Perlahan tapi pasti, industri manufaktur di Indonesia mulai menujukkan geliat positif meski di tengah situasi pandemi COVID-19. Pertumbuhan positif ini terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang tercatat berada di level 51,3 persen pada bulan Desember 2020.
Pencapaian pada Desember 2020 ini bisa dikatakan naik dibanding bulan sebelumnya yang hanya berada di level 50,6 persen. Peningkatan indeks ini didukung adanya pertumbuhan pesanan baru, yang mengacu ekspansi solid pada output. Tak hanya itu, bisa dibilang kenaikan ini menjadi yang tercepat kedua dalam sejarah survei selama hampir 10 bulan.
“Ini capaian yang luar biasa, saya berterima kasih kepada para pelaku industri yang tetap berusaha semaksimal mungkin mengoptimalkan sumber daya yang ada di tengah keterbatasan yang ada. Hal ini juga menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan Kementerian Perindustrian mampu mendorong hal ini,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan resminya.
Baca Juga: Logistik Digadang Jadi Pengadang Ekspor Produk Manufaktur
Sementara itu, untuk tahun 2021 diperkirakan juga akan kembali ke jalur positif. Seluruh subsektor manufaktur diprediksi akan kembali bergairah.
“Dengan asumsi pandemi sudah bisa dikendalikan dan aktivitas ekonomi sudah bisa kembali pulih, kami memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada 2021 akan tumbuh 3,95 persen,” katanya.
Optimisme Menteri Agus sendiri tidak diucapkan tanpa dasar. Pasalnya, saat ini investasi pada industri pengolahan non-migas saat ini masih tumbuh positif. Meski pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan terkontraksi 2,22 persen pada 2020, nilai investasinya justru meningkat dan berpotensi melonjak tahun ini.
Di samping itu, Menteri Agus mengatakan terdapat tiga subsektor yang diproyeksi mampu mencatatkan akselerasi pertumbuhan ciamik pada 2021, di antaranya industri makanan, minuman, serta kertas dan barang dari kertas. Industri minuman, sebagai contoh, dapat tumbuh 4,39 persen secara tahunan pada 2021.
Baca Juga: Bea Cukai Yakin Konsolidator Permudah Ekspor
Menteri Agus pun menyatakan, pihaknya akan memberikan perhatian khusus pada beberapa sektor manufaktur, seperti industri farmasi, produk obat, kimia, obat tradisional, bahan kimia, barang dari bahan kimia, logam dasar, dan makanan.
Sementara itu, Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker dalam menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2020, mengatakan bahwa perusahaan Indonesia secara umum memiliki catatan akhir yang positif pada tahun 2020, dengan data PMI terbaru yang mengalami kenaikan dalam kurun dua bulan berturut-turut.
Data tersebut juga menunjukkan peningkatan sedang pada kondisi bisnis, dan paling tinggi selama sepuluh bulan. “Jalan masih panjang mengingat gangguan parah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, tetapi produsen setidaknya yakin dengan prospek tahun 2021,” paparnya.
Bicara mengenai pemulihan ekonomi di 2021, Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani optimistis tahun ini akan semakin baik. Hal ini menurutnya tecermin dari beberapa indikator ekonomi yang sudah mulai menunjukkan pemulihan. “Misalnya, PMI manufaktur telah kembali ke level ekspansif dan indeks keyakinan konsumen yang mulai mengalami peningkatan. Ini sangat menggembirakan,” ungkap dia.