JNEWS – Tren sosial gaya hidup zero plastic sudah digaungkan beberapa tahun lalu. Hal ini tidak lepas dari tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan baik untuk kemasan makanan dan minuman hingga sebagai wadah belanja.
Bahan plastik biasanya digunakan sebagai alternatif dari material lain karena sifatnya lebih ringan dan tahan air. Sayangnya di balik banyaknya manfaat plastik, material ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Penggunaan bahan plastik tersebut pada akhirnya akan menjadi sampah lalu berkembang menjadi polusi bagi lingkungan. Sifat plastik yang tidak bisa terurai mampu mengganggu sistem rantai makanan. Apabila sistem ini terganggu, bisa memengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Gerakan Gaya Hidup Zero Plastic di Berbagai Belahan Dunia
Dikutip dari website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, United Nations Environment Programme (UNEP) menyatakan jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem akuatik dapat meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2040 apabila tidak ada upaya untuk mencegah polusi plastik. Jumlah polusi plastik sekitar 9-14 juta ton pada 2016 berpotensi menjadi 23-27 juta ton pada 2040.
Indonesia menjadi negara kedua penyumbang plastik ke laut tertinggi di dunia dengan total 3,82 juta metrik ton per tahun. Langkah penanggulangan dilakukan oleh pemerintah dengan menargetkan pengurangan 70% di tahun 2025.
Permasalahan penggunaan plastik dan sampahnya sangat meresahkan karena sudah banyak yang merasakan dampak negatifnya. Gelombang tren sosial gaya hidup zero plastic mulai digaungkan di berbagai belahan dunia.
Beberapa gerakan yang diinisiasi oleh berbagai pihak dan dilakukan oleh banyak masyarakat dunia antara lain:
- Plastic Free July yang merupakan inisiatif utama dari Plastic Free Foundation dengan tujuan untuk melihat dunia yang bebas dari sampah plastik. Kampanye Plastic Free July ini dimulai sejak tahun 2011 dan rutin diadakan setiap tahunnya.
- Gerakan #BreakFreeFromPlastic. Sejak diluncurkan pada tahun 2016, lebih dari 13.000 organisasi dan pendukung individu dari seluruh dunia telah bergabung dengan gerakan #BreakFreeFromPlastic untuk menuntut pengurangan besar-besaran dalam penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong solusi jangka panjang terhadap krisis polusi plastik.
Selain gerakan di atas, ada banyak organisasi lingkungan dan NGO yang kerap menyuarakan gerakan zero plastic dan zero waste. Sebut saja WWF (World Wide Fund for Nature), organisasi non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian, dan restorasi lingkungan.
Di WWF bahkan memiliki program Zero Waste School yang menjadi bagian kegiatan turunan program Plastic Smart Cities WWF-Indonesia. Melalui program ini, mereka mengajak sekolah untuk turut serta meningkatkan kesadaran siswa dengan membangun program aksi mengurangi konsumsi sampah plastik.
Baca juga: Zero Waste Lifestyle: Solusi Masalah Sampah di Kota-Kota Besar di Indonesia?
Langkah Menuju Gaya Hidup Zero Plastic
Dalam menanggulangi permasalahan plastik ini, dibutuhkan kesadaran kolektif dari seluruh masyarakat dunia khususnya Indonesia yang menjadi negara terbesar produksi sampah plastik. Gerakan zero plastic wajib diterapkan untuk menekan laju peningkatan produksi sampah plastik.
Lantas bagaimana langkah memulai gaya hidup zero plastic? Berikut langkah yang bisa diterapkan.
1. Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Harus diakui bahwa penggunaan plastik sekali pakai dalam aktivitas sehari-hari adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap meningkatnya jumlah sampah plastik. Ada banyak contoh plastik sekali pakai yang kerap digunakan di berbagai kegiatan seperti kantong belanja, sedotan, kemasan makanan atau minuman dari plastik hingga botol air minum.
Langkah untuk melakukan zero plastic adalah menghindari pemakaian plastik sekali pakai ini. Cara konkret dalam menerapkannya:
- Perbiasakan bawa botol minum sendiri seperti tumbler
- Ganti sedotan plastik dengan sedotan stainless atau bambu
- Bawa tas belanja sendiri ketika belanja
Cara tersebut awalnya terasa sulit, tetapi memulai satu langkah kecil saja setiap harinya, membuat seseorang bisa lebih terbiasa ke depannya.
2. Masak di Rumah
Ketika tubuh terasa capek atau lagi banyak deadline kerjaan, memesan makanan secara online adalah solusi terbaik. Memang benar bisa membantu kita untuk menyelesaikan pekerjaan atau istirahat, sayangnya masih banyak penjual yang menggunakan plastik maupun styrofoam dalam mengemas makanan atau minuman.
Bayangkan apabila dalam sehari memesan makanan online dua atau tiga kali. Berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan?
Memasak makanan sendiri adalah cara terbaik. Dari segi kesehatan lebih terjamin, tidak ada penggunaan plastik untuk wadah, dan lebih hemat.
Namun, apabila kondisi tidak memungkinkan untuk memasak, bisa membeli makanan untuk sehari di satu orderan, jadi tidak perlu order berkali-kali di waktu berbeda.
3. Daur Ulang Plastik
Salah satu cara efektif untuk zero plastic adalah daur ulang. Sekarang ini, ada banyak pelaku usaha, perorangan, organisasi yang membuka layanan daur ulang. Mereka menerima berbagai sampah plastik hingga minyak jelantah untuk diolah kembali menjadi produk ramah lingkungan seperti tas belanja, botol hingga mebel.
Dengan langkah daur ulang, kita membantu mengurangi penggunaan sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari produksi plastik
Selain daur ulang, masyarakat juga perlu tahu jenis plastik yang sulit didaur ulang, seperti plastik kode 3 (PVC) dan 6 (PS). Kedua plastik kode ini sangat sulit didaur ulang dan berakhir di tempat pembuangan sampah.
Apabila memang terpaksa menggunakan plastik, pilihlah kode 1 (PET) dan 2 (HDPE) yang lebih mudah didaur ulang. Dengan demikian, kita pun turut berperan serta agar plastik tersebut bisa didaur ulang dan pastinya tidak mencemari lingkungan.
4. Menggunakan Produk Alternatif
Mengganti plastik dengan produk alternatif ramah lingkungan adalah bagian dari langkah zero plastic. Di era sekarang ini ada banyak produk alternatif yang bisa digunakan untuk mengganti plastik.
Seperti di poin satu, mengganti sedotan plastik dengan sedotan dari bahan stainless atau bambu adalah hal yang bisa dilakukan. Selain itu, mengganti tas belanjaan dari plastik ke kain bisa mengurangi pencemaran lingkungan.
Namun, terkait penggunaan tas belanja kain ini, disarankan untuk tidak terlalu menumpuk membelinya. Cukup satu atau dua saja yang digunakan bergantian, sehingga tidak menambah lagi sampah di rumah.
Bisa juga dengan membiasakan membawa wadah saat belanja di pasar. Jadi, bisa menggantikan penggunaan plastik untuk membungkus sayur atau rempah. Selain untuk belanja, mengganti wadah plastik ke stoples kaca dan piring keramik bisa diterapkan di rumah.
Baca juga: Langkah dan Tips Membuat Kompos Dapur untuk Mengurangi Sampah Organik di Rumah Tangga
5. Rajin Membersihkan Rumah dan Lingkungan
Kadang kala karena lupa, ada banyak plastik yang terselip di sudut-sudut rumah. Oleh karena itu, perlu rutin untuk membersihkan rumah lalu memilah barang-barang. Jadi, rumah bisa lebih lapang, lebih sehat, dan tidak menjadi sarang kecoa atau tikus.
Tak hanya di rumah saja, lingkungan sekitar rumah pun wajib dibersihkan, misalnya dengan memungut sampah-sampah plastik yang ada di berbagai sudut kompleks. Adanya kegiatan ini bisa membangun kesadaran masyarakat sekitar untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan menghindari polusi sampah.
Gerakan zero plastic ini wajib dilakukan oleh semua masyarakat dan berbagai kalangan. Anak-anak juga bisa diajarkan sejak dini penggunaan wadah ramah lingkungan untuk ke sekolah dan tidak membuang sampah sembarangan. Dengan adanya kerja sama kolektif dari berbagai pihak, target pengurangan sampah plastik yang direncanakan tidak mustahil bisa terwujud.