Hasil Kemitraan Koperasi, Pisang Asal Lampung Tembus Pasar Global

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bersama Menteri ATR/BPN Soyan Djalil meninjau Kebun Pisang Mas Koperasi Tani Hijau Kabupaten Tanggamus. Lampung

 

Menggandeng PT Great Giant Pineapple (GGP), Koperasi Tani Hijau Makmur asal Lampung, sukses menggarap 400 hektar lahan pohon pisang. Dengan modal kemitraan tersebut, koperasi itu berhasil membawa pisang asal Indonesia ke mancanegara.

Beranggotan sebanyak 820 orang petani, Koperasi Tani Hijau Makmur telah sukses mengekspor 64 ton pisang per bulan per hektar atau 14.266 box pada 2020 ke China, Singapura, Timur Tengah, dan Malaysia.

Atara prestasi kemitraan tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, sangat terkesan dengan pencapaiannya. Teten mengatakan kemitraan antara UMKM termasuk petani melalui koperasi dengan usaha besar menjadi prioritas KemenkopUKM dan merupakan strategi untuk mendorong UMKM naik kelas.

BACA JUGA : 7 Tips Kembangkan Bisnis Pakaian Bekas

“Kami pelajari selama ini, petani yang kepemilikan lahannya sempit-sempit, tidak mungkin bisa membangun coorporate farming yang bisa menghasilkan produk yang konsisten, mutunya bagus dan meningkatkan kesejahteraan. Hampir tidak mungkin. Perlu kemitraan, karena jika petani orang-perorang berhadapan dengan pasar, itu kurang menguntungkan bagi petani. Jadi, biar koperasi itu yang urus ke sana (pasar),” kata Teten.

Teten menjelaskan, melalui koperasi kebutuhan bahan baku produksi dapat dipenuhi dengan harga yang lebih murah. Standar kualitas hasil produksi juga bisa dijaga dan akses pasar yang terjamin.

Koperasi Tani Hijau Makmur telah menunjukkan bahwa koperasi dapat membangun organisasi dan manajemen yang profesional dan kemitraan yang terbuka luas. Teten mengatakan, model kemitraan antara Koperasi Tani Hijau Makmur dan PT Great Giant Pineapple bisa menjadi contoh dan dikembangkan ke tempat lain.

“Lampung ini ternyata hebat. PT GGP juga pemasok nanas kaleng terbesar di dunia. Selain itu di sini kan juga ada jambu kristal yang bisa dikembangkan. Saya kira itu bisa dilakukan dalam skala-skala lahan yang sempit terutama di Jawa. Jadi saya kira Lampung banyak model yang bisa kita kembangkan,” kata MenkopUKM.

BACA JUGA : Harga Tiket Masuk Ranca Upas Terbaru Februari 2021

Pisang merupakan buah-buahan penyumbang devisa terbesar kedua untuk Indonesia setelah nanas dengan nilai 14,6 juta dollar AS (BPS: 2018) atau sekitar Rp204 miliar. Pada masa pandemi juga masih tetap bertahan dengan 11,15 juta dollar AS atau Rp 163 miliar dengan volume 22.000 ton.

Exit mobile version