Digitalisasi saat ini sudah mulai diterapkan di hampir semua pelabuhan di Indonesia, termasuk juga oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC. Pasalnya, implementasi digitalisasi di pelabuhan ini memberikan kinerja yang positif untuk IPC pada kuartal I/2021 dalam sektor pergerakan barang.
General Manager Cabang Pelabuhan Panjang PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Adi Sugiri mengatakan bahwa pencapaian yang positif tersebut bisa terjadi berkat digitalisasi di semua sektor dan penekanan prinsip pelayanan pelabuhan harus terus optimal kendati di tengah pandemi. “Untuk kuartal I [2021] keseluruhan barang hampir 1,7 juta ton. Untuk peti kemas targetnya itu hampir 120.000 sampai 130.000 teus [hingga akhir tahun ini],” katanya seperti mengutip dari laman Bisnis.com.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Dua Tol Baru, Akses Logistik Cepat ke Soekarno Hatta
Sementara itu untuk realisasi peti kemas, lanjut Adi, hingga kuartal I/2021 tercatat mencapai 25.751 boks dengan 30.285 teus. Secara keseluruhan barang, capaian atau realisasi kuartal pertama 2021 telah melampaui target yakni 1,3 juta ton untuk keseluruhan barang dengan 25.371 teus.
“Artinya ini menunjukkan kondisi ekonomi berangsur membaik,” tambahnya. Selain digitalisasi, capaian positif ini bisa diraih dengan upaya peremajaan alat pendukung bongkar muat logistik seperti container crane, jib crane, dan yang lainnya. Alhasil, percepatan pelayanan bongkar muat ini secara otomatis juga berdampak pada kinerja positif perusahaan.
Baca Juga: Ganggu Perekonomian, Kemenhub Potong 10 Truk ODOL di Bogor
Pelabuhan Tanjung Priok Tumbuh Positif
Masih seputar pelabuhan, Direktur Utama IPC, Arief Suharyono mengatakan bahwa kegiatan ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok tumbuh positif. Adapun pertumbuhan positif tersebut menurutnya dikarenakan kegiatan perekonomian dan industri baik secara nasional maupun global di tahun 2021 mulai pulih, sehingga berdampak pada kegiatan ekspor dan impor serta peningkatan volume barang di pelabuhan-pelabuhan besar.
Namun, di sisi lain, peningkatan kegiatan ekspor dan impor ditambah dengan cuaca buruk serta kejadian luar biasa di Terusan Suez pada akhir Maret 2021 menimbulkan efek domino terhadap perubahan jadwal kapal.
Termasuk kongesti di pelabuhan keberangkatan sebelumnya, diantaranya dari Pelabuhan di Singapura yang mengakibatkan keterlambatan jadwal kedatangan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok.
Peningkatan arus kapal dan barang yang harus dilayani oleh IPC ini tentunya menimbulkan antrian pelayanan menuju Pelabuhan untuk proses penerimaan barang dari pengguna jasa ke lapangan penumpukan sementara (receiving) dan pengiriman barang dari lapangan penumpukan sementara ke gudang (delivering).
Baca Juga: Mahalnya Biaya Logistik Jadi Penghambat UMKM di Indonesia Timur
“Untuk mengantisipasi hal tersebut, dalam waktu dekat kami akan mengalihkan kapal-kapal yang tiba bersamaan ke beberapa terminal serta mengosongkan lapangan yang digunakan untuk menampung kontainer. Selain itu, kami juga berupaya untuk meningkatkan pelayanan di masa sibuk ini melalui penyediaan lebih banyak area penyangga (buffer area) di pelabuhan, mengoptimalkan implementasi Single Truck ID (TID), melakukan pengaturan jadwal kedatangan truk ke dalam area terminal (traffic management), serta rencana re-layout Pelabuhan,” jelas Arief.
IPC sendiri, lanjut Arief, memiliki strategi jangka panjang, yakni akan membangun New Priok Eastern Access (NPEA) sebagai akses baru menuju ke Terminal Kalibaru dari wilayah timur dan terkoneksi langsung dengan jaringan jalan tol.
“Dengan adanya akses baru ini diharapkan membuat lalu lintas dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok ini menjadi lebih baik. Sehingga, percepatan pelayanan kepelabuhanan yang diupayakan ini diharapkannya menjadi cara meningkatkan sinergi dan kerja sama dengan para stakeholders terkait. Ini juga sebagai upaya untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa,” tandasnya.
Baca Juga: Setelah Batam, Kini Giliran Papua Kebagian Implementasi Papua Logistic Ecosystem