JNEWS – Karapan sapi adalah permainan tradisional yang sangat populer di Madura, Jawa Timur. Dalam permainan tersebut, sapi berlomba dalam pasangan, menarik kereta kayu yang dikendalikan oleh seorang joki.
Perlombaan ini tidak hanya memperlihatkan kecepatan dan kekuatan sapi, tetapi juga kemahiran joki dalam mengendalikan sapi-sapi tersebut selama lomba. Perlombaan berlangsung singkat, biasanya hanya 10 hingga 15 detik, dengan lintasan sepanjang 100 meter.
Sejarah Karapan Sapi di Madura
Karapan sapi berkembang sebagai tradisi di Madura karena kondisi tanah di pulau tersebut yang kurang subur. Dulunya, sebagai alternatif, penduduk lokal memilih untuk fokus pada nelayan atau peternakan sapi daripada pertanian.
Sapi-sapi ini tidak hanya menjadi hewan ternak, tetapi juga digunakan dalam aktivitas pertanian seperti membajak sawah atau ladang. Tradisi karapan sapi telah dikenal di Madura sejak lama dan terus berkembang seiring waktu.
Tradisi ini awalnya diperkenalkan oleh Syekh Ahmad Baidawi, yang juga dikenal sebagai Pangeran Katandur, di Sumenep, Madura. Beliau mengajarkan metode bercocok tanam menggunakan sepasang bambu yang ditarik oleh dua ekor sapi.
Awalnya, praktik ini bertujuan untuk menemukan sapi-sapi yang kuat dan mampu bekerja di sawah. Namun, seiring berjalannya waktu, karapan sapi berkembang menjadi kompetisi yang meriah dan menjadi bagian penting dari budaya Madura.
Dikutip dari situs Warisan Budaya Takbenda Kemendikbud, nama “karapan” memiliki dua asal kata yang berbeda menurut versi yang beredar. Versi pertama menyatakan bahwa kata “kerapan” diambil dari “kerap” atau “kirap” dalam bahasa Madura yang berarti berangkat bersama-sama atau berbondong-bondong.
Versi lain mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti persahabatan. Di Madura sendiri, olahraga serupa juga dilakukan dengan kerbau yang disebut mamajir, terutama di Pulau Kangean, meskipun tidak sepopuler karapan sapi.
Event-event karapan sapi umumnya diadakan antara bulan Agustus dan September di berbagai kota di Madura. Kompetisi puncaknya, di mana para peserta berlomba untuk memenangkan Piala Bergilir Presiden, berlangsung di Pamekasan, biasanya pada akhir September atau awal Oktober.
Baca juga: Tradisi dan Upacara Adat Suku Jawa yang Masih Dipraktikkan Hingga Kini
Jenis-Jenis Karapan Sapi
Karapan sapi di Madura memiliki variasi yang unik, masing-masing dengan karakteristik tertentu. Berikut penjelasannya.
1. Kerap Keni
Kerap keni, atau kerapan kecil, adalah kompetisi yang partisipannya terbatas pada warga dari kecamatan atau wilayah kewedanaan yang sama. Lomba ini melibatkan sapi-sapi muda yang belum banyak dilatih, dengan jarak tempuh hanya 110 meter.
Aspek penting dalam penilaian bukan hanya kecepatan tetapi juga kemampuan sapi untuk berlari lurus. Sapi yang berhasil memenangkan di kategori ini berhak naik ke level perlombaan yang lebih tinggi, yaitu Kerap Raja.
2. Kerap Raja
Kerap Raja, dikenal juga sebagai kerapan besar, biasanya digelar di ibu kota kabupaten setiap hari Minggu. Lintasan balapnya sedikit lebih panjang, sekitar 120 meter, dengan peserta yang merupakan pemenang dari kerap keni. Lomba ini menampilkan kompetisi antar para juara yang telah teruji kecepatannya.
3. Kerap Onjangan
Kerap Onjangan, atau kerapan undangan, adalah lomba khusus yang pesertanya merupakan undangan dari kabupaten penyelenggara. Lomba ini sering diselenggarakan untuk merayakan hari besar atau event khusus.
4. Kerap Karesidenan
Kerap Karesidenan adalah lomba tingkat keresidenan yang mengumpulkan para juara dari empat kabupaten di Madura. Event ini biasanya diadakan di Kota Pamekasan setiap hari Minggu dan menjadi acara puncak yang menutup musim balap sapi.
5. Kerap Jar-jaran
Kerap jar-jaran adalah sesi latihan yang bertujuan untuk mempersiapkan sapi-sapi pacuan sebelum mereka bertanding di perlombaan yang sebenarnya. Ini memberikan kesempatan bagi sapi dan joki untuk beradaptasi dengan atmosfer lomba dan meningkatkan kemampuan mereka dalam kompetisi.
Setiap kategori dari karapan sapi ini memiliki aturan dan tujuan yang berbeda, menyediakan berbagai tingkat pertandingan yang memungkinkan pengembangan berkelanjutan dari keahlian baik bagi sapi maupun joki.
Aturan dan Tata Cara Karapan Sapi
Karapan sapi, permainan tradisional komunal ini, menampilkan berbagai peran penting dalam penyelenggaraannya. Ada enam peran utama:
- Pemilik sapi pacuan yang bertanggung jawab atas perawatan dan pelatihan sapi
- Tukang tongko, yang mengendalikan sapi saat lomba
- Tukang tambeng, yang bertugas menjaga sapi sebelum start
- Tukang gettak, yang memotivasi sapi untuk berlari cepat saat perlombaan dimulai
- Tukang tonja, yang membantu menarik dan mengarahkan sapi
- Tukang gubra, yang meneriakkan semangat untuk mendukung sapi-sapi yang bertanding.
Pada awalnya, semua sapi yang akan berlomba diarak masuk ke dalam arena. Momen ini tidak hanya untuk pemanasan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memamerkan keunikan dan keindahan hiasan serta pakaian yang dipakai sapi. Setelah parade, semua hiasan yang bisa mengganggu pergerakan sapi dilepas, kecuali pakaian yang tidak menghambat gerak.
Kompetisi ini dimulai dengan lomba awal untuk menetapkan klasemen awal peserta, mirip dengan penyisihan grup dalam sepak bola. Peserta berstrategi untuk mengamankan posisi di kelompok unggulan, yang nantinya akan memudahkan mereka di babak penyisihan.
Babak penyisihan terdiri dari beberapa tahap dan menggunakan sistem eliminasi. Hanya sapi-sapi yang terus menang yang dapat maju ke babak berikutnya hingga mencapai babak final.
Baca juga: Menjelajahi Kota Tua Surabaya, Menikmati Suasana Klasik Warisan Kolonial Belanda
Dalam esensi yang lebih dalam, karapan sapi mengajarkan nilai-nilai penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kerja keras, kerja sama, persaingan yang sehat, ketertiban, dan sportivitas.
Proses pelatihan sapi menggambarkan pentingnya kesabaran dan ketekunan. Hanya dengan kerja keras dan dedikasi, sapi-sapi ini dapat tampil maksimal di arena, menunjukkan kekuatan dan kelincahan mereka.
Bagaimana, tertarik untuk menyaksikan karapan sapi langsung di Madura?