JNEWS – Istana Tampaksiring berada di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Lokasinya berjarak sekitar 40 kilometer dari Denpasar. Letaknya berada di perbukitan dengan ketinggian kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut.
Karena berada di dataran tinggi, kawasan ini punya curah hujan cukup tinggi. Udara di sekitar istana terasa sejuk pada siang hari, dan bisa berubah dingin saat malam, terutama ketika musim kemarau tiba.
Istana ini punya keunikan tersendiri. Dari semua istana kepresidenan di Indonesia, hanya Istana Tampaksiring yang dibangun setelah Indonesia merdeka. Pembangunannya dimulai tahun 1957 dan selesai tahun 1960.
Suasana di sekitar istana juga sangat memanjakan mata. Dari sisi utara terlihat gagahnya Gunung Batur, sementara agak ke timur tampak Gunung Agung. Bangunan utama istana berdiri di atas tanah berbukit yang dikelilingi pemandangan hijau.
Ada perkampungan khas Bali dan sawah berteras yang seolah terukir di punggung bukit. Semua itu membuat Istana Tampaksiring bukan hanya bersejarah, tapi juga indah dipandang.
Sejarah Istana Tampaksiring Bali
Dikutip dari situs Kementerian Sekretariat Negara, nama Tampaksiring punya arti yang cukup unik. Dalam bahasa Bali, tampak berarti telapak, sedangkan siring artinya miring.
Nama ini muncul dari sebuah legenda yang tercatat di daun lontar Usana Bali. Ceritanya, ada seorang raja bernama Mayadenawa. Raja ini dikenal sakti dan pintar, tapi sayangnya angkuh. Ia bahkan menganggap dirinya dewa dan memaksa rakyatnya untuk menyembahnya.
Sifat itu membuat Batara Indra murka. Ia lalu mengirim pasukan untuk menaklukkan Mayadenawa. Sang raja melarikan diri ke hutan. Supaya jejaknya tidak dikenali, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dari situlah kemudian muncul sebutan Tampaksiring, yang merujuk pada jejak miring kaki Mayadenawa.
Meski begitu, usaha Mayadenawa tetap gagal. Ia akhirnya tertangkap. Sebelum kalah, ia sempat menciptakan sebuah mata air beracun dengan sisa kesaktiannya. Banyak pengejarnya yang tewas setelah meminum air itu. Untuk menetralkan racun, Batara Indra kemudian menciptakan mata air lain sebagai penawar. Sumber air ini dikenal sebagai Tirta Empul, yang berarti air suci.
Di kawasan sekitar Tirta Empul, dulunya pernah berdiri bangunan peristirahatan milik Kerajaan Gianyar. Bangunan itu menghadap ke kolam Tirta Empul di kaki bukit. Kini, di atas lahan tersebut berdiri Wisma Merdeka, bagian pertama dari Istana Tampaksiring.
Pembangunan istana ini sendiri berasal dari gagasan Presiden Soekarno. Lokasi Tampaksiring dipilih karena udaranya sejuk dan jauh dari hiruk pikuk kota. Hal ini membuat suasana sekitar cocok dijadikan tempat istirahat sekaligus lokasi yang representatif untuk menjamu tamu penting.
Pembangunan istana dilakukan bertahap. Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono. Bangunan pertama yang selesai adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira pada tahun 1957. Tahun berikutnya pembangunan berlanjut.
Lalu, untuk kebutuhan KTT ASEAN XIV tahun 2003, dibangun pula gedung baru beserta fasilitas konferensi. Pada saat yang sama, Balai Wantilan juga direnovasi.
Baca juga: Mengenal Gedung Agung Yogyakarta: Istana Kepresidenan yang Sarat Sejarah
Fungsi Istana Tampaksiring
Sejak awal, Istana Kepresidenan Tampaksiring difungsikan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden Republik Indonesia bersama keluarganya. Selain itu, istana ini juga menjadi tempat menginap tamu-tamu negara.
Tamu pertama yang pernah bermalam di sini adalah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand bersama Permaisuri Ratu Sirikit pada tahun 1957. Setelah itu, banyak tokoh penting dunia yang pernah berkunjung, seperti Presiden Ne Win dari Birma, Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruschev dari Uni Soviet, Ratu Juliana dari Belanda, hingga Kaisar Hirohito dari Jepang.
Di masa Presiden Soekarno, salah satu bangunan utama yaitu Wisma Merdeka sering dipakai sebagai tempat mencari inspirasi. Di wisma ini Soekarno banyak merumuskan gagasan hingga menulis pidatonya.
Seiring waktu, fungsi istana pun berkembang. Selain untuk kegiatan kepresidenan, istana ini juga dibuka pada waktu tertentu untuk wisata. Masyarakat bisa berkunjung dan menikmati suasana bersejarah sekaligus pemandangan alam sekitarnya.
Bagian-Bagian Istana Tampaksiring
Kompleks Istana Tampaksiring terdiri dari lima gedung utama dan satu pendopo. Dua gedung utama adalah Wisma Merdeka dan Wisma Negara. Lalu ada Wisma Yudhistira, Wisma Bima, serta ruang konferensi. Di bagian lain berdiri Balai Wantilan yang berfungsi sebagai tempat pergelaran seni.
1. Wisma Merdeka
Wisma Merdeka luasnya 1.200 meter persegi. Di dalamnya ada ruang tidur presiden, ruang tidur keluarga, ruang tamu, dan ruang kerja. Hampir semua ruangan dihiasi patung, lukisan, dan perabot yang serasi.
Dari ruang tamu, tamu negara bisa melihat kompleks Pura Tirta Empul yang anggun, dengan aliran air jernih dari mata air suci. Kisah asal-usul Tirta Empul juga tergambar pada relief khas Bali di dinding belakang wisma.
2. Wisma Negara
Wisma Negara sedikit lebih luas, yaitu 1.476 meter persegi. Di sini ada ruang tamu khusus untuk menjamu tamu negara. Bangunan ini berdiri di atas bukit, berseberangan dengan Wisma Merdeka. Keduanya dipisahkan celah sedalam 15 meter.
Untuk menghubungkannya, dibuat jembatan sepanjang 40 meter. Karena sering dilalui tamu sahabat dari berbagai negara, jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Persahabatan.
3. Wisma Yudhistira dan Wisma Bima
Di tengah kompleks, berdiri Wisma Yudhistira dengan luas 1.825 meter persegi. Wisma ini menjadi tempat menginap rombongan presiden atau tamu negara. Di dalamnya ada kamar untuk beristirahat serta ruang khusus untuk petugas yang melayani.
Sementara itu, Wisma Bima berada di barat laut Wisma Merdeka. Luasnya 2.310 meter persegi dan selesai dibangun pada tahun 1963. Sesuai namanya yang diambil dari tokoh Pandawa, bangunan ini dipakai untuk tempat beristirahat para pengawal presiden dan rombongan.
4. Balai Wantilan
Bagian lain yang tak kalah penting adalah Balai Wantilan. Bangunan dengan arsitektur khas Bali ini dipakai untuk pertunjukan seni.
Atapnya terbuat dari ilalang, sementara tiangnya dari batang pohon kelapa berukir. Di bagian depan ada panggung pertunjukan dengan latar gapura Candi Bentar. Dekat panggung berdiri patung Garuda, patung kayu raksasa Kumbakarna yang dikerubuti kera, relief kisah Ramayana, hingga patung penari Bali dengan gaun dari uang kepeng.
Hingga kini, Istana Tampaksiring terus memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya. Pintu masuknya dihiasi Candi Bentar dan Kori Agung, lengkap dengan lapangan parkir dan Balai Bengong.
Di dalam kompleks juga ada hewan peliharaan berupa kijang yang berasal dari Istana Bogor. Jenisnya ada Kijang Totol dan Kijang Bawean. Hingga September 2006, jumlah populasi kijang di sini sudah mencapai sekitar 150 ekor, terdiri dari jantan dan betina.
Baca juga: Air Terjun Campuhan: Keindahan Alam yang Tersembunyi di Bali
Istana Tampaksiring adalah saksi sejarah perjalanan bangsa, sekaligus menjadi warisan budaya yang menawan di Pulau Bali. Keindahan arsitektur yang berpadu dengan alam sekitar membuat tempat ini selalu terasa istimewa.
Dari nilai sejarah, legenda, hingga fungsinya yang tetap terjaga, semuanya memberi gambaran betapa pentingnya istana ini bagi Indonesia. Sebuah simbol kebanggaan yang terus hidup di tengah keindahan Bali.