Kilometer 0 Indonesia: Destinasi Bersejarah di Ujung Barat Pulau Weh

JNEWS – Titik Kilometer 0 Indonesia adalah salah satu destinasi paling ikonik yang dimiliki Indonesia. Tempat ini menandai titik awal wilayah barat negara kita, dan berada di ujung Pulau Weh yang tenang dan indah.

Banyak orang datang ke sini bukan hanya untuk melihat tugu penandanya, tapi juga untuk merasakan suasana yang berbeda dari negara tercinta ini. Lokasinya dikelilingi hutan, tebing, dan angin laut yang terasa segar sepanjang hari.

Semua itu membuat kunjungan ke titik ini terasa sederhana, tapi punya makna yang kuat.

Mengapa Harus Ada Titik Kilometer 0 Indonesia?

Titik Kilometer 0 Indonesia di Sabang dibuat sebagai penanda titik terbarat Indonesia yang mudah diakses. Namun, lokasi ini sebenarnya bukan titik paling barat jika dilihat dari data geografis murni.

Ada beberapa pendapat tentang posisi terbarat Indonesia. Sebagian sumber menyebut Pulau Rondo sebagai titik paling barat karena letaknya lebih jauh di ujung utara-barat. Pulau itu kecil, tidak berpenghuni, dan aksesnya sangat terbatas.

Di sisi lain, ada juga yang menyebut Pulau Benggala sebagai daratan paling barat Indonesia berdasarkan koordinat. Perbedaan ini muncul karena tiap lokasi punya karakter dan pertimbangan yang berbeda. Karena alasan keamanan dan akses, pemerintah akhirnya memilih ujung utara Pulau Weh di Sabang sebagai lokasi monumen resmi yang bisa dikunjungi masyarakat.

Sabang sudah punya infrastruktur dasar. Tempatnya juga punya nilai simbolik yang kuat karena berada di pintu gerbang barat negara.

Gagasan untuk menandai “dari Sabang sampai Merauke” sebenarnya sudah lama hidup di tengah masyarakat. Kalimat itu sering dipakai untuk menggambarkan luasnya wilayah Indonesia. Namun, tugu fisik sebagai tanda resmi Titik Nol baru digarap pada era 1990-an. Pemerintah ingin membuat penanda yang jelas, tegas, dan bisa dijadikan acuan nasional.

Desain awal tugunya berbentuk lingkaran dengan tinggi sekitar 22,5 meter. Bagian atasnya menyempit, dan di puncaknya ada patung Garuda yang menggenggam angka nol.

Setelah selesai dibangun, tugu tersebut pun diresmikan pada 9 September 1997 oleh Wakil Presiden Try Sutrisno. Pada tahun yang sama, para ahli dari BPPT juga melakukan pengukuran posisi geografis resmi Titik Nol. Mereka memakai teknologi GPS yang saat itu termasuk cukup maju.

Hasil pengukuran tersebut dituangkan dalam prasasti lain yang ditandatangani BJ Habibie selaku Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Ketua BPPT. Penandatanganannya dilakukan pada 24 September 1997, hanya beberapa minggu setelah peresmian utama.

Baca juga: Tempat Wisata di Sabang: Dari Pantai Eksotis hingga Tugu Nol Kilometer

Uniknya Titik Kilometer 0 Indonesia

Kilometer 0 Indonesia: Destinasi Bersejarah di Ujung Barat Pulau Weh
Sumber: Jadesta Kemenparekraf

Monumen Titik Kilometer 0 Indonesia di Sabang bukan sekadar bangunan penanda. Secara teknis, monumen ini dipakai sebagai titik awal untuk menghitung jarak dari ujung barat Indonesia ke daerah lain. Jadi, dari sinilah “angka nol” itu dimulai. Fungsi ini membuat monumen tersebut punya peran yang jelas dalam konteks pemetaan dan penentuan posisi wilayah.

Dalam perjalanannya, monumen ini akhirnya menjadi ikon Kota Sabang. Orang yang datang ke Pulau Weh hampir selalu menyempatkan berkunjung ke Titik Kilometer 0 sebagai bagian dari perjalanannya.

Hal yang cukup unik dan jarang ditemukan di tempat wisata lain adalah tersedianya sertifikat kunjungan. Pengunjung bisa meminta sertifikat resmi yang mencantumkan nama mereka sebagai bukti bahwa mereka pernah sampai di ujung barat Indonesia.

Sertifikat ini pastinya memberi kesan tersendiri bagi para pengunjung. Banyak orang menjadikannya sebagai kenang-kenangan yang lebih tahan lama dibanding foto di ponsel. Rasanya seperti membawa pulang bukti kecil bahwa perjalanan jauh mereka benar-benar sampai di titik awal Indonesia.

Panduan Berkunjung ke Titik Kilometer 0 Indonesia

Monumen Titik Kilometer 0 Indonesia berada di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Lokasinya masuk kawasan Hutan Wisata Sabang dan berada di tepi tebing yang menghadap ke Samudra Hindia.

Jalan menuju ke lokasi monumen ini melewati hutan, bukit, dan beberapa tikungan panjang. Di sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan istimewa, mulai dari laut biru hingga lebatnya pepohonan khas Pulau Weh.

Untuk mencapai Sabang, perjalanan dimulai dari Banda Aceh. Dari kota, pengunjung perlu menuju Pelabuhan Ulee Lheue. Di sana ada dua pilihan kapal menuju Pulau Weh, yakni kapal cepat dan kapal feri. Kapal cepat membuat perjalanan lebih singkat, sedangkan feri lebih stabil dan nyaman untuk yang membawa kendaraan. Keduanya akan berlabuh di Pelabuhan Balohan, Sabang.

Sesampainya di Balohan, perjalanan dilanjutkan dengan motor atau mobil sewaan. Waktu tempuhnya sekitar tiga puluh hingga enam puluh menit, tergantung kondisi jalan dan cuaca.

Soal jam buka, monumen ini tidak memiliki gerbang resmi. Artinya, tempat ini bisa dikunjungi hampir kapan saja dalam jam normal berwisata. Banyak wisatawan datang pagi hari untuk menikmati udara dingin dan cahaya yang lembut. Ada juga yang datang menjelang sore, karena matahari yang condong ke barat sering membuat langit terlihat lebih dramatis.

Untuk tiket masuk, pengunjung tidak perlu khawatir. Pasalnya, di Monumen Titik Kilometer 0 ini tidak memungut biaya. Pengeluaran biasanya hanya berasal dari transportasi, sewa kendaraan, dan belanja kecil di sekitar kawasan.

Agar kunjungan berjalan lebih nyaman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Apa saja, ini dia:

  1. Pastikan kendaraan dalam kondisi baik. Jalan menuju lokasi menanjak dan berkelok, jadi motor atau mobil harus prima.
  2. Siapkan perlindungan dari matahari seperti topi, kacamata, atau sunscreen, karena area sekitar monumen cukup terbuka.
  3. Bawa uang tunai dalam nominal kecil untuk membeli suvenir atau minuman dari pedagang lokal.
  4. Hati-hati dengan monyet liar di sekitar jalan. Mereka biasanya tidak agresif, tapi mudah tertarik dengan makanan yang terlihat.
  5. Selalu cek jadwal kapal sebelum berangkat. Ombak besar kadang membuat jadwal berubah. Lebih aman kalau kamu punya rencana cadangan atau mengatur waktu perjalanan lebih longgar. Dengan persiapan sederhana, perjalanan ke Monumen Titik Kilometer 0 Indonesia ini akan terasa jauh lebih mulus.

Baca juga: 5 Monumen di Jakarta dan Sejarahnya yang Perlu Diketahui

Bagi banyak orang, berdiri di Titik Kilometer 0 Indonesia di Sabang memberi sensasi tertentu. Ada rasa tenang, rasa puas, sekaligus rasa bangga.

Dari sini, kita bisa melihat bagaimana luasnya Indonesia, bukan hanya dari peta, tapi dari langkah yang benar-benar membawa kita ke ujung negara. Jika suatu hari ingin menjejakkan kaki di tempat yang penuh makna, Titik Kilometer 0 Indonesia di Sabang adalah pilihan yang tepat untuk memulai.

Exit mobile version