Karyawan yang Mampu Berkurban Adalah Mulia

Puluhan ekor sapi setiap tahun disembelih di Yayasan Tuna Netra dan Anak Yatim (Yatuna) Soeprapto Suparno sebagai kurban dari JNE

Puluhan ekor sapi setiap tahun disembelih di Yayasan Tuna Netra dan Anak Yatim (Yatuna) Soeprapto Suparno sebagai kurban dari JNE

Sampai saat ini pandemi Covid-19 belum mereda. Kita semua berdoa agar musibah yang melanda bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lain di dunia semoga cepat berakhir dan kehidupan bisa kembali normal, termasuk jutaan jamaah haji bisa kembali menunaikan ibadah agung berhaji ke Tanah Suci. Dalam Al-Quran dan hadist disebutkan tentang keutamaan bulan Dzulhijjah, salah satunya adalah keutamaan wukuf di Arafah saat beribadah haji yang dilanjutkan dengan Idul Adha dan menyembelih hewan kurban.

Menurut Ustadz Jajang yang sering memberi tausiyah di kantor JNE Pusat, hakikat kurban adalah Taqorrub Illallah (mendekatkan diri kepada Allah SWT) atau mewujudkan rasa syukur atas berbagai macam nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Seperti firman Allah dalam QS Al-Kautsar 1-2, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak, maka laksanakan shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah”.

Baca Juga : Berkurban dan Meng-online-kan 30 Panti Asuhan dalam Idul Adha 1441 H

“Maka, jika kita mampu melakukan shalat dan berkurban berarti kita sudah bisa menempatkan diri kita berada dekat dengan rahmat Allah,” ujar Ustadz Jajang, saat dihubungi JNEWS, Senin (27/7/2020).

Sang ustadz melanjutkan, seorang karyawan yang gajinya tidak besar namun dia mau menyisihkan dan mengumpulkan sisa gajinya setiap bulan untuk kemudian dibelikan hewan kurban maka itu adalah perbuatan mulia dalam kehidupannya, karena menyisihkan sisa gaji untuk ditabung sedikit demi sedikit butuh perjuangan dan juga pengorbanan tersendiri. “Karyawan tersebut menetapkan statusnya di mata Allah SWT menjadi hamba yang mulia dibanding dengan karyawan yang gajinya berlimpah namun tidak mau berkurban padahal dia sangat mampu membeli hewan kurban,” terangnya.

Ustadz Jajang mengutip sebuah hadist dari baginda Nabi Muhammad SAW, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) kurban itu,” (HR Tirmizi). “Yang paling baik (afdal) dalam berkurban ialah mengambil sepertiga daging hewan kurban untuk diri sendiri, sepertiga untuk tetangga dan sepertiga lagi untuk orang yang meminta atau mengharapkan daging tersebut,” pungkas Ustadz Jajang. *

Baca Juga : Peringatan Idul Adha 1441 H JNE bersama TIKI

Exit mobile version