Jenis-Jenis Pura di Bali: Makna, Fungsi, dan Keunikannya

JNEWS – Bali dikenal sebagai pulau seribu pura. Di setiap sudut desa, selalu ada tempat suci yang menjadi pusat kehidupan spiritual masyarakat. Namun, banyak orang yang tidak tahu bahwa ada beberapa jenis pura dengan fungsi yang berbeda.

Setiap pura tidak dibangun tanpa alasan. Semuanya punya makna, fungsi, dan aturan tersendiri. Inilah yang membuat budaya Bali terasa hidup dan terus terjaga sampai sekarang.

Jenis Pura di Bali yang Menarik untuk Diketahui

Keberadaan pura tidak hanya soal ritual keagamaan. Pura juga menjadi tempat berkumpul, bermusyawarah, dan menjaga keseimbangan hidup.

Berikut adalah beberapa jenis pura yang bisa ditemukan di Bali, yang menarik untuk diketahui.

Jenis-Jenis Pura di Bali: Makna, Fungsi, dan Keunikannya

1. Pura Kahyangan Jagat

Tidak semua pura hanya milik satu desa. Ada jenis pura yang sejak awal disucikan untuk seluruh umat Hindu lintas wilayah. Inilah yang disebut Pura Kahyangan Jagat.

Pura ini biasanya menjadi tujuan utama saat hari-hari besar keagamaan. Umat datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar Bali. Suasananya selalu terasa lebih megah, lebih ramai, dan lebih khidmat. Pura jenis ini juga sering berada di lokasi yang dramatis, seperti di gunung, tebing, atau tengah laut.

Contoh paling terkenal tentu saja Pura Besakih sebagai pusat spiritual Bali, lalu Pura Tanah Lot yang berdiri di atas karang laut, serta Pura Uluwatu yang menghadap langsung ke samudra dari atas tebing.

Baca juga: Arsitektur Unik Tempat Ibadah Hindu: Menggali Estetika dan Simbolisme dalam Desain Bangunan

2. Pura Puseh

Jika sebuah desa diibaratkan sebagai tubuh, maka Pura Puseh adalah bagian yang menjaga napas kehidupannya agar tetap stabil. Pura ini menjadi tempat pemujaan Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam. Di sinilah masyarakat memohon keseimbangan, kesuburan, dan keselamatan hidup. Letaknya hampir selalu menghadap arah gunung, karena gunung dianggap sebagai simbol kesucian tertinggi.

Upacara di Pura Puseh sering berkaitan dengan pertanian dan kesejahteraan warga. Suasananya cenderung teduh dan tenang. Salah satu contoh yang dikenal luas ada di Desa Batuan, Gianyar.

3. Pura Desa atau Bale Agung

Berbeda dengan Pura Puseh yang terasa sunyi dan teduh, Pura Desa justru penuh aktivitas. Di sinilah denyut sosial masyarakat desa berputar.

Pura ini menjadi tempat pemujaan Dewa Brahma sebagai pencipta, sekaligus pusat berbagai kegiatan adat. Rapat desa, persiapan upacara, hingga ritual besar biasanya berpusat di jenis pura ini. Letaknya umumnya berada di tengah desa agar mudah dijangkau semua warga.

Pura Desa bukan hanya tempat berdoa, tapi juga ruang bersama. Contoh terkenalnya bisa ditemui di Desa Penglipuran, Bangli.

4. Pura Dalem

Pura Dalem selalu punya suasana yang berbeda. Lebih hening. Lebih magis. Di sinilah Dewa Siwa dipuja sebagai pelebur. Maknanya sangat dekat dengan kematian, pelepasan, dan penyucian jiwa.

Pura ini berkaitan langsung dengan upacara ngaben dan prosesi akhir kehidupan. Letaknya biasanya di bagian selatan desa, dekat setra atau kuburan. Arca-arca penjaga yang tampak menyeramkan justru menjadi simbol perlindungan. Salah satu yang cukup dikenal adalah Pura Dalem Ubud.

5. Pura Paibon

Tidak semua pura bersifat umum. Ada pula jenis pura yang hanya dimiliki satu keluarga besar. Inilah Pura Paibon atau Pura Keluarga.

Tempat ini menjadi ruang spiritual untuk menghormati para leluhur. Di sinilah keturunan berkumpul saat hari piodalan keluarga. Suasananya lebih akrab, lebih personal, tetapi tetap sakral. Tidak semua orang bisa masuk, karena sifatnya privat.

Dalam skala kerajaan, contoh yang terkenal adalah Pura Taman Ayun yang dulunya adalah pura keluarga kerajaan Mengwi.

6. Pura Subak

Bagi petani Bali, air bukan sekadar kebutuhan teknis, tapi juga urusan suci. Karena itulah lahir Pura Subak. Jenis pura ini menjadi tempat memohon kelancaran aliran air, kesuburan sawah, dan keberhasilan panen.

Setiap sistem irigasi biasanya memiliki pura sendiri. Di sinilah petani menyatukan kerja keras dan doa. Keunikan Pura Subak terletak pada hubungannya yang langsung dengan alam dan siklus tanam. Salah satu pusat Pura Subak terbesar adalah Pura Ulun Danu Batur yang berhubungan langsung dengan Danau Batur sebagai sumber air.

7. Pura Segara

Di wilayah pesisir, laut bukan hanya tempat mencari ikan. Laut juga menjadi ruang suci. Pura Segara dibangun menghadap samudra sebagai tempat memuja kekuatan laut.

Di sinilah nelayan memohon keselamatan sebelum melaut. Jenis pura ini juga menjadi pusat upacara Melasti menjelang Nyepi. Saat ritual berlangsung, pantai berubah menjadi lautan payung, sesajen, dan doa. Selain Pura Tanah Lot, contoh lainnya adalah Pura Segara Sanur.

Baca juga: Pesona Pura Tanah Lot, Ikon Wisata Bali yang Berdiri Megah di Pinggir Laut

8. Pura Gunung

Gunung bagi masyarakat Bali adalah tempat bersemayamnya para dewa. Karena itu, pura yang berada di pegunungan memiliki posisi spiritual yang sangat tinggi.

Pura Gunung menjadi tempat memohon keseimbangan alam dan ketenangan batin. Suasananya biasanya sejuk, sunyi, dan terasa sangat khusyuk. Perjalanan menuju pura ini pun sering menjadi bagian dari proses spiritual itu sendiri. Salah satu yang terkenal kembali adalah Pura Ulun Danu Batur yang berada di kawasan pegunungan Batur.

9. Pura Swagina

Di Bali, pekerjaan bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga soal menjaga keharmonisan dengan alam dan Tuhan. Pura Swagina dibuat khusus untuk profesi tertentu. Pedagang punya pura sendiri. Petani juga punya tempat khusus untuk memohon kesuburan.

Jenis pura ini menjadi tempat meminta keselamatan, kelancaran usaha, dan ketentraman batin saat bekerja. Salah satu yang dikenal adalah Pura Melanting yang erat dengan aktivitas perdagangan.

Jenis pura di Bali memperlihatkan bagaimana satu keyakinan bisa hadir dalam banyak bentuk. Ada yang berdiri di tengah desa, ada yang menyatu dengan alam, ada pula yang hidup dalam lingkup keluarga. Fungsinya berbeda, tapi tujuannya sama. Menjaga keseimbangan hidup.

Exit mobile version