JNEWS – Hendri Laoli merupakan kurir JNE Cabang Tapanuli Tengah, dengan area pengantaran di antaranya di Kecamatan Tukka, salah satu kecamatan terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Utara (Sumut) pada 25 November 2025 lalu menelan ratusan korban jiwa dan menimbulkan kerugian material yang besar. Bencana ini mengundang keprihatinan dan duka mendalam banyak pihak.
“Beberapa customer yang sering saya antarkan paketnya ada yang meninggal dunia, bahkan kini perkampungannya sudah tidak ada, tertimbun lumpur dan gelondongan kayu,” ujar Hendri sedih mengawali kisahnya kepada JNEWS, Sabtu (20/12/2025).
Diungkapkan Hendri, pada saat banjir bandang menerjang, rumah tinggalnya sempat tergenang air setinggi atap dan berlangsung hampir seharian. Namun dirinya merasa bersyukur banjir tersebut tidak disertai lumpur maupun kayu gelondongan.
“Saya hampir seminggu tidak lakukan pengantaran paket karena memang situasinya tidak memungkinkan. Saya juga ikut membantu evakuasi dan menolong warga yang terdampak. Baru kemudian bisa kembali mengantarkan paket setelah situasi aman,” jelasnya.
Menurutnya, meski sudah hampir 3 minggu berlalu, sekarang ini masih ada 2 kecamatan yang terisolir, yakni Kecamatan Sitahuis dan Kecamatan Tukka. Mengingat parahnya banjir bandang di kedua kecamatan tersebut beberapa desa hilang, seperti Desa Hutanobolon, Pasar Tukka dan Desa Tapian Nauli.
“Untuk delivery ke kecamatan yang masih terisolir, kadang saya menumpang mobil relawan atau PNPB jenis double gardan dengan terlebih dahulu memarkir motor di lokasi yang aman. Saya juga terkadang jalan kaki menelusuri bongkahan kayu atau lumpur tebal,” bebernya.
Baca juga: Laporan Perjalanan Driver JNE Pengangkut Bantuan Kemanusiaan Jakarta – Banda Aceh
Hendri ingat, di hari pertama delivery beberapa pelanggan penerima paket, saat dihubungi melalui telepon menangis karena anggota keluarganya hilang terseret banjir bandang dan rumahnya terkubur bongkahan kayu serta lumpur, bahkan rumahnya kini tidak tampak lagi.
“Saya sedih dan ingin menangis. Banyak desa yang menjadi area delivery saya sekarang sudah hilang tak berbekas. Padahal sebelum banjir bandang menerjang desa-desa tersebut cukup indah dikelilingi pemandangan menghijau dan asri,” tuturnya.
Sambil delivery adakalanya dirinya juga membawa bantuan dari kantor yang dititipkan masyarakat melalui fasilitas free ongkir, seperti makanan ringan, sembako, mie instan dan lain sebagainya.
“Semoga mereka yang kehilangan sanak saudara, rumah dan harta bendanya digantikan yang terbaik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan normal kembali serta ke depannya tidak adalagi bencana seperti ini,” pungkas Hendri dengan nada getir teringat ada beberapa orang customer langganannya meninggal tersapu bencana. *












