Pesona Hutan Hujan Borneo, Salah Satu Hutan Tropis Terkaya di Dunia

JNEWS – Hutan Hujan Borneo adalah salah satu kawasan tropis paling kaya dan menakjubkan di muka bumi. Di dalamnya, terbentang hutan lebat, sungai panjang, dan beragam satwa liar yang hidup berdampingan dalam keseimbangan alami.

Banyak ilmuwan menyebutnya sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa, karena begitu banyak spesies unik yang hanya bisa ditemukan di sini. Selain menyimpan usia jutaan tahun, hutan ini juga menyiratkan cerita panjang tentang perubahan bumi dan kehidupan yang tumbuh perlahan dari masa ke masa.

Hutan Hujan Borneo: Hutan Tua yang Melampaui Zaman

Hari Hutan Sedunia Daftar Hutan yang Masih Lestari
Hutan Borneo

Borneo dikenal sebagai pulau terbesar ketiga di dunia. Luas wilayahnya bahkan hampir dua kali lipat dari negara Jerman.

Nama “Borneo” sendiri pertama kali dipakai oleh Belanda pada masa kolonial. Saat itu, mereka menggunakan istilah tersebut untuk menyebut seluruh kawasan di pulau ini. Di Indonesia, kita lebih sering menyebutnya sebagai Kalimantan. Nama ini kemudian melekat hingga sekarang dan menjadi identitas lokal yang lebih akrab di telinga masyarakat.

Selain luas, Borneo juga menyimpan salah satu hutan hujan tropis tertua di dunia. Hutan yang berada di Pulau Kalimantan ini diperkirakan berusia lebih dari 140 juta tahun. Usianya bahkan jauh lebih tua dibanding hutan Amazon yang berumur sekitar 55 juta tahun.

Sebagai hutan purba, Hutan Hujan Borneo telah melalui berbagai perubahan bumi sejak jutaan tahun lalu. Kondisi itu memungkinkan terbentuknya ekosistem yang sangat kaya dan rumit. Setiap lapisan tanah, pohon, dan sungai di dalamnya menyimpan jejak panjang evolusi kehidupan.

Baca juga: Daftar Hutan yang Masih Lestari di Dunia

Keanekaragaman Hayati yang Luar Biasa

Keanekaragaman hayati Hutan Hujan Borneo termasuk salah satu yang terkaya di muka bumi. Banyak spesies hidup di dalamnya, baik tumbuhan maupun hewan. Hutan ini menjadi rumah bagi lebih dari 230 spesies mamalia, 44 di antaranya hanya bisa ditemukan di Borneo.

Ada sekitar 420 jenis burung, dan 37 di antaranya juga endemik. Selain itu, terdapat lebih dari 100 spesies amfibi, 394 ikan dengan 19 spesies endemik, serta sekitar 15.000 jenis tanaman dengan 6.000 yang tidak ditemukan di tempat lain. Angkanya terus bertambah seiring penelitian baru.

Jumlah spesies yang belum diketahui juga masih sangat banyak. Diperkirakan ada lebih dari 15.000 jenis tanaman lain serta sekitar 1.400 spesies hewan yang belum teridentifikasi. Kelompoknya mencakup amfibi, ikan, burung, mamalia, reptil, hingga serangga. Beberapa mungkin hidup di dasar sungai yang belum terjamah. Ada pula yang bersembunyi di pucuk kanopi hutan yang sulit dijangkau.

Kondisi ini membuat para ilmuwan menyebut Hutan Hujan Borneo sebagai salah satu “surga biodiversitas” terakhir di dunia. Setiap ekspedisi ke dalam hutan bisa saja menghasilkan temuan baru yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Kehidupan di dalam hutan purba ini sangatlah kaya. Sebagian spesies berperan sebagai penyerbuk. Sebagian lain menjaga keseimbangan rantai makanan. Ada juga yang membantu menyuburkan tanah melalui proses alaminya. Semua saling terkait dan membentuk harmoni. Jika satu bagian hilang, keseimbangan ekosistem bisa goyah.

Karena itu, Hutan Hujan Borneo punya nilai yang jauh lebih besar daripada sekadar hamparan pohon. Hutan ini adalah rumah, penyimpan pengetahuan alam, dan salah satu paru-paru dunia.

Jejak Panjang Deforestasi Hutan Hujan Borneo

Sayangnya, hutan yang mahaluas ini terancam deforestasi. Sebenarnya, deforestasi Hutan Hujan Borneo juga bukanlah hal baru. Prosesnya sudah mulai terlihat sejak pertengahan abad ke-20.

Saat itu, pembukaan lahan dilakukan untuk mendirikan perkebunan karet. Setelah itu, industri penebangan kayu ikut masuk. Pada era 1970-an, aktivitas logging meningkat pesat dan mulai merambah area hutan yang sebelumnya belum tersentuh. Memasuki 1980-an, pembalakan semakin meluas. Banyak kawasan hutan yang berubah fungsi menjadi area produksi dan lahan ekonomi.

Seiring waktu, sumber penyebab deforestasi pun bertambah. Kerusakan pun semakin meluas dan sulit dipulihkan.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, perubahan itu terasa sangat nyata. Banyak orang menggambarkan Hutan Hujan Borneo saat ini seperti bayangan masa lalu. Ada, tetapi jauh dari bentuk megahnya beberapa dekade sebelumnya. Diperkirakan sekitar 30 persen hutan Borneo hilang sejak tahun 1973, dan angkanya terus bergerak.

Karena itu, lahirlah banyak gerakan menjaga Hutan Hujan Borneo. WWF, Borneo Nature Foundation, serta pemerintah dari negara-negara yang berbagi wilayah Borneo mulai bekerja bersama.

Salah satu langkah penting lahir lewat Heart of Borneo. Program ini menjadi wujud komitmen lintas batas untuk menyelamatkan hutan dan keanekaragaman hayati pulau ini. Fokus utamanya adalah menjaga kawasan hutan pegunungan yang luas. Wilayah tersebut dinilai sebagai sumber air, habitat satwa langka, dan benteng terakhir Hutan Hujan Borneo.

Heart of Borneo: Kolaborasi untuk Menjaga Jantung Hutan Hujan Borneo

Heart of Borneo adalah sebuah inisiatif besar yang resmi disepakati oleh tiga negara, yakni Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia, pada 12 Februari 2007. Kesepakatan ini lahir setelah proses panjang, termasuk peluncuran gagasan awal pada Konferensi Keanekaragaman Hayati di Curitiba, Brazil, tahun 2006. Intinya, Heart of Borneo membawa misi konservasi dan pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam sebuah Rencana Aksi Strategis. Dokumen ini menjadi panduan arah kerja bersama supaya upaya pelestarian bisa berjalan lebih terukur.

Dikutip dari situs DLH Banjarmasin, tujuan utama inisiatif ini tidak berhenti pada penyelamatan hutan saja. Lebih dari itu, program Heart of Borneo ingin memastikan pembangunan di wilayah ini berjalan dengan pola yang berkelanjutan. Lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati menjadi salah satu pijakan utamanya.

Secara area, Heart of Borneo mencakup sekitar 22 juta hektare atau kira-kira 30 persen luas keseluruhan Pulau Borneo. Indonesia memegang porsi terbesar, sekitar 57 persen, yang berada di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Malaysia menyumbang sekitar 42 persen melalui negara bagian Sabah dan Sarawak. Sisanya berada di Brunei Darussalam, dan mencakup lebih dari 60 persen luas teritorial negara itu.

Wilayah Heart of Borneo tidak ditandai batas fisik, melainkan lebih berupa batas kerja konservasi dan pembangunan, agar semua pihak punya panduan yang sama dalam melindungi dan mengelola kawasan hutan ini.

Baca juga: 7 Taman Hutan Raya Surabaya: Destinasi Wisata Alam yang Menyegarkan

Hutan Hujan Borneo menyimpan kekayaan alam yang tidak ternilai, mulai dari bentang hutan kuno sampai ragam spesies yang tumbuh dan hidup di dalamnya. Pesonanya mengingatkan kita bahwa Hutan Hujan Borneo adalah salah satu ruang kehidupan paling istimewa yang masih bertahan hingga hari ini.

Exit mobile version