JNEWS – JNE Cabang Kudus terus tumbuh bersama potensi lokal, seperti sektor kuliner, kerajinan hingga busana Muslim yang menjadi komoditi unggulannya.
Kudus merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya strategis, yaitu di jalur pesisir utara laut Jawa di antara Kota Semarang dan Kota Surabaya sehingga potensi ekonominya cukup menguntungkan.
Sejak lama Kudus dikenal sebagai penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah, dan alhasil kota ini punya julukan sebagai Kota Kretek. Selain itu, di zamannya, Kudus juga menjadi pusat penyiaran agama Islam di Pulau Jawa, hal itu dapat dilihat dari adanya beberapa makam para wali yang dua di antaranya adalah Wali Songo yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Lantas Kudus pun juga terkenal dengan julukan Kota Para Wali.
Keberadaan makam para wali beserta bangunan dan benda-benda peninggalannya, menjadikan Kudus sebagai destinasi wisata religi yang terkenal di Tanah Air. Hal ini berdampak pada meningkatnya perekonomian warganya, karena banyak wisatawan yang berkunjung ke Kudus.
Efek dari banyaknya wisatawan, maka menjamur pusat oleh-oleh, baik itu makanan maupun kerajinan yang merupakan produk UMKM lokal. Menurut Kepala Cabang JNE Kudus, Lukman Bayu Murti, potensi dari sektor UMKM masih cukup besar dan ke depannya akan terus dimaksimalkan.
Baca juga: Sepak Terjang JNE di “Kota Budaya” Tanah Datar
“Banyak kiriman produk UMKM lokal, seperti herbal dari buah parijoto, bordir khas Kudus, jenang Kudus, olahan dari buah labu dan busana Muslim dengan banyak brand owner menjadi potensi yang terus kami gali,” ujar Lukman, saat berbincang dengan JNEWS, Senin (13/5/2024).
Selain sektor UMKM, diutarakan Ksatria yang mulai bergabung di JNE, 11 Maret 2011 ini, kiriman sparepart motor dan pupuk organik juga potensinya cukup besar dan ke depannya akan terus ditingkatkan.
“Alhamdulillah, selama ini dampak dari banyaknya pengunjung yang berwisata religi seperti ke makam dan Masjid Menara Kudus, kiriman inbound (kiriman yang masuk ke kota Kudus) seperti fesyen busana Muslim, barang-barang elektronik dan kiriman outbound (kiriman dari kota Kudus ke destinasi lain) yang terdiri makanan khas Kudus seperti jenang, herbal parijoto hingga kecap terus meningkat,” bebernya.
“Dengan pelayanan yang baik dan maksimal, kami optimis JNE Kudus akan tetap menjadi pilihan utama masyarakat di sini, sekalipun persaingan juga cukup ketat,” tandas Lukman yang memiliki hobi touring ini.
Mengulas sejarah singkat JNE Kudus, berdiri pada Februari 2000. Seiring berjalannya waktu sekarang sudah mempekerjakan 50 karyawan. Adapun area operasional mencakup 9 kecamatan dan didukung 17 agen sales counter. Saat ini JNE Kudus operasionalnya berada di bawah Kantor Cabang Utama JNE Semarang. *
Baca juga: Percepat Proses Delivery, JNE Bekasi Dirikan Smart Point di Pondok Gede