Kisah Desi Dheeya Craft yang Tak Menyerah Oleh Pandemi

Banyak jalan menuju roma, pribahasa atau kiasan tersebut sering diucapkan bagi sebagaian orang yang ingin meraih sesuatu, namun bingung harus memulai dari mana, termasuk dalam dunia usaha layaknya UMKM.

Apalagi di era saat pandemi saat ini, di mana semuanya mengalami kesusahan dalam hal ekonomi. Jangannya dari sektor usaha atau UMKM, kantoran yang awalnya stabil pun bisa lenyap seketika karena bisnis yang hancur dan berimbas pada PHK karyawannya.

Tapi niscaya, saat satu pintu tertutup rapat, ada 1.000 pintu lainnya yang terbuka. Karena itu, ketika sedang jatuh karena sesuatu hal, saat bisnis sedang droop, sampai kehilangan pekerjaan, selam ada semangat untuk usaha semua akan diberikan jalan.

BACA JUGA : JNE Bersama Polda Metro Jaya Terus Perangi Covid-19

Hal ini dibuktikan Desi Yanti pemuilik UMKM Dheeya Craft asal Surabaya, Jawa Timur. Bermula ketika sang suami terinfeksi Covid-19 pada Juli 2020 silam yang berujung harus kehilangan pekerjaannya karena dihentikan dan harus menjalani masa karantina untuk penyembuhan.

aksesoris Dheeya Craft

Kondisi tersebut membuat Desi dan keluarga kecilnya khawatir. Tak hanya soal kesehatan suami, tapi juga masalah ekonomi yang menghantui karena harus menyambung hidup.

“Awalnya kami bingung sekali mau usaha apa, Alhamdulillah, berkat Ikhtiar aku yang punya bekal sedikit ilmu menjahit dan membuat aksesories mulai membikin masker,” ucap Desi.

Desi mengatakan memang dia hobi dalam menjahit dan membuat ragam kreasi aksesories. Dari awalnya membuat masker yang hanya contoh, makin lama makin banyak yang pesan.

Terlebih menurut Desi waktu itu harga masker sedang melambung tinggi. Dalam satu hari dia bisa mengerjaka 5-10 masker, dan untungnya dia memiliki mesin jahit sendiri sehingga memudahkan dalam usahanya.

awalnya cuma contoh makin lama makin banyak yang pesan apalagi pada saat itu harga masker melambung banget sehari bisa mengerjakan 5 – 10 masker, beruntung pula kita punya mesin jahit sehingga bisa digunakan untuk usaha ini.

“Kebetulan teman saya melihat dan tertarik, akhirnya pada pesan dan kadang dalam jumlah yang banyak. Sebelum menjahit, saya pernah jualan dawet es legen juga,” katanya.

BACA JUGA : Kontribusi PLN Bagi UMKM Daerah di Tengah Pandemi

Desi menceritakan sejauh ini dia dan usahanya tak merasa kesulitan. Kunci utamanya adalah selalu slow dan enjoy dan berusaha menikmatinya. Namun demikian, dalam memasarkan produknya, Desi mengatakan sejauh ini lebih ke offline.

Nah, terkait soal omzet, Desi mengatakan dalam sehari kini bisa sampai 20 pesanan lebih. Dengan jumlah tersebut, dalam satu bulan kurang lebih usahanya bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp 5 juta.

Konsep yang diterapkan juga unik dan menarik seperti model distro, yakni hanya membuat masker dalam satu motif. Karena itu dipastikan produknya tidak akan pasaran.

“Kalau jualan online itu kesulitanya masih di packaging, menjaga kualitas produk dan lain-lain, karena kadang barang sampai ke tangan pembeli ada yang protol karena guncangan di jalan. Tapi memang online lebih simple lantaran tak harus perlu sewa toko atau tempat khusus,” ucap Desi.

BACA JUGA : Tips Agar Anak Mau Menggunakan Masker

Walau demikian, Desi mengatakan selalu menggunakan Jasa JNE untuk mengirimkan masker atau hasil karya jahitnya. Hal tersebut lantaran JNE mudah dalam pengiriman dan dekat dari kediamnya. Sementara untuk pengalamannya dengna JLC, menurut dia cukup baik karena memiliki poin yang menjadi nilai lebih bagi anggotanya.

 

Exit mobile version