Kisah Neysa Mendirikan Havilla Gourmet Tea, Berawal dari Hobi Ngeteh

berawal dari hobi teh, wanita cantik ini sukses kembangkan bisnis

Teh menjadi salah satu jenis minuman yang disukai banyak orang, termasuk salah satunya adalah Nesya Valeria. Namun siapa sangka, di balik kegemarannya menyeruput teh itu Neysa kini mampu mengantongi uang ratusan juta rupiah dari bisnis Havilla Gourmet Tea. Kok bisa sih?

Dalam sebuah kesempatan, Neysa bercerita bahwa dirinya memiliki kecintaan terhadap teh. Berangkat dari kegemarannya itu, Neysa pun mendirikan Havila Gourmet Tea, sebuah merek teh lokal asal Bandung pada 2014 lalu. Menurutnya, ketersediaan teh di Indonesia yang banyak menjadi potensi bagi usahanya.

“Awal mula terjun di bisnis teh itu alasannya bener-bener simpel, hanya karena suka minum teh dan ada potensi availability teh di Indonesia tapi ragam piihannya nggak banyak. Kemudian ketika mulai mendalami, ternyata dunia teh itu luas banget dan sebegitu menyenangkannya. Saya pengin semua orang dapat kesempatan yang sama untuk menikmati teh,” ujarnya seperti dikutip dari detikcom.

Baca Juga: Kisah Penjual Keripik Pedas, dari Ciamis Merambah ke Singapura

Tidak sekadar menikmati, Neysa pun tertarik untuk mempelajari dan mendalami teh. Hal ini dilakukan ketika ia menempuh pendidikan S2 di Australia, di mana peluang mempelajari teh terbuka lebar. Di Australia, kata Neysa, dirinya bisa menikmati ragam teh dengan pilihan yang banyak. Bahkan, kecintaannya terhadap dunia teh kemudian dijadikan tesis S2-nya dengan topik Tea Industry in Australia.

“Apapun yang saya lakukan, saya ingin added value-nya berhubungan dengan teh. Sampai-sampai saya mengambil topik tesis yang selaras. Dari sana, saya mendapat banyak kesempatan untuk berbincang dengan pemilik usaha-usaha teh di sana,” jelasnya.

Selain mengeyam pendidikan S2 di Australia, Neysa pun mengambil sekolah teh di Australian Tea Master, hingga akhirnya memantapkan diri untuk terjun ke bisnis teh pada 2014. Pada awalnya, diakui Neysa, semuanya ia lakukan sendirian, bahkan dengan modal kecil dan keterbatasan sekalipun. Tidak seperti kopi, teh kurang begitu diminati oleh masyarakat Indonesia. Itu lah yang menjadi kendalanya pada saat itu.

“Karena teh itu dulu belum menarik banyak peminat seperti kopi. Akhirnya buat dulu dalam kuantiti kecil. Untuk mencari bahan bakunya saja susah sekali karena kan saat itu pasarnya masih belum banyak,” ujar Neysa.

Rintangan demi rintangan diakui Neysa tidak berhenti sampai di situ. Kendala berikutnya adalah sulitnya mencari mitra bisnis. Dirinya mengatakan bahwa pada masa itu untuk mencari mitra, ia harus mendatangi kantor satu per satu untuk mendapatkan kontak. Belum banyak perusahaan yang terbiasa berkomunikasi melalui email, kenangnya.

Baca Juga: Kisah Karyawan Pelestari Tari Tradisional Minang

Di awal berdiri, Havilla memiliki target market B2B, bukan B2C. Hal ini karena pada saat itu, artisan tea masih sangat sedikit. Belum lagi market habit untuk ritel pada saat itu masih susah. Karenanya, untuk membidik target market B2C agak susah. Meskipun tak dipungkiri bahwa coffeeshop yang booming saat itu turut membantu.

Kerasa terbantu dengan market kopi yang sedang booming. Pada jaman itu para coffee shop owner masih banyak yang jaga di toko. Akhirnya penetrasinya lewat temen-temen coffeshop,” paparnya.

Upaya Neysa untuk mendongkrak teh membuahkan hasil. Kini Havaill Gourmet Tea telah dikenal dan banyak berkolaborasi dengan perusahaan ternama, seperti BRI, BCA, General Electric, Dharmawangsa Hotel, hingga Alibaba Indonesia. Kerja sama yang dilakukan beragam, salah satunya menghadirkan tea blend signature untuk pelanggan perusahaan tersebut.

Menurut Neysa, saat ini Havilla Gourmet Tea membidik segmen dewasa muda atau trend setter. Havilla Gourmet Tea ingin menghadirkan teh berkualitas tinggi atau premium, namun tetap bisa diterima di semua kalangan.

Dirinya pun turut mengajak kerja sama dengan para petani lokal, dengan bentuk kerja sama berupa pemberdayaan, pengembangan, dan pembinaan soft skill. Havilla Gourmet Tea tengah melakukan pemberdayaan petani lokal di koperasi binaan di Pekalongan, Jawa Tengah.

Baca Juga: Ide Bisnis Modal Kecil Minim Risiko, Nggak Perlu Takut

Exit mobile version