Balla Lompoa: Jejak Kemegahan Istana Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan

Sumber: Wonderful Images Kemenparekraf

JNEWS – Kalau berbicara tentang warisan sejarah yang masih berdiri megah di Sulawesi Selatan, nama Istana Kerajaan Gowa pasti tak bisa dilewatkan. Balla Lompoa, begitu masyarakat menyebutnya, kini menjadi salah satu tujuan favorit para pecinta sejarah.

Tak hanya menawarkan pemandangan yang khas, tempat ini juga membawa kita seolah berjalan mundur ke masa ketika Kerajaan Gowa masih berjaya.

Sejarah Balla Lompoa, Istana Kerajaan Gowa Terakhir

Dikutip dari laman Pemkab Gowa, Istana Kerajaan Gowa, Balla Lompoa dibangun pada tahun 1936, tepat setelah pengangkatan Raja Gowa ke-35, I Mangimangi Daeng Matutu, yang bergelar Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin. Saat itu beliau juga dikenal sebagai Karaeng Bontonompo.

Istana ini didirikan sebagai kediaman resmi raja sekaligus pusat pemerintahan Kerajaan Gowa. Pembangunan Balla Lompoa saat itu juga sekaligus sebagai simbol perlawanan halus terhadap aturan-aturan kolonial yang mengekang.

Latar belakang pembangunannya cukup menarik. Salah satu isi Perjanjian Bungaya—yang disepakati jauh sebelumnya—mewajibkan Raja Gowa untuk menghancurkan semua gerbang dan tembok pertahanannya. Selain itu, raja juga dilarang mendirikan bangunan apa pun, seperti perkampungan, rumah, benteng, atau kubu pertahanan, tanpa izin pemerintah kolonial Belanda. Bahkan, ada batasan jarak yang sangat ketat, raja dilarang mendirikan permukiman dalam jarak satu hari perjalanan dari garis pantai.

Pada akhirnya, pihak Belanda hanya mempertahankan Benteng Ujung Pandang, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fort Rotterdam. Dalam situasi penuh tekanan seperti inilah Balla Lompoa dibangun, sebagai bukti bahwa Kerajaan Gowa tetap memiliki martabat dan identitasnya sendiri.

Setelah masa pemerintahan Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin berakhir, Balla Lompoa tidak lantas kosong. Istana Kerajaan Gowa ini kemudian dihuni oleh penerusnya, Raja Gowa ke-36, Andi Idjo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang. Ia bergelar Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin.

Di bawah kepemimpinannya, ia menjadi Raja Gowa terakhir sekaligus bupati pertama Kabupaten Gowa. Pada masa inilah, kerajaan secara resmi mulai beralih menjadi pemerintahan administratif modern.

Saat Andi Idjo memimpin, banyak perubahan terjadi. Salah satunya adalah keputusan beliau untuk meninggalkan Balla Lompoa dan pindah menetap di Makassar. Keputusan ini menandai berakhirnya fungsi Balla Lompoa sebagai pusat pemerintahan kerajaan.

Seiring waktu, bangunan bersejarah ini pun perlahan bertransformasi dari istana raja menjadi museum. Fungsinya bergeser sebagai pusat sejarah dan budaya, yang menyimpan berbagai peninggalan Kerajaan Gowa dan mengenalkan warisan leluhur kepada generasi berikutnya.

Baca juga: Mengenal Rumah Adat Tongkonan: Ikon Arsitektur Toraja di Sulawesi Selatan

Komposisi dan Fungsi Setiap Bagian Istana Kerajaan Gowa

Istana Kerajaan Gowa di Makassar: Balla Lompoa
Sumber: Wonderful Image Kemenparekraf

Kini, Balla Lompoa berdiri sebagai salah satu saksi bisu perjalanan panjang Kerajaan Gowa. Bangunan Istana Kerajaan Gowa ini dibagi menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian punya fungsi yang berbeda. Berikut penjelasan masing-masing bagiannya.

1. Bagian Depan

Bagian depan disebut paddaserang ri dallekang, berfungsi sebagai ruang tamu. Di sini biasanya raja menerima tamu-tamu penting. Ruangan ini juga sering dipakai untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Suasananya dibuat cukup formal, karena memang menjadi wajah dari istana.

2. Bagian Tengah

Lalu di bagian tengah, yaitu paddaserang ri tangngah, ada beberapa bilik dengan fungsi yang lebih pribadi. Bilik pertama digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka utama kerajaan. Bilik kedua adalah tempat peraduan raja, tempat beliau beristirahat. Sementara bilik ketiga dipakai sebagai ruang untuk keluarga raja. Bagian ini lebih tertutup karena sifatnya sangat pribadi.

3. Bagian Belakang

Bagian paling belakang disebut paddasirang riboko. Ruangan ini diperuntukkan bagi kaum perempuan kerajaan. Di sinilah mereka menjalankan berbagai kegiatan rumah tangga. Suasananya lebih santai dan jauh dari hiruk pikuk pemerintahan.

Setelah Menjadi Museum

Setelah Balla Lompoa tidak lagi difungsikan sebagai istana, bangunan ini kemudian dijadikan museum. Peran tiap ruangan pun ikut berubah. Sebagian besar ruangan kini difungsikan untuk menyimpan benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa.

Koleksi Museum Balla Lompoa

SumberL Wonderful Images Kemenparekraf

Museum Balla Lompoa menyimpan banyak peninggalan bersejarah dari masa Kerajaan Gowa. Kerajaan ini sendiri sudah berdiri sejak abad ke-10, meninggalkan jejak yang panjang dalam sejarah Sulawesi Selatan.

Di dalam museum, pengunjung bisa melihat berbagai macam benda pusaka milik Kerajaan Gowa. Ada naskah-naskah tua yang ditulis tangan, lengkap dengan aksara kuno. Ada juga senjata tradisional dengan berbagai bentuk, yang dulu dipakai untuk berperang maupun upacara adat. Semua benda itu masih terawat dengan baik hingga sekarang.

Selain itu, Museum Balla Lompoa juga menyimpan koleksi pakaian adat yang dulu digunakan keluarga kerajaan. Corak dan bahannya menunjukkan status dan kebesaran kerajaan di masa lalu. Tidak hanya itu, ada pula peralatan rumah tangga yang terbuat dari logam mulia seperti emas, emas putih, dan perak.

Salah satu koleksi yang paling menarik perhatian adalah sebuah Alquran tulisan tangan. Usianya sudah sangat tua, berasal dari abad ke-16. Alquran ini jadi salah satu bukti bahwa ajaran Islam sudah masuk dan berkembang di Gowa sejak ratusan tahun yang lalu..

Panduan Berkunjung ke Istana Kerajaan Gowa

Sumber: Wonderful Images Kemenparekraf

Museum Balla Lompoa terletak di Jl. K. H. Wahid Hasyim No. 39, Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Bangunan klasik ini mudah ditemukan karena berada di pusat Kota Gowa. Museum ini buka hari Senin–Minggu, pukul 08.00–16.00 WITA.

Dari Makassar, jaraknya sekitar 12 km, dan dapat ditempuh kurang lebih dalam waktu 30 menit. Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung bisa memanfaatkan ojek online. Juga bisa menggunakan angkot atau minibus, dari terminal Malengkeri atau Daya menuju Sungguminasa. Turun di Jl. K. H. Wahid Hasyim, lalu jalan 500 m ke arah museum. Paling mudah menggunakan kendaraan pribadi, bisa melalui Jl. Perintis Kemerdekaan, lurus ke Jl. K. H. Wahid Hasyim hingga No. 39.

Baca juga: Danau Poso: Cerita Legenda dan Keindahannya di Bumi Sulawesi Tengah

Berkunjung ke Istana Kerajaan Gowa memberi kita kesempatan untuk lebih dekat dengan jejak sejarah yang nyata. Melihat langsung detail bangunannya, suasananya, hingga benda-benda yang tersimpan di dalam, membuat kita bisa membayangkan bagaimana kehidupan di masa lalu berjalan.

Istana Kerajaan Gowa ini seperti mengajak kita berhenti sejenak, mengenang, dan menghargai warisan yang masih dijaga sampai hari ini.

Exit mobile version