Ijazah SD Tak Tertebus karena Untuk Makan Pun Sulit
Di masa kecilnya, Derizon kerap berpindah tempat tinggal dan sekolah karena Ia harus mengikuti orang tuanya yang menjadi transmigran. Saat bersama orang tuanya menjadi transmigran di Sumatera Barat, selain harus menempuh jarak hingga 8 kilo untuk sampai ke sekolah, berladang juga menjadi bagian dari hidupnya.
“Masa kecil saya cukup sulit, bahkan untuk membeli sepatu dan tas pun tidak mampu. Jadi, kalau sekolah tanpa sepatu, alias “nyeker” dan kantong plastik dipakai sebagai pengganti tas. Tapi walaupun dengan keterbatasan dalam berbagai hal dan harus berbagi waktu dengan bekerja, Alhamdulillah saya tetap bisa berprestasi, yaitu mendapat ranking dalam peringkat 10 besar”, kenang Derizon.
Derizon pun mengungkapkan bahwa di masa kecilnya kerap kesulitan untuk makan. “Sering kali tidak bisa makan nasi, namun hanya bisa makan ubi. Bahkan ijazah SD tidak dapat ditebus karena tidak punya uang, karena itu saya tidak lanjut ke tingkat SMP karena tidak bisa”, bebernya.
Baca juga : Filosofi Semangat Shubuh Kurir Teladan dari JNE Purwakarta
Selanjutnya, Derizon bekerja membantu ibunya di ladang ketika ayahnya bekerja sebagai pelaut. Tidak jarang juga Derizon bekerja di lahan orang lain untuk menambah pemasukan. Semua itu dilakukan untuk membiayai sekolah adik-adiknya bersekolah. “Begitulah yang dilakukan. Terus berladang hingga adik tamat SD”, tuturnya.