Awal tahun 1970, roda perekonomian bangsa Indonesia mulai menemukan titik pijakan di mana stabilitas politik kondusif dan sisa-sisa pergolakan revolusi sudah lama berakhir. Indonesia mulai menggenjot pertumbuhan ekonomi lewat berbagai kebijakan pemerintah kala itu di segala bidang, terkhusus pada bidang perekonomian.
Soeprapto muda menangkap peluang ini dengan mendirikan TIKI. Benar saja, tahun demi tahun perusahaan yang ia rintis tersebut berkembang pesat. Jasa pengiriman swasta lintas daerah cukup diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat luas. TIKI menjadi branding untuk jasa pengiriman ekspres swasta kala itu.
“Bapak Soeprapto mendirikan usaha jasa pengiriman TIKI di Jakarta pada tahun 1970. Saat itu letak bandara Jakarta masih di daerah Kemayoran. Ide almarhum mengawali usaha pengiriman TIKI setelah sering melihat aktivitas titipan barang penumpang jurusan Pangkal Pinang – Jakarta di bandara,” ungkap Presiden Komisaris JNE, Johari Zein mengenang almarhum H. Soeprapto saat dihubungi JNEWS, Sabtu (16/10/2021).
Namun, di balik mulai maju dan berkembangnya TIKI kala itu, ada kegelisahan yang dirasakan oleh H. Soeprapto. Jiwanya merasa kosong. Dalam pencarian, suatu malam seusai shalat Isya, seorang tetangga rumahnya, yakni imam Masjid Al-Mujahiddin Slipi, Jakarta Barat, memberi petuah kepadanya: selain banyak beramal juga dianjurkan untuk menyangi anak yatim dan tuna netra agar hatinya lembut.
Sebab dalam diri anak yatim akan banyak ditemukan keberkahan langit. Setiap helai rambut anak yatim yang diusap akan berbuah kebaikan dan limpahan rezeki. “Kalau usap-usap rambut anak yatim maka selain dapat pahala juga rezeki akan mengalir berlimpah,” ujar almarhum H. Soeprapto suatu kali di hadapan para karyawan JNE, memberi petuah agar karyawan JNE juga gemar bersedekah.
Baca juga : Satu Dekade di Lapangan, Kini Tugimin Terpilih Sebagai Best Driver JNE Depok
Sejak mendapat petuah dari sang imam masjid tersebut, maka kadar sedekah H. Soeprapto semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ibaratnya, dari seekor kambing terus meningkat menjadi seekor sapi, bahkan puluhan ekor sapi. Dari waktu ke waktu juga keyakinannya semakin kuat, bahwa bisnis tidak semata memakai rumus pasti matematika pembukuan seperti dulu saat ia menjadi karyawan di bagian pembukuan.
Dalam menjalankan bisnis TIKI, maka matematika langit selalu dikedepankan oleh H. Soeprapto. Dari keyakinan tersebut, maka ia pun akhirnya membangun Yayasan Anak Yatim dan Tuna Netra Soeprapto Soeparno di Kramat Jati, Jakarta Timur, pada 1979. Ia sudah merasakan betul bagaimana keberkahan sedekah kepada anak yatim, tuna netra dan juga para janda miskin. Baik itu untuk kehidupan pribadi dan keluarganya maupun bagi perusahaan.
Setelah menggapai kejayaan lewat TIKI di mana cabangnya sudah menyebar ke seluruh Indonesia, pada November 1990, berdirilah PT Tiki Jalur Nugara Eka Kurir (JNE). “Mengawali hubungan bisnis, kami dengan almarhum Pak Soeprapto kala itu, beliau sudah mengingatkan pentingnya interaksi dengan anak-anak yatim dan para tuna netra asuhannya di Yatuna”, kenang Johari Zein.
“Pak Soeprapto bahkan tidak membedakan urusan bisnis dan keimanan. Salah satu buktinya adalah bahwa sebelum pendirian JNE, kami bersama semua calon pemegang saham sudah diundang untuk hadir dan menyantuni anak-anak yatim, tuna netra dan ibu-ibu janda miskin di kompleks Yatuna,” ungkapnya.
Dalam kehidupannya termasuk dalam menjalankan bisnis setelah lahirnya JNE, H. Soeprapto selalu berpegang teguh pada surat Al Ma’un dan surat Al Baqarah ayat 261. Ia selalu berpetuah agar pimpinan JNE tidak meninggalkan amalan surat Al Ma’un dan surat Al Baqarah ayat 261 tersebut yang pada poinnya untuk memberi makan (santunan) kepada anak yatim dan fakir miskin.
Baca juga : Aksi Nyata JNE Bersama Irfan Hakim untuk Para Penghafal Al Quran
“Dalam soal keimanan, Alhamdulillah, saya sudah mualaf tahun 1983, sebelum saya mengenal Pak Soeprapto. Namun demikian, adalah peran yang sangat besar dari beliau saat mengingatkan kami tentang surat Al-Ma’un waktu kerja di JNE dan ketika perjalanan haji kami ke Mekah di tahun 2000,” kenang Johari Zein.
Keyakinan akan pertolongan Allah SWT sudah seringkali dibuktikan oleh JNE yang November 2021 besok genap berusia 31 tahun. Banyak badai yang bisa JNE lewati.
“Sebuah kebijakan yang tidak akan terlupakan adalah saran Pak Soeprapto ketika bangsa kita mengalami krisis moneter di 1997-1998. Beliau mengingatkan tentang pengamalan surat Al-Ma’un, yang isinya antara lain, tentang pendusta agama yang tidak memberi bantuan pada orang miskin. Karena itu, diingatkan agar kita membantu karyawan JNE dengan membagikan sembako dan membuka agen-agen JNE agar bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang terkena gelombang PHK kala itu,” ujar Johari Zein.
Terbukti kebijakan perusahaan tersebut mampu membuat JNE terus berkembang, di saat banyak perusahaan lain kolaps dihantam badai krisis moneter hebat 1997-1998. Saat itu, tidak ada satu karyawan pun yang di PHK oleh JNE, malah diberi sembako untuk meringankan beban perekonomian keluarga para karyawan akibat krismon. *