JNEWS – Awal tahun 1970. Kondisi politik di Tanah Air sudah stabil. Begitu juga perekonomian mulai menggeliat. Arah pembangunan mulai dicanangkan di bawah pemerintahan Orde Baru. Di Jakarta mulai banyak beragam usaha atau bisnis dibuka, baik oleh pemerintah maupun swasta. Kesempatan emas terbayang di pelupuk Soeprapto yang kembali terngiang dengan pesan ayahnya dulu.
Setelah sewindu merantau di Tanah Jawa, sekali waktu jelang Lebaran Soeprapto mudik ke kampung halamannya bersama sang istri dengan naik pesawat terbang. Kala itu sudah ada penerbangan Jakarta – Pangkal Pinang. Ia melihat bagaimana para penumpang kerepotan membawa barang bawaan yang banyak begitu turun dari pesawat. Inilah cikal bakal ‘saudara tua’ Citra Van Titipan Kilat (TIKI) lahir. Setelah merengkuh kesuksesan mendirikan TIKI di awal tahun 1970-an, dua dekade kemudian lahirlah JNE.
“Waktu turun pesawat saya melihat orang-orang pada kerepotan bawa barang bawaannya. Saya lihat beberapa penumpang memang bawa barang cukup banyak. Dari sana timbul ide usaha atau bisnis yakni membuka jasa pengiriman barang. Jadi tidak repot lagi, barang bisa dikirim tersendiri lewat perusahaan jasa titipan (jastip) paket,” ungkap H. Soeprapto kepada JNEWS suatu ketika berkisah perihal awal dirinya tertarik mendirikan perusahaan jasa pengiriman.
Selain itu ia melihat selama ini pengantaran dokumen dan paket barang didominasi atau monopoli perusahaan jasa pos negara. Kalau toh ada perusahaan ekspedisi swasta sebatas pengiriman antarkota seperti Jakarta – Bandung. Belum ada perusahaan swasta yang bermain pengiriman domestik melayani pengiriman untuk seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Perjalanan 35 Tahun JNE (1): Sepucuk Surat dari Tanah Jawa
Sekembalinya ke Jakarta, Soeprapto pun mendirikan TIKI. Karena modal yang dimiliki tidak terlalu besar ia pun menyewa sebuah bangunan sederhana di Jl. Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat sebagai kantor operasional dan beberapa motor dan mobil second untuk operasional pengantaran paket. Singkat cerita, TIKI semakin berkembang dan ia memanggil sang adik, Soelasmo yang kala itu sudah bekerja di sebuah bank untuk ikut membantu di TIKI.
Pada perkembangan selanjutnya, Soeprapto menggandeng beberapa kolega bisnisnya agar TIKI bisa lari semakin kencang. Brand nama TIKI dari tahun ke tahun makin dikenal luas masyarakat sebagai pionir perusahaan swasta yang kala itu dikenal sebagai jasa titipan paket (jastip) yang melayani pengiriman ke seluruh Tanah Air.
“Waktu kecil saya masih ingat terkadang diajak Bapak untuk ikut mengantar paket. Pak Soeprapto tipikal pekerja keras, ulet dan disiplin serta visioner,” kenang Presiden Direktur JNE M. Feriadi Soeprapto.
Sukses secara bisnis, satu sisi ada kehampaan yang mulai dirasakan Soeprapto. Ia pun menemui seorang ustaz yang sering jadi imam di masjid yang tidak jauh dari kantor TIKI yang ada di Jalan Anggrek Neli walau saat itu sudah membeli dan membuat kantor cukup megah di kawasan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat.
Sang Ustaz memberi nasehat agar Soeprapto pergi menunaikan ibadah haji dan juga rutin menyantuni anak-anak yatim agar hatinya lembut dan menyeimbangkan bisnis dengan nilai spiritual. Selain pergi ibadah haji, H. Soeprapto pada akhirnya membeli tanah di kawasan Kampung Makassar, Jakarta Timur untuk didirikan Yayasan Yatim Piatu dan Tuna Netra (Yatuna).
Dan, dua dekade berlalu. TIKI semakin merengkuh kejayaan. Kondisi perekonomian di Indonesia awal tahun 1990 cukup berkembang maju. Pembangunan di mana-mana, dan investor asing mulai banyak yang masuk. Melihat itu semua, H. Soeprapto pun melihat ceruk pasar pengiriman internasional (ekspor-impor) sangat menjanjikan.
Baca juga: Jejak Pendiri JNE di Penggilingan Padi dan Hamparan Ladang Tebu
Lewat diskusi dan beberapa kali pertemuan dengan para kolega bisnisnya, akhirnya disepakati pada 26 November 1990 dilahirkan sebuah perusahaan yang diberi nama PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir yang dikemudian hari lebih dikenal dengan sebutan JNE. Sebuah syukuran sederhana digelar di Yatuna dengan mengundang anak-anak yatim untuk mendoakan agar bayi JNE cepat tumbuh membesar dan kemudian berjaya. Pada logo perusahaan, tertulis TIKI JNE dengan tagline ‘The International Air Courier’ karena memang JNE diniatkan didirikan untuk menggarap pangsa pasar kiriman internasional baik ekspor maupun impor dengan menyasar perusahaan Jepang dan Korea saat itu. (bersambung)*
