JNEWS – Hari Puisi Sedunia diperingati setiap 21 Maret sebagai bentuk penghargaan terhadap keindahan kata-kata.
Puisi bukan sekadar rangkaian bait, tapi cara manusia mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pengalaman hidup. Lewat puisi, banyak hal bisa diceritakan—dari cinta yang menghangatkan hati hingga kisah sejarah yang penuh luka.
Setiap kata punya kekuatan, dan setiap penyair punya cara unik dalam menyampaikannya.
14 Nama Penyair untuk Dikenang di Hari Puisi Sedunia
Dari zaman dulu hingga sekarang, banyak penyair yang karyanya tetap hidup dan terus dibaca lintas generasi. Mereka menulis dengan gaya yang berbeda-beda, tapi semua punya satu kesamaan: puisi mereka tak lekang oleh waktu.
Nama-nama besar dalam dunia sastra tersebut telah melahirkan karya yang menggugah emosi dan mengajak pembaca melihat dunia dari sudut pandang baru. Siapa saja mereka? Mari berkenalan dengan ke-14 penyair di kesempatan Hari Puisi Sedunia ini.
1. William Shakespeare (1564–1616)
Yang pertama harus dikenang di Hari Puisi Sedunia ini siapa lagi kalau bukan William Shakespeare. Tak hanya dikenal dengan drama, sonetanya juga tak kalah melegenda. Puisinya membahas cinta, keabadian, dan filosofi hidup dengan gaya yang elegan.
“Sonnet 18” adalah contoh klasik bagaimana Shakespeare menyusun kata-kata sederhana menjadi sesuatu yang abadi. Tak heran banyak orang masih mengutip dan mengadaptasi puisinya hingga sekarang.
2. Rumi (1207–1273)
Baca satu puisi Rumi, rasanya seperti diberi nasihat seorang bijak. Puisinya penuh kebebasan dan kehangatan, membahas cinta dalam arti yang luas—bukan sekadar cinta romantis, tapi juga cinta spiritual dan kemanusiaan.
Kalimat seperti “The wound is the place where the light enters you” adalah salah satu contoh nyata kalimat puitis yang tetap relevan di era modern. Setiap lariknya dalam puisinya seperti ajakan untuk memahami diri sendiri lebih dalam.

3. Dante Alighieri (1265–1321)
Membaca “Divine Comedy” seperti memasuki film petualangan klasik. Dante menggambarkan neraka, purgatorium, dan surga dengan detail yang mengerikan, tapi—anehnya—juga indah.
Puisi Dante adalah cerminan perjalanan spiritual yang penuh pelajaran hidup. Jika penasaran bagaimana dunia setelah kematian dibayangkan, karya penyair satu ini wajib dibaca di kesempatan Hari Puisi Sedunia.
4. Johann Wolfgang von Goethe (1749–1832)
Goethe terkenal dengan “Faust”, drama yang berkisah tentang seorang ilmuwan yang nekat membuat perjanjian dengan iblis demi pengetahuan dan kepuasan duniawi. Puisinya kaya akan refleksi filosofis yang mengajak pembaca berpikir tentang makna hidup. Dengan gaya yang dramatis, ia menghadirkan kisah yang tetap relevan hingga sekarang.
Baca juga: 30 Kutipan Buku Fiksi Terkenal dan Inspiratif yang Meninggalkan Jejak di Hati
5. Emily Dickinson (1830–1886)
Hidupnya lebih banyak dihabiskan dalam kesunyian, tetapi puisinya berbicara lantang. Dickinson menulis dengan gaya yang unik, pendek, dan tanpa banyak basa-basi.
Puisinya membahas tema besar seperti kematian dan cinta dengan cara yang tidak biasa, seperti dalam “Because I could not stop for Death”. Meskipun karyanya baru dikenal setelah ia meninggal, kini ia dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sepanjang masa yang harus dikenang di Hari Puisi Sedunia.
6. Walt Whitman (1819–1892)
Jika ada penyair yang merayakan hidup dengan penuh semangat, itu adalah Whitman. Puisinya panjang, penuh energi, dan seperti percakapan langsung dengan pembaca.
“Leaves of Grass” adalah manifesto pribadinya tentang kebebasan, demokrasi, dan cinta terhadap sesama manusia. Ia tidak terikat aturan klasik puisi, dan justru itulah yang membuat karyanya terasa segar dan dekat dengan kehidupan nyata.
7. Rabindranath Tagore (1861–1941)
Tagore menulis puisi yang seperti alunan musik tenang, sederhana tapi mengena. “Gitanjali”, kumpulan puisi yang membawa Tagore meraih Nobel Sastra, penuh dengan renungan spiritual dan hubungan manusia dengan alam.
8. Pablo Neruda (1904–1973)
Bisa dibilang Neruda adalah penyair yang puisinya paling banyak dikutip dalam surat cinta. “Twenty Love Poems and a Song of Despair” membuktikan bahwa kata-kata bisa menyulut gairah dan kesedihan dalam waktu bersamaan.
Tapi Neruda bukan hanya penyair cinta—banyak karyanya juga berbicara tentang keadilan sosial dan politik. Puisinya sederhana, tapi setiap barisnya mengandung emosi yang dalam.
9. Federico García Lorca (1898–1936)
Lorca menulis dengan penuh warna, tetapi di saat yang sama juga sarat tragedi. Puisinya sering kali menggambarkan kehidupan kaum gipsi, seperti dalam Romancero Gitano. Nuansanya melankolis.
Lorca dikenal dengan gaya yang teatrikal, menggabungkan puisi dengan musik dan seni visual. Hidupnya berakhir tragis akibat eksekusi politik, tapi puisinya tetap hidup dan harus dikenang di Hari Puisi Sedunia ini.
10. T. S. Eliot (1888–1965)
Membaca “The Waste Land” serasa mengikuti teka-teki sastra yang rumit. Bagi yang suka tantangan, Eliot adalah penyair yang tepat. Meski sulit dipahami dalam sekali baca, puisinya tetap menjadi salah satu yang paling berpengaruh dalam sastra modern.
11. Anna Akhmatova (1889–1966)
Akhmatova menulis puisi-puisinya di bawah tekanan rezim Stalin, tetapi suaranya tak bisa dibungkam. Puisinya berbicara tentang kehilangan, ketakutan, dan harapan yang nyaris padam. “Requiem” adalah salah satu karyanya yang paling menyayat hati, menggambarkan penderitaan hidup di era kekejaman politik.
12. Sylvia Plath (1932–1963)
Plath menulis seolah-olah setiap katanya adalah jeritan dari dalam dirinya. “Ariel” adalah kumpulan puisinya yang paling terkenal, penuh metafora yang tajam dan emosional. Ia sering membahas depresi, identitas perempuan, dan kematian dalam puisinya. Karyanya begitu kuat hingga masih terus dibaca dan dianalisis sampai sekarang.
13. Octavio Paz (1914–1998)
Paz tidak hanya menulis puisi, tapi juga memadukannya dengan filsafat dan sejarah. Puisinya sering mengeksplorasi identitas budaya Meksiko, seperti esainya dalam “The Labyrinth of Solitude”. Ia juga sering bereksperimen dengan bentuk puisi, membuat karyanya terasa segar dan unik. Puisinya adalah jembatan antara tradisi lama dan pemikiran modern.
14. Seamus Heaney (1939–2013)
Heaney menulis tentang hal-hal sederhana seperti tanah, petani, dan alat kerja, tapi dengan makna yang mendalam. Puisinya, seperti “Digging”, menggambarkan bagaimana warisan dan pekerjaan keras dapat membentuk karakter seseorang. Ia sering menggunakan bahasa yang lugas tapi tetap indah. Puisinya menjadi pengingat bahwa keindahan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 15 Kata Bijak Plato tentang Hidup dan Bagaimana Menerapkannya dalam Kehidupan Modern
Hari Puisi Sedunia adalah momen untuk merayakan kata-kata yang mampu menghidupkan perasaan dan pemikiran. Setiap puisi membawa cerita, menghadirkan makna, dan sering kali meninggalkan kesan mendalam bagi pembacanya. Para penyair dari berbagai zaman telah menciptakan karya yang tetap relevan hingga kini, membuktikan bahwa puisi selalu punya tempat di hati banyak orang.
Menikmati puisi berarti memberi ruang bagi kepekaan dan imajinasi untuk berkembang. Tidak ada batasan dalam puisi. Setiap kata yang ditulis bisa menjadi jendela menuju dunia yang lebih luas.