Kisah Santri Ponpes yang Jadi Kurir Teladan di JNE Tasikmalaya

Ahmad Nurmansyah saat mengantar paket kiriman untuk pelanggan yang berprofesi nelayan.

“Siang bekerja sedangkan malam mengaji di ponpes, itu artinya urusan dunia dan akhirat menjadi seimbang. Saya bangun sebelum Subuh, kemudian mengaji dan mempersiapkan diri untuk bekerja delivery paket.

Itulah rutinitas keseharian Ahmad Nurmansyah, seorang kurir dari JNE Cabang Utama Tasikmalaya, Jawa Barat. Sehari-hari dia ditempatkan di kantor cabang pembantu JNE Cipatujah yang berada di kawasan pesisir dan jauh dari pusat Kota Tasikmalaya. Berkat kerja kerasnya, dengan sukses antar dan kehadiran tertinggi Ahmad, terpilih sebagai kurir teladan untuk JNE Cipatujah.

Di JNE Cipatujah, saat ini ada sekitar 32 orang kurir di mana salah satunya adalah adalah Ahmad. Ia mulai bergabung menjadi kurir motor sejak September 2020. “Saya merasa bangga dan senang menjadi karyawan JNE. Memang sudah sejak lama ingin bekerja di JNE. Kalau siang hari saya mengantar paket kiriman ke customer, malamnya saya jadi santri mondok di Pesantren Al Ma’munul Hamidiyah,” ujarnya saat berbincang dengan JNEWS, Jumat (16/9/2022).

Meski pagi-siang bekerja dan malam harinya tinggal dan belajar di ponpes, Ksatria kelahiran Tasikmalaya 6 Oktober 2000 tersebut mengaku tidak merasa lelah, malah sebaliknya semangatnya untuk bekerja memberikan yang terbaik kepada perusahaan semakin terpacu.

Dengan area antar beberapa desa/kelurahan dalam sehari Ahmad santri ponpes berhasil mengantar puluhan bahkan ratusan paket saat kiriman sedang tinggi-tingginya. “Para customer mayoritasnya nelayan sepanjang Pantai Cipatujah. Banyak paket peralatan nelayan seperti lampu LED, alat pancing, tali jaring dan lain sebagainya. Mereka senang dengan keberadaan JNE, karena sangat membantu kehidupan mereka sebagai nelayan,” ucap karyawan yang  masih melajang ini.

Ahmad Nurmansyah, terpilih jadi kurir teladan dari JNE Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Selain ke kawasan pemukiman nelayan, Ahmad juga mengantar paket ke kawasan perkampungan lain yang kondisi jalannya masih berbatu ataupun tanah merah yang apabila turun hujan lumayan licin.

Selama hampir 2 tahun menjadi kurir banyak suka dan duka yang pernah dilaluinya, seperti masalah COD, karena menurutnya warga di area delivery-nya masih perlu diedukasi mengenai cara berbelanja online dengan baik terutama yang COD.

“Pantai Cipatujah ini terkenal dengan ombak dan gelombang yang cukup tinggi apabila cuaca sedang tidak bersahabat, itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai kurir karena banyak rumah mereka berada di bibir pantai, saya harus lebih berhati-hati agar paket tetap aman. Selain itu juga terkadang pas mau mengantar paket, orangnya lagi melaut,” terang Ahmad.

Agar mudah diterima dan dekat dengan para customer, dirinya selalu bersikap sopan dan santun, murah senyum serta berkomunikasi dengan bahasa yang baik. “Mayoritas ‘kan orang Sunda, jadi saya juga sering komunikasinya memakai bahasa Sunda halus,” ucap Ahmad.

“Terkait saya yang terpilih sebagai kurir teladan, sebenarnya banyak kurir yang sudah senior. Saya banyak dibantu dan belajar dari mereka. Namun, saat diberitahu menjadi kurir teladan, saya bersyukur dan tentu saja senang. Yang terpenting terus bekerja keras, rajin jangan terlambat masuk kantor dan penuh tanggung jawab terhadap paket yang kita bawa supaya customer puas,” tambah Ahmad yang sedang delivery di perkampungan nelayan saat dihubungi JNEWS. “Para nelayan sekarang juga sudah pada mengerti teknologi, banyak yang belanja online,” pungkasnya. *

Baca juga: Semangat Juang Kurir Teladan dari Kota Sorong

 

Exit mobile version