Kain Bali merupakan salah satu warisan wastra Indonesia yang selalu hadir dalam pameran-pameran kriya dengan ciri khas yang menonjol. Kain ini tidak hanya menjadi oleh-oleh yang paling diburu wisatawan tetapi juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Bali.
Biasanya kain Bali yang banyak dijual di tempat-tempat wisata memiliki motif yang besar dengan warna-warna cerah. Pemilihan motif dan warna tersebut disesuaikan dengan suasara liburan yang ceria. Namun motif baku dan turunannya cukup banyak, yang digunakan sesuai dengan fungsinya dalam budaya Bali.
12 Motif Kain Bali yang Unik
Dikutip dari laman Disbud Baliprov, secara fungsional, kain Bali dibagi menjadi 12 kelompok, yaitu kain bebali, wali, keling, endek, cepuk, gringsing, poleng, songket, prada, bolong-bolong, sembong dan dobol serta blengbong.
Berikut adalah penjelasan tentang 12 motif kain Bali yang unik tersebut, beserta sejarah dan penggunaannya.
1. Kain Bebali
Di Bali utara, kain bebali disebut wangsul, sedangkan di Bali timur disebut gedongan. Kain bebali dibuat menggunakan alat tenun bernama cagcag. Umumnya motif ini berbentuk garis melintang. Sedangkan kainnya berbentuk lingkaran tanpa putus. Jenis kain bebali, antara lain uyah areng, kayu tulak, tulang mimi, alang-alang sekabung, dan sebagainya.
Kegunaan kain bebali adalah sebagai berikut:
- Untuk upacara Manusa Yadnya, yang dimulai dari upacara bayi dalam kandungan, lepas tali pusar, 42 hari dan enam bulan.
- Untuk upacara Dewa Yadnya, yaitu sebagai pelengkap, seperti tigasan untuk dipersembahkan pada Rong Tiga Kemulan.
- Untuk upacara Pitra Yadnya, yang digunakan dalam upacara Pebayuhan, Ngangget Don Bingin dan Mapurwa Daksina.
Baca juga: 8 Tradisi dan Upacara Adat Bali: Warisan Budaya yang Terjaga
2. Kain Wali
Kain wali memiliki motif kotak-kotak kecil dengan bahan katun atau sutra. Kotak-kotak tersebut terbentuk dari motif silang garis horizontal dan vertikal. Dahulu kain wali digunakan anak perempuan untuk upacara akil balig dan mentatah atau upacara menuju kedewasaan. Namun sekarang juga digunakan anak laki-laki. Jenis kain wali, antara lain padang derman, siataki, sekordi, kayu sugih, selulut, ketungsih, dan sebagainya.
3. Kain Keling
Penggunaan kain keling hampir sama dengan kain wali, hanya warna dasarnya merah. Dahulu kain keling banyak digunakan di Bali utara dan timur.
4. Kain Endek
Endek merupakan kain tenun ikat yang menggunakan pewarna alami dari daun mengkudu, rempah-rempah, kulit kayu, dan sebagainya. Dahulu kain endek digunakan untuk kegiatan keagamaan di pura. Namun sekarang endek dapat digunakan ke sekolah, kantor dan kegiatan sehari-hari.
Kain endek menggunakan bahan benang rayon, katun, dan sutra. Sedangkan produksinya menggunakan proses nyatri, yaitu pembuatan pola dengan cara pengikatan pola pada benang dasar.
5. Kain Cepuk
Cepuk merupakan bagian dari kain endek. Cepuk menggunakan warna dasar merah ditambah garis putih melintang. Penggunaan kain cepuk terbatas pada upacara keagamaan. Kain ini dibuat di Nusa Penida.
6. Kain Gringsing
Gringsing merupakan satu-satunya tenun ikat yang menggunakan teknik ikat ganda. Bahan kainnya berupa serat kapuk dari Nusa Penida. Warna pada motif kain hanya terdiri dari 3 macam, yang disebut tridatu. Sedangkan bahan warnanya alami, seperti yang digunakan kain endek.
Kain ini dipercaya bisa digunakan sebagai penolak bala dan penyakit. Kain gringsing hanya boleh digunakan untuk menutup tubuh bagian tengah hingga pusar.
7. Kain Poleng
Kain poleng menunjukkan ekspresi Rwa Bhinneda, yang merupakan keseimbangan antara baik dan buruk. Karena itu, warna bahan yang digunakan hanya hitam dan putih. Fungsi kain ini ada 2, yaitu sebagai kain sakral jika digunakan di tempat suci dan memiliki fungsi profan jika digunakan pecalang.
8. Kain Songket
Kain songket hanya digunakan untuk upacara keagamaan yang besar. Kain ini menggunakan benang emas, perak, dan sutra yang berwarna. Motif kain songket terdiri dari motif hias geometri, flora, fauna figuratif, prembon, dan kekarangan.
9. Kain Prada
Dahulu kain prada hanya digunakan di kalangan bangsawan atau raja. Kain ini menggunakan lembaran emas tipis yang direkatkan dengan lem khusus. Pengerjaannya membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun. Prada juga digunakan untuk hiasan pelinggih. Namun sekarang prada tidak menggunakan emas lagi.
10. Kain Bolong-bolong
Kain bolong-bolong adalah kain dengan kombinasi lubang-lubang sebagai akibat pengaturan kerapatan dan kerenggangan dalam proses tenun.
Kain bolong-bolong ada 3 macam, yaitu:
- Brahmara, yang memiliki lubang kecil dan rapat. Fungsinya untuk kampuh busana laki-laki dalam upacara ngeraja atau ngekeb sewaktu metatah.
- Cecawangan, yang memiliki lubang besar. Cecawangan merupakan kain dengan lubang yang besar. Kain Bali ini digunakan para wanita sebagai penutup dada dan selendang lilit di upacara keagaman seperti Ngaben atau Pitra Yadnya.
- Rang-rang, yang memiliki pola zig zag dengan kombinasi warna cerah dan kontras. Fungsinya sebagai selendang penutup pada upacara keagamaan
11. Kain Sembong dan Dobol
Sembong adalah kain Bali dengan motif kotak kecil. Sedangkan dobol memiliki motif kotak besar. Di antara motif kotak-kotak tersebut terdapat terdapat variasi garis kecil menyilang yang disebut rerincikan.
12. Blengblong
Kain blengbong memiliki motif garis-garis horizontal. Kain ini menggunakan benang warna merah sebagai motif, yang disusun selang-seling dengan benang pakan. Umumnya, kain blengblong digunakan sebagai saput atau kampuh pada busana pria.
Baca juga: 4 Jenis Baju Adat Bali, Keunikan, dan Aksesorinya
Karena jenis-jenis kain Bali didasarkan pada fungsinya, maka penting untuk mencari informasi lebih dahulu sebelum mengenakannya. Penggunaan kain yang benar sesuai fungsinya merupakan cara terbaik untuk menghormati wastra dari Bali ini.