JNE Masuk ke Abad 21: ‘Hoki Fase Kedua’, Ganti Logo dan Masif Perluas Jaringan

M. Feriadi Soeprapto di kantor JNE awal tahun 2000.

JNEWS – Satu dekade pertama 1990-2000 adalah masa JNE merintis dan memperkuat fondasi perusahaan. Pada fase selanjutnya, adalah bagaimana JNE bertransformasi menjadi perusahaan pengiriman dan logistik terdepan hingga sekarang dengan jumlah karyawan dan jaringan terbesar di Indonesia. Membuka waralaba keagenan dan kesiapannya dalam menyambut datangnya era perdagangan online adalah salah satu titik awal kejayaan JNE.

Tepat 26 November 2025 JNE genap berulang tahun yang ke 35 tahun. Dalam perjalanan panjang 3,5 dekade JNE hingga menggapai kesuksesan sekarang, banyak pihak yang turut serta dalam menemani kesuksesannya. Salah satunya adalah Dicky. Dia adalah pencipta atau kreator logo JNE ‘Biru Tua-Merah’ yang sampai sekarang menjadi branding perusahaan.

Saat ditemui JNEWS di sebuah kafe beberapa waktu silam, Dicky dengan antusias bercerita tentang proses pembuatan logo JNE tersebut. “Yang membuat logo itu sejatinya adalah para Direksi JNE bukan saya. Saya hanya men-visualkan apa-apa yang diinginkan mereka,” ujar Dicky, sang kreator logo JNE merendah. Kala itu di tahun 2000, JNE mengundang beberapa vendor untuk pitching pembuatan logo baru JNE. Dan lewat voting jajaran Direksi JNE, akhirnya logo hasil kreasi Dicky yang terpilih. “Alhamdulillah memang sudah rezeki saya, karena waktu itu saya mau menikah dan mendapat hadiah uang cukup besar dari JNE karena logo yang saya buat yang dipilih, saya ikut bangga,” tambah Dicky.

Dalam logo JNE, terdapat dua warna yakni merah dan biru tua. Merah melambangkan keberanian sedangkan biru tua adalah simbol ketegasan dan disiplin. Dalam turunannya bisa bermakna kelembutan dan kesolidan. Adapun garis merah melengkung bermakna JNE dimulai dari nol dan akan terus tumbuh menjadi besar.

Memang, bayang-bayang nama besar saudara tua TIKI kerap menjadi dilema tersendiri bagi jalannya roda perusahaan JNE kala itu. Karena masyarakat banyak yang bias dan bertanya apa beda TIKI dan JNE, sebab di logo JNE waktu itu masih tercantum tulisan TIKI JNE. Secara struktur organisasi, operasional dan manajemen perusahaan, JNE memang sejak awal berbeda dengan TIKI. Hanya saja memang bisnisnya sama yakni di industri jasa pengiriman dan logistik.

Tampilan logo JNE saat awal diluncurkan pada 17 Agustus 2001.

Untuk itu, di awal tahun 2000 diputuskan untuk mengganti logo perusahaan sekaligus memperkuat branding nama JNE. Setelah sekitar 1 tahun melakukan ‘sayembara’ pembuatan logo, akhirnya pada 17 Agustus 2001 bertempat di Hotel Grand Melia, Jakarta logo baru JNE diluncurkan dengan meriah. Kekuatan logo JNE ini simpel, mudah diingat, pemilihan warna tepat dan makna filosofisnya dalam. Tidak mengherankan bila logo JNE sampai sekarang sudah begitu dikenal luas oleh masyarakat dari Sabang sampai Merauke.

Baca juga: Titik Balik JNE: Dimulai di Ruangan 12×20 M2, Melesat Saat Buka Keagenan

Selain mengubah logo perusahaan dan melakukan campaign lewat berbagai media massa dan event atas logo baru JNE tersebut, dalam bentang 2001-2010 JNE mulai begitu masif (besar-besaran) mengepakkan sayap jaringannya. Baik itu membuka kantor cabang di daerah maupun membuka franchise keagenan.

Di awal tahun 2000-an bertepatan dengan kepulangan M. Feriadi Soeprapto setelah selesai menempuh S-2 pendidikan di Amerika Serikat. Saat kuliah, ia melihat bagaimana jaringan waralaba seperti McDonal’s, KFC dan Walmart begitu menjamur di negara-negara bagian Amerika Serikat. Hal inilah yang kemudian menginspirasi manajemen JNE, termasuk M. Feriadi, untuk membuka sebanyak-banyaknya jaringan di seluruh Indonesia.

“Saya melihat kunci kesuksesan sebuah perusahaan pengiriman dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau adalah adanya jaringan luas yang dimiliki sendiri oleh JNE. Misalnya, bagaimana mungkin kita bisa mengirim paket dengan cepat ke daerah pelosok Aceh atau Papua misalnya kalau di sana kita tidak punya jaringan,” ungkap M. Feriadi yang kini menahkodai JNE.

Maka, sepulangnya dari Negeri Paman Syam dan bergabung dengan JNE, M. Feriadi yang kala itu menjabat sebagai Direktur Sales & Marketing, bergerilya membuka dan memperluas kantor-kantor cabang di daerah dan sekaligus menginstruksikan agar setiap kantor cabang kemudian membuka gerai keagenan dengan sistem waralaba. Lambat laun jaringan JNE semakin luas di seluruh Indonesia. Sebab, memang kerja sama keagenan yang ditawarkan oleh JNE cukup menguntungkan secara bisnis.

“Dulu awalnya ini usaha Wartel, pas tahun 1999 saya ditawari membuka agen JNE. Waktu itu malah Pak M. Feriadi sendiri pernah datang ke sini di awal-awal saya buka agen. Tapi sejak ada HP, usaha Wartel mulai sepi dan akhirnya saya tutup. Tinggal JNE yang sampai sekarang masih ada, jadi sudah 26 tahun agen JNE saya berjalan. Dari awal buka sampai sekarang agen JNE milik saya masih menguntungkan secara hitungan untuk usaha atau bisnis,” ungkap Yudi, pemilik Agen JNE Cawang, Jakarta Timur yang ditemui JNEWS di agennya beberapa waktu lalu. *  (bersambung)

Exit mobile version