JNEWS – Aqil Husein Almanuri merupakan kurir JNE Cabang Sumenep, Madura. Karya tulis yang ia kirimkan ke JNE Content Competition 2025 meraih penghargaan pemenang pertama kategori karya tulis karyawan. Di balik itu, kisah hidupnya ternyata inspirasional. Saat ini, selain menjadi kurir, Aqil nyambi kuliah S-2 serta mengajar di sebuah kampus swasta.
Judul karya tulis Aqil yang membawanya sebagai juara pertama untuk kategori karyawan adalah ‘Menjadi Kurir JNE: Menafsiri Jalanan dan Menemukan Makna Hidup.’
“Karya tulis saya bercerita tentang pengalaman dan refleksi menjadi seorang kurir. Susah payahnya, tanggung jawabnya, dan cerita apa saja yang sudah didapat selama menjadi kurir JNE. Ini murni pengalaman sendiri,” ujar Aqil kepada JNEWS, di sela-sela acara pemberian penghargaan kepada para juara JNE Content Competition 2025, di CGV FX Soedirman, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tulisan tersebut tidak hanya menggambarkan kehidupan sebagai seorang kurir pengantar paket. Namun, dirinya menemukan makna baru dalam hidup, sehingga kemudian bisa membantu perekonomian keluarga yang pernah terpuruk, kemudian juga membawa pada mimpinya untuk melanjutkan studi S-2.
“Saya sebenarnya begitu lulus S-1 di IAIN Madura jurusan Hukum Keluarga Islam, ingin menjadi lawyer. Namun karena keterpaksaan akibat dorongan ekonomi kemudian memutuskan menjadi kurir. Tapi dari kurir JNE ini justru jalan saya mulai terbuka lebar, ekonomi keluarga yang terpuruk mulai terangkat kembali. Saya juga bisa kuliah S-2 dan menjadi dosen,” bebernya.
Baca juga: Angkat Kegigihan Penyandang Disabilitas, Irawan Sapto Juara Umum Lomba Menulis Jurnalis JNE 2025
Setiap hari Aqil bekerja sebagai kurir back-up dengan area delivery di beberapa wilayah. Di antaranya Kecamatan Kalianget, Batuan, Lenteng, Ganding, dan Guluk-guluk sehingga setiap hari rutenya berbeda mengikuti jadwal atau kadang bergantung situasi.
“Bekerja sebagai pengantar paket, kemudian kuliah dan menjadi dosen tentu lumayan capek. Soalnya, terkadang saya harus ke Surabaya untuk mengikuti kelas offline di Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan jurusan Hukum Ekonomi Syariah dan mengurus administrasi lainnya,” terang Aqil.
“Apabila ada jadwal perkuliahan dengan zoom terkadang saya mengikutinya sambil ngurir, mengerjakan tugas di mana sesekali harus berhenti sejenak untuk presentasi. Saya selalu membawa buku di motor agar bisa sambil belajar ketika waktu istirahat,” ucap Ksatria yang mulai bergabung di JNE tahun 2023 ini.
Mengenai profesi sebagai dosen di salah satu kampus swasta di Madura, Aqil mengaku sebenarnya masih dosen non-NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) akan tetapi punya kelas dan mata kuliah yang waktu mengajarnya setiap hari Senin.
“Usai ngurir saya langsung pulang ke rumah dan berlanjut menyelesaikan urusan kampus. Kebetulan sekarang saya menjabat di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) di mana bertanggung jawab atas pengelolaan jurnal. Jadi setiap pulang kerja, harus mantengin web, melihat bila karya masuk, editing jurnal, dan komunikasi sama reviewer, dan lain-lain,” tuturnya.
“Meski dalam satu minggu tidak ada libur, karena harus ngurir untuk memastikan paket kiriman sampai dengan cepat dan tepat waktu dilanjutkan dengan kerja kampus, tetapi meski capek saya menikmatinya,” tukas pemuda yang masih melajang ini.
Baca juga: Tiga Rahasia Kurir Teladan JNE Cilacap
“Terima kasih JNE yang telah menerima saya sebagai kurir dan sekarang memilih karya saya sebagai juara pertama untuk kategori karyawan. Dengan bekerja menjadi kurir, saya sudah bisa mengangkat sedikit demi sedikit ekonomi keluarga, bisa kuliah S-2 dan tentunya juga menjadi dosen,” pungkas Aqil yang hobi menulis, meneliti dan traveling ini. *