Wabah pandemi COVID-19 turut memberikan dampak pada kinerja ekspor di sejumlah wilayah di Indonesia, Jawa Tengah salah satunya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang kinerja ekspor Jawa Tengah di 2020 terutama di penghujung tidak sebaik tahun lalu.
Dalam catatan BPS, sepanjang November 2020 nilai ekspor Jawa Tengah mencapai USD 688,45 juta atau setara dengan Rp 9,5 triliun. Menurut pengamatan BPS, torehan angka tersebut dinilai tidak memuaskan. Sebab, bila dibandingkan secara year-on-year atau tahun ke tahun, kinerja ekspor di 2020 ini turun 0,60 persen.
“Penurunan ini tentunya disebabkan oleh penurunan ekspor komoditas migas yang menurun cukup besar,” ujar Sentot Bangun Widoyono, Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah.
Baca Juga: Industri Manufaktur Menunjukan Geliat Positif Selama Pandemi
BPS sendiri mencatat nilai eskpor komoditas migas menurun sebesar 21,13 persen jika dibandingkan secara month-to-month dengan bulan Oktober 2020. Di bulan Oktober 2020, nilai ekspor komoditas ini mencapai USD 35,75 juta atau sekitar Rp 497,5 juta, sementara di bulan November 2020 nilainya hanya USD 28,19 juta atau sekitar Rp392,36 juta.
Meski demikian, nilai ekspor pada komoditas non-migas justru mengalami kenaikan. BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat ada kenaikan nilai ekspor Jawa Tengah sebesar 1,06 persen (m-t-m) pada komoditas non-migas.
“Kalau kita lihat secara tren. Maka kita bisa lihat bahwa ekspor kita terutama untuk non-migas tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor bulan November 2019. Walaupun sedikit di bawah 2018,” terang Sentot.
Menurut Sentot, meningkatnya arus bongkar muat angkuta laut turut berpengaruh terhadap kenaikan nilai ekspor komoditas non-migas. “Untuk muat atau mungkin perdagangan keluar wilayah, yang menggembirakan adalah bahwa komoditas non-migas dibanding Oktober meningkat sangat besar, yaitu mencapai 121,79 persen,” tambahnya.
Kabar baik tak hanya sampai di situ, menurut catatan BPS Provinsi Jawa Tengah arus muat perdagangan dalam negeri mengalami kenaikan sebesar 121,79 persen. Sedangkan pada perdagangan luar negeri atau ekspor, mengalami kenaikan sebesar 100 persen.
Baca Juga: Bukukan Hasil Memuaskan di 2020, JNE Semarang Optimis Sambut 2021
BPS juga mencatat adanya pengiriman 8.144 ton komoditas non-migas ke daerah lain di Indonesia pada bulan November 2020. Sementara itu untuk pengiriman komoditas non-migas ke luar negeri tercatat terkirim sebanyak 71.100 ton.
“Ini tentunya indikasi adanya permintaan yang sudah mulai membaik baik itu dari luar negeri maupun dari luar Jawa Tengah,” kata Sentot.
Pada kesempatan yang berbeda, Leny Mayouri, Ketua Forum Transportasi laut Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), mengatakan bahwa angkutan laut di Indonesia memiliki potensi bisnis yang sangat besar. Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu jalur transportasi tersibuk di dunia. Hal ini dinilai berdasarkan jumlah kapal yang melintas perairan Indonesia sebanyak 150-200 kapal per harinya.
“Potensi-potensi tersebut perlu didukung oleh strategi dan program yang tepat, misalnya berupa perluasan akses pasar dan investasi (FDI), pengembangan kawasan industri baru dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta pengembangan tol laut,” ungkapnya.