Kesuksesan almarhum H. Soeprapto Soeparno dalam membangun TIKI dan JNE, tidak terlepas dari sosok perempuan hebat di belakangnya yakni sang istri tercinta Hj. Nuraini Soeprapto yang selalu memberi dukungan penuh. Hj. Nuraini juga sejak dulu tercatat sebagai salah satu komisaris (pemegang saham) JNE. Seperti halnya sang suami, Hj. Nuraini dikenal dermawan dan sangat peduli pada anak yatim, tuna netra dan para janda yang tak mampu. Setiap malam takbiran dan Hari Raya Idul Fitri, Hj. Nuraini melakukan open house di Yatuna dengan dihadiri ribuan orang yang ia santuni. Sepeninggal sang suami, kegiatan sosial masih terus dilakukan Hj. Nuraini beserta keluarga besarnya. Dalam edisi “Pekan Kartini” kali ini JNEWS menampilkan sosok Komisaris JNE Hj. Nuraini Soeprapto.
Saat pergolakan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, nun di daerah pesisir Kurau, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Hj. Nuraini Soeprapto lahir. Tepatnya pada 6 Oktober 1944, kala itu Indonesia masih dijajah Jepang. Kurau adalalah sebuah daerah pesisir pantai yang banyak terdapat perkampungan nelayan. Bersama orang tuanya, Nuraini menghabiskan masa remaja di Kurau sebelum akhirnya merantau ke Jakarta, sekitar tahun 1960-an.
Di tanah perantauan, Nuraini bertemu dengan pemuda bernama Soeprapto Soeparno yang sama-sama perantauan asal Bangka Belitung. Pucuk dicinta ulam tiba, keduanya pun berjodoh dan melangsungkan pernikahan secara sederhana di tahun 1965 dan tinggal di daerah Roxy Jakarta Barat. Sang suami kala itu bekerja kantoran sebagai karyawan pembukuan dengan penghasilan yang cukup lumayan.
“Saat orang tua saya menikah kondisi saat itu di Jakarta sedang genting dan memanas akibat peristiwa G-30 SPKI, sehingga dilangsungkan secara sederhana dan mengundang orang-orang sekitaran yang dikenal bapak termasuk para tukang becak dan pedagang kecil. Dari dulu memang bapak senang bergaul dengan banyak pihak dan kalangan, tak terkecuali dengan tukang becak, pedagang kecil dan sebagainya,” kenang Presiden Direktur JNE M. Feriadi Soeprapto yang merupakan putra kedua dari pasangan H. Soeprapto dan Hj. Nuraini. Keduanya dikarunia 6 putra dan putri.
Baca Juga: Asa Pemilik Rengginang Kidal Meraih Mimpi dengan Sebelah Tangan
Namun, beberapa tahun setelah menikah, di awal 1970, sang suami meminta restu untuk berhenti bekerja dan membuka usaha jasa pengiriman barang yang kala itu dikenal dengan jasa penitipan barang (Jastip) yakni Citra Van Titipan Kilat (CV Tiki). Nuraini pun memberi restu dan mendukung sepenuhnya keputusan tersebut. Saat merintis usaha CV Tiki, keduanya pindah rumah ke daerah Slipi, Jakarta Barat.
Singkat cerita, CV Tiki yang didirikan berkembang pesat. Sebagai bentuk syukur, keduanya pergi menunaikan ibadah haji dan mendirikan Yayasan Tuna Netra dan Anak Yatim (Yatuna) Soeprapto Soeparno di Kampung Makassar, Jakarta Timur, beserta masjid yang ada di lingkungan Yatuna. Setelah sukses dengan CV Tiki, dalam rangka pengembangan perusahaan maka November 1990 lahirlah JNE yang semula difokuskan untuk menggarap pangsa pasar pengiriman ekspor-impor. Sebuah syukuran sederhana pendirian JNE digelar dengan mengundang anak yatim di Yatuna pada 26 November 1990.
Dalam kenangan Presiden Direktur JNE, M. Feriadi Soeprapto, sosok ibunda, Hj. Nuraini adalah potret seorang ibu sejati yang selalu hadir mendampingi dan memberi support demi kesuksesan sang suami yang sejak dari dulu memiliki jiwa patriot dan cita-cita luhur membuka banyak lapangan kerja serta menyisihkan keuntungan perusahaan untuk kegiatan amal sosial terutama bagi para anak yatim, tuna netra dan fakir miskin.
“Ibu selalu membela anak-anaknya, saat mendapat teguran dari bapak. Maka ibu akan menjadi pelindung buat anak-anaknya. Ibu selalu mengayomi dan menjadi guru. Jaman saya sekolah terkadang ibu bawa mobil sendiri untuk menjemput anak-anaknya, karena bapak sibuk mengurus pekerjaan. Saya merasa bahagia sekali berangkat sekolah hingga pulang dijemput oleh ibu sendiri,” kenang M. Feriadi.
“Ibu benar-benar membentuk karakter saya dan saya selalu berusaha menduplikasinya. Ada satu yang selalu saya ingat dan pegang teguh dari nasehat kedua orang tua bahwa JNE bisa seperti ini ada campur tangan Allah. Ada doa dan ihktiar. Siapa brand ambasador JNE? Tidak lain tidak bukan adalah anak yatim. Orang luar mengetahui JNE adalah sangat sosial, sering membantu dan lain sebagainya dan itu semua adalah ajaran yang selalu ditanamkan ke saya dari kedua orang tua saya. Almarhum bapak dan ibu selalu mengingatkan untuk terus dekat dengan anak yatim. Sepeninggal bapak pun ibu selalu terus mengingatkan dan berpesan agar JNE tidak meninggalkan anak-anak yatim dan fakir miskin,” tambah M. Feriadi. * (bersambung)