pemersatu berbagai negara, kawasan dan juga masyarakat yang kerap berseberangan secara politik juga ekonomi. Energi bersih ini mampu melampaui batas ideologis dan menunjukkan daya tarik universal dari energi yang terjangkau manusia.
Sejarah Hari Bumi, Perubahan Besar Bisa Dimulai dari Langkah Kecil
Munculnya peringatan Hari Bumi berawal dari keresahan masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1960-an terhadap dampak buruk aktivitas industri yang semakin tidak terkendali. Di masa itu, polusi udara meningkat, sungai dipenuhi limbah kimia hingga banyak kawasan hutan yang ditebang tanpa ada memikirkan dampak ekologis.
Sayangnya, di masa itu, isu lingkungan belum menjadi agenda utama pemerintahan maupun media massa. Adalah Senator Gaylord Nelson, anggota Senat AS dari Wisconsin, yang peduli terhadap kondisi lingkungan di Amerika Serikat.
Nelson menyadari bahwa Bumi tengah menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi alam tanpa terkendali dan pencemaran lingkungan. Terinspirasi dari gerakan antiperang Vietnam di masa itu yang dikampanyekan oleh mahasiswa di seluruh kampus Amerika Serikat, Nelson memiliki bayangan membentuk protes serupa tapi fokusnya pada isu lingkungan.
Di musim gugur tahun 1969, Nelson mengumumkan rencana mengadakan sebuah peringatan besar-besaran bertema perlindungan lingkungan dalam konferensi di Seattle, Washington. Untuk mewujudkannya, Nelson menunjuk Denis Hayes, seorang aktivis muda dan mantan presiden mahasiswa Universitas Stanford, sebagai koordinator nasional kampanye Hari Bumi Pertama.
Hayes pun bekerja dengan membentuk staf nasional yang terdiri dari 85 orang. Mereka bertugas mengorganisir acara di seluruh negeri. Tanggal 22 April dipilih karena jatuh di antara liburan musim semi dan masa ujian akhir di kampus, sehingga memungkinkan partisipasi yang banyak dari kalangan mahasiswa.
Kerja keras Hayes dan tim membuahkan hasil gemilang. Pada 22 April 1970, lebih dari 20 juta warga Amerika yang terdiri dari berbagai kalangan, turun ke jalan dalam sebuah aksi protes damai untuk menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi lingkungan.
Aksi tersebut menjadi yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat kala itu dan mencetus lahirnya berbagai kebijakan penting seperti pembentukan Environmental Protection Agency (EPA) serta pengesahan Undang-Undang Udara Bersih, Air Bersih, dan Spesies Terancam Punah.
Di tahun 1990, Hari Bumi (22 April) diperingati secara global dengan memobilisasi 200 juta orang dan 141 negara. Hingga saat ini, perayaan Hari Bumi terus dilakukan dengan mengangkat isu lingkungan ke seluruh dunia.
Baca juga: 10 Sungai Terbersih di Dunia, Inspirasi untuk Konservasi Lingkungan
Hari Bumi 22 April: Refleksi Pentingnya Merawat Planet Bumi
Hari Bumi adalah waktu yang tepat untuk introspeksi. Apakah kita sudah cukup peduli pada lingkungan? Apakah gaya hidup kita lebih banyak merusak atau memperbaiki?
Terkadang, perubahan besar bermula dari kesadaran kecil seperti membawa botol minum sendiri, beralih ke kendaraan umum, atau mulai memilah sampah di rumah. Hari Bumi memberi ruang untuk bertanya, merenung, lalu memperbaiki.
Selain itu, melalui perayaan Hari Bumi juga menjadi refleksi seberapa pentingkah merawat Planet Bumi? Berikut ini alasan mengapa masyarakat global wajib untuk merawat ‘kesehatan’ Bumi.
1. Sumber Kehidupan
Bumi adalah satu-satunya planet di galaksi yang mendukung kehidupan makhluk hidup. Di Bumi, tersedia segala yang dibutuhkan oleh makhluk hidup seperti air, udara, makanan, dan tempat tinggal.
Merawat bumi sama saja dengan merawat diri sendiri dan orang yang dicintai. Jika Bumi rusak, maka seluruh masyarakat dunia pun ikut terdampak. Dengan menjaga Bumi, secara langsung akan memperpanjang umur kehidupan manusia itu sendiri.
2. Mencegah Perubahan Iklim Ekstrem
Pemanasan global membuat suhu bumi meningkat, es di kutub mencair, dan cuaca menjadi tidak menentu. Banjir dan kekeringan terjadi lebih sering, serta pola musim mulai berubah. Hal ini berdampak besar pada pertanian, perikanan, dan kehidupan manusia.
Dengan mengurangi emisi karbon, menanam lebih banyak pohon, dan menggunakan energi terbarukan, bisa membantu menekan laju perubahan iklim. Tindakan ini mungkin terlihat kecil, tapi jika dilakukan berjuta-juta orang, hasilnya bisa luar biasa.
3. Menjaga Keanekaragaman Hayati
Bumi dihuni oleh jutaan spesies, dari yang terlihat seperti gajah hingga yang mikroskopis seperti bakteri. Semua makhluk hidup saling bergantung satu sama lain dalam rantai ekosistem.
Jika satu spesies punah, bisa memicu efek domino bagi yang lain. Contohnya, apabila lebah punah, maka proses penyerbukan terganggu, dan produksi pangan manusia juga bisa terdampak. Oleh karena itu, menjaga lingkungan adalah bentuk perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
4. Menjamin Masa Depan Anak Cucu
Generasi mendatang berhak hidup di dunia yang bersih, sehat, dan indah. Jika hari ini semua abai, maka mereka akan mewarisi masalah yang lebih besar. Dari polusi plastik, deforestasi, hingga pencemaran laut.
Merawat bumi bukan hanya soal hari ini, tapi juga perkara komitmen jangka panjang. Setiap langkah kecil adalah investasi bagi masa depan.
5. Mengurangi Bencana Alam
Kerusakan lingkungan dapat memicu bencana seperti tanah longsor, banjir bandang, dan kebakaran hutan. Semua ini tidak hanya merusak alam tapi juga menghancurkan kehidupan manusia.
Dengan merawat lingkungan seperti menjaga hutan, tidak membuang sampah sembarangan, bisa mengurangi risiko bencana. Memang manusia tidak bisa mencegah bencana terjadi, tapi setidaknya bisa meminimalkan dampaknya.
Baca juga: 7 Hotel Ramah Lingkungan: Berlibur Tanpa Mengorbankan Alam
Hari Bumi tidak sekadar perayaan satu hari dalam setahun, tapi ajakan untuk terus menjaga bumi setiap hari. Melalui perayaan ini diharapkan akan muncul semangat baru untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Mari, sama-sama merawat Bumi. Mulailah dari langkah kecil, dari diri sendiri. Karena merawat Bumi juga merawat kehidupan.