JNEWS – Indonesia punya sejarah panjang dalam dunia transportasi, dan salah satu yang paling menarik adalah kisah saat jalur kereta pertamanya dibangun.
Jalur tersebut telah menghubungkan daerah pedalaman dengan pelabuhan, mempercepat perdagangan hasil bumi, dan membuka akses antarwilayah yang sebelumnya sulit dijangkau. Kini, sebagian jalur tua itu masih bertahan, menjadi saksi bisu betapa pentingnya peran kereta dalam membentuk wajah Indonesia modern.
Sejarah Jalur Kereta Tertua di Indonesia

Mungkin tidak banyak yang tahu, tapi Indonesia adalah negara kedua di Asia yang memiliki jalur kereta api tertua, setelah India. Artinya, jauh sebelum kita mengenal moda transportasi modern seperti pesawat atau mobil pribadi, kereta api sudah lebih dulu berperan besar dalam menghubungkan berbagai wilayah di Nusantara. Kehadiran kereta api saat itu bukan sekadar alat transportasi, tapi juga bagian penting dari sistem ekonomi dan perdagangan yang sedang tumbuh pesat di masa kolonial.
Awal munculnya jalur kereta api di Indonesia erat kaitannya dengan sektor pertanian di Pulau Jawa. Setelah diberlakukannya sistem tanam paksa pada tahun 1830 hingga 1850, hasil bumi seperti tebu, kopi, dan tembakau harus segera dikirim ke pasar internasional.
Namun, pengiriman dari daerah pedalaman ke pelabuhan sering terkendala karena jarak yang jauh dan kondisi jalan yang belum memadai. Dari sinilah muncul kebutuhan akan sarana transportasi yang efisien. Kereta api menjadi solusi untuk mempercepat pengangkutan hasil pertanian menuju kota-kota pelabuhan, terutama di daerah pesisir utara Jawa.
Pembangunan jalur kereta api pertama dimulai pada tahun 1864, yang artinya kini usianya sudah lebih dari 160 tahun. Jalur tersebut dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele. Pembangunannya dimulai dari Desa Kemijen, Semarang, menuju ke daerah Vorstenlanden, wilayah yang mencakup Solo dan Yogyakarta.
Setelah jalur pertama selesai, pembangunan rel kereta api terus berlanjut. Pemerintah kolonial Belanda kemudian membentuk perusahaan negara bernama Staatsspoorwegen (SS) pada 8 April 1875 untuk memperluas jaringan rel.
Jalur pertama yang dikelola SS adalah rute Surabaya–Pasuruan–Malang. Seiring berjalannya waktu, rel-rel baru mulai dibangun di berbagai wilayah lain di Pulau Jawa, menghubungkan kota besar dan daerah pertanian dengan pelabuhan utama.
Tak berhenti di Pulau Jawa, pembangunan jalur kereta api juga merambah ke wilayah lain di Indonesia. Antara tahun 1876 hingga 1922, jalur kereta mulai dibangun di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, bahkan hingga Sulawesi.
Pada masa itu, perkembangan jaringan kereta api di Indonesia bisa dibilang sangat pesat. Hingga akhir tahun 1928, total panjang jalur kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 kilometer. Dari jumlah itu, sekitar 4.089 kilometer merupakan rel milik pemerintah, sementara sisanya 3.375 kilometer dimiliki oleh pihak swasta.
Kini, sebagian jalur itu masih digunakan dan menjadi warisan sejarah yang mengingatkan kita bahwa kereta api pernah menjadi tulang punggung transportasi di negeri ini.
Baca juga: 5 Museum Kereta Api di Indonesia, Dari Ambarawa sampai Sawahlunto
Stasiun Tertua dan Jalur yang Masih Bertahan di Indonesia

Sejumlah stasiun peninggalan Belanda di Indonesia masih berdiri kokoh hingga hari ini. Sebagian bahkan masih aktif digunakan, sementara lainnya beralih fungsi menjadi museum yang menyimpan cerita panjang tentang jalur kereta api di negeri ini. Berikut beberapa stasiun tertua yang punya kisah menarik di balik relnya.
1. Stasiun Semarang Tawang
Stasiun Semarang Tawang termasuk yang paling ikonik dan bersejarah di Indonesia. Dibangun pada tahun 1868, stasiun ini menjadi pengganti Stasiun Tambaksari yang dulu berdiri di area pelabuhan. Letaknya berada di kawasan Kota Lama Semarang, yang dulu dikenal sebagai pusat aktivitas perdagangan.
Bangunan stasiunnya masih mempertahankan arsitektur kolonial klasik. Langit-langitnya tinggi, jendelanya besar, dan pilarnya tebal. Hingga kini, Stasiun Tawang tetap berfungsi sebagai stasiun utama di jalur utara Jawa, melayani perjalanan ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.
2. Stasiun Ambarawa
Stasiun ini dibangun pada tahun 1873 dan awalnya berfungsi untuk mengangkut pasukan Belanda ke Benteng Willem I yang berada tak jauh dari lokasi. Setelah masa kolonial berakhir, stasiun ini tidak lagi melayani perjalanan reguler dan dialihfungsikan menjadi museum kereta api.
Kini, Stasiun Ambarawa dikenal sebagai Museum Kereta Api Ambarawa, tempat di mana sejarah perkeretaapian Indonesia disimpan dengan penuh cinta. Di sini, pengunjung bisa melihat berbagai koleksi lokomotif uap tua yang masih berfungsi. Beberapa di antaranya bahkan masih bisa dinaiki untuk wisata.
Bangunan stasiunnya dibiarkan dalam bentuk aslinya. Dari lantai tegel lama, kayu jendela besar, sampai jam antik masih tergantung di ruang tunggu.
3. Jalur Kereta Legendaris Ambarawa–Bedono
Salah satu daya tarik utama dari Stasiun Ambarawa adalah jalur kereta Ambarawa-Bedono, yang terkenal karena teknologi uniknya. Jalur ini berada di kawasan pegunungan dan menggunakan sistem rel gigi, yakni rel bergerigi di bagian tengah yang membantu kereta menanjak di jalur curam. Sistem seperti ini sangat langka, bahkan di dunia.
Dulu, jalur kereta ini digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan dan penumpang dari dataran tinggi menuju dataran rendah. Sekarang, jalur ini dihidupkan kembali sebagai wisata sejarah. Pengunjung bisa naik kereta uap kuno melintasi pemandangan sawah dan perbukitan hijau, lengkap dengan suara peluit dan asap putih yang keluar dari cerobong.
4. Stasiun Kedungjati
Stasiun tua lainnya yang juga menarik adalah Stasiun Kedungjati di Grobogan, Jawa Tengah. Stasiun ini dibangun pada tahun 1868, di tahun yang sama dengan Stasiun Tawang, dan menjadi titik penting penghubung jalur Semarang-Surakarta. Arsitekturnya bergaya khas Belanda dengan atap tinggi berbentuk pelana dan dinding bata tebal.
Meski kini tidak seaktif dulu, Stasiun Kedungjati masih berfungsi untuk jalur kereta tertentu dan sempat menjadi proyek reaktivasi pemerintah.
Baca juga: 7 Kereta Eksekutif Jakarta Jogja dan Fasilitasnya
Hingga kini, jalur kereta peninggalan masa lalu masih menjadi bagian penting dari perjalanan panjang transportasi Indonesia. Di balik rel tua dan stasiun-stasiun berarsitektur kolonial itu, tersimpan jejak sejarah tentang bagaimana bangsa ini tumbuh dan berubah.












