Para Ksatria dan Srikandi JNE yang tahun ini diberangkatkan Umrah dan sudah kembali ke Indonesia memiliki beragam kesan mendalam selama beribadah di Tanah Suci. Berikut penuturan Hermanto seorang peserta umrah karyawan dari JNE Palembang, Sumatera Selatan, yang sehari-hari bekerja di bagian Operasional.
Hatiku bergetar saat mulai menaiki tangga pesawat Garuda yang membawa rombongan umrah karyawan JNE terbang ke Arab Saudi, Kamis (22/9/2022). Pesawat yang lepas landas dari Bandara Soekarno – Hatta tersebut akan mendarat di Jeddah. Bayangan keagungan Ka’bah dan Masjid Nabawi serta makam Rasulullah Muhammad SAW menari-nari di pelupuk mata begitu pesawat mengudara selama lebih dari 9 jam tersebut.
Seharusnya aku berangkat 2 tahun lalu, namun tertunda karena pandemi Covid-19 melanda. O, iya, dalam umrah ini aku mengajak isteri tercinta. Di dalam pesawat sesekali kulirik isteri tercinta, Desy Novarita, yang kadang matanya terpejam namun jemari tangannya tampak berzikir. Sungguh kebahagiaan sebagai suami, akhirnya bisa mengajak serta isteri untuk pergi ke Tanah Suci.
Di Jeddah, setelah proses pengecekan paspor dan sebagainya, akhirnya rombongan dijemput bus untuk melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di kota tempat dulu Rasulullah berhijrah dan menyebarkan agama Islam ini, aku habiskan hari-hari dengan beribadah di Masjid Nabawi. Aku juga sempatkan berdoa di Raudah, yang menurut kepercayaan adalah tempat segala doa kita akan dikabulkan oleh Alllah SWT. Selain beribadah di Masjid Nabawi, kami juga diajak mengunjungi tempat-tempat suci bersejarah lainnya selama 4 hari di Madinah.
Setelah di Madinah, rombongan kemudian berangkat ke Mekah yang berjarak 4,5 jam dengan naik bus. Jantungku seakan berdegup kencang saat pertama kali melihat dengan mata kepala sendiri keagungan Ka’bah yang selama ini menjadi kiblat umat Muslim di seluruh dunia ketika mendirikan shalat.
Tak terasa air mata ini menetes. Aku bersimpuh sujud di Masjidil Haram, persis di depan Ka’bah yang selama ini hanya aku lihat di buku-buku agama ataupun TV dan media cetak. Kepada isteri aku bisikkan agar selalu salat wajib di Masjid Nabawi dan panjatkan doa bagi keluarga dan juga bagi JNE, terkhusus juga bagi (alm) Bapak Haji Soeprapto Soeparno, pendiri JNE dan sekaligus penggagas umrah bagi karyawan. Aku pun mengikuti arahan ustadz pembimbing untuk melakukan semua proses ibadah umrah seperti tawaf dan sebagainya sampai selesai. Selama 3 hari rombongan berada di Mekah. Urusan makan dan penginapan hotel semua terjamin dan lancar.
Selama di Kota Suci Mekah – Madinah, Alhamdulillah aku dan isteri tidak mengalami kejadian aneh-aneh ataupun hal yang tidak diinginkan. Kami di sana berserah diri dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa yang pernah kami lakukan. Kami juga sering-sering shalat taubat.
Begitu bahagia aku bisa berumrah bersama isteri dan juga rekan-rekan JNE lainnya. Tidak lupa, aku belanja dan beli oleh-oleh untuk keluarga di rumah dan teman-teman di kantor JNE Palembang.
Hikmah yang bisa diambil dari perjalanan ibadah umrah kemarin adalah aku dilatih melakukan salat berjamaah di masjid dan tepat waktu. Itu mengingatkan agar aku bisa lebih dekat dengan Allah SWT. Selain itu juga melatih kesabaran dan mengingatkan tentang kampung halaman abadi nun di akherat kelak. Aku diajarkan agar tidak hanya fokus terhadap urusan dunia saja.
Saat pesawat Garuda mulai mengudara meninggalkan Arab Saudi, dalam lubuk hati paling dalam aku ingin sekali lagi mengucapkan ribuan syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Dewan Direksi di JNE Pusat dan juga Kepala Cabang JNE Palembang yang telah mewujudkan mimpiku bersujud di depan Ka’bah. Semoga suatu kelak nanti aku bisa kembali kesana.*