Kacab dan Karyawan JNE Denpasar Rayakan Nyepi Tahun Baru Saka 1946

kacab jne denpasar

Alit Septiniwati

JNEWS – Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 yang jatuh pada hari Senin (11/3/2024) menjadi momen istimewa bagi umat Hindu di seluruh dunia, tidak terkecuali umat Hindu di Bali. Seperti halnya para karyawan JNE Cabang Utama Denpasar yang turut merayakannya dan dijadikan momentum evaluasi diri agar menjadi pribadi yang labih baik.

Gaung dan persiapan perayaan Hari Raya Nyepi sudah sangat terasa di Pulau Dewata Bali. Setelah mati suri akibat pandemi Covid-19, pulau yang terkenal karena keindahan, budaya dan keramahtamahan penduduknya itu sudah sepenuhnya pulih.

Hal itu diutarakan oleh Kepala Cabang Utama JNE Denpasar, Alit Septiniwati, bahwa pariwisata sebagai penopang perekonomian Bali sudah normal kembali, dan merasa bersyukur bisa kembali merayakan Nyepi Tahun Baru Saka 1946.

“Bagi kami dan para karyawan JNE Denpasar yang beragama Hindu yang jumlahnya sekitar 50% dari seluruh jumlah karyawan yang ada, Hari Raya Nyepi bermakna introspeksi dan evaluasi diri agar ke depannya menjadi lebih baik,” ujar Alit, saat berbincang dengan JNEWS, Jumat (8/3/2024).

Diungkapkan pimpinan cabang yang sudah mengabdi di JNE lebih dari 26 tahun ini, seperti umat Hindu pada umumnya, dalam menyambut Nyepi, dirinya sudah melakukan berbagai persiapan, yang di antaranya melakukan pembersihan arca ke laut dan mempersiapkan perlengkapan sesajen untuk digunakan ibadah pada Hari Raya Nyepi.

Baca juga: Bekal Untuk Arungi Ramadan yang Penuh Berkah

Pada hari Nyepi, umat Hindu diharuskan melakukan catur brata penyepian, dengan mematuhi dan diwajibkan melaksanakan 4 pantangan, yaitu amati geni dengan berpantang menyalakan api, lampu dan benda elektronik lainnya. Selama 24 jam, tidak ada aktivitas yang berkaitan dengan listrik atau api, termasuk internet. Hal ini dilakukan sebagai bentuk simbolis melawan hawa nafsu duniawi.

Kemudian amati karya, yaitu berpantang melakukan aktivitas kegiatan atau bekerja dalam bentuk apa pun saat Nyepi berlangsung. Begitu juga amati lelungan adalah berpantang untuk bepergian. Dan terakhir amati lelanguan adalah berpantang untuk bersenang-senang saat Nyepi. Umat Hindu diajak untuk menghentikan sejenak segala bentuk kesenangan duniawi agar fokus sembahyang. Tidak ada toko, warung, mal dan tempat hiburan lainnya yang buka di Bali selama Nyepi. Bahkan umat Hindu juga berpuasa selama 24 jam penuh.

“Pada Hari Raya Nyepi, kami beserta keluarga tinggal di rumah, berpuasa dan berdoa kepada Tuhan serta melakukan perenungan evaluasi diri agar ke depannya menjadi pribadi yang lebih baik. Baru kemudian H+1 mengunjungi sanak saudara sambil mencicipi makanan,” tutur Alit.

Ia merasa bangga dan bersyukur telah menjadi bagian dari keluarga besar JNE, di mana toleransi dan keberagaman sangat dijunjung tinggi, bahkan baginya JNE sudah seperti rumah kedua dalam kehidupannya.

“Sejak tahun 1997 saya sudah bergabung di JNE. Para pimpinan dan para karyawan meski berbeda agama dan suku semuanya bersatu padu bekerja keras untuk memajukan JNE. Dari Bali, kami dan para karyawan yang beragama Hindu mengucapkan ‘Rahajeng Nyangre Rahine Nyepi Tahun Baru Saka 1946 Domugi Kenak lan Rahayu Sareng Sami,’ pungkas Alit. *

Exit mobile version