Kolaborasi Kementerian Perkuat Rantai Pasok dari UMKM, Koperasi, dan IKM

 

Bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM salin bersinergi untuk menghubungkan koperasi, IKM dan UMKM masuk dalam rantai pasok global. Tujuannya guna mendorong peningkatan ekspor serta penguatan subtitusi impor.

Isu strategis terkait rantai pasok menjadi perhatian, hal ini disebabkan rendahnya kemitraan koperasi, UMKM dan IKM terhubung dalam rantai nilai global (global value chain). Saat ini keterlibatan UMKM pada rantai pasok juga masih minim, hanya mencapai 6,3 % dalam rantai nilai global.

Hal tersebut mendorong pemerintah untuk mencari potensi-potensi pengembangan kemitraan antara koperasi dan UMKM/IKM dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta.

BACA JUGA : Holding BUMN Bisa Dorong Sentra UMKM di Luar Jawa

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan, salah satu upayanya ialah sinergi antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN, yang bertujuan untuk mendorong masuknya koperasi, UMKM dan IKM dalam rantai pasok BUMN.

Samsung Electronics Indonesia, melalui program Samsung Tech Institute (STI), mengadakan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) dengan mengedepankan kompetensi yang seimbang sebagai pedoman, guna mengevaluasi kompetensi serta kesiapan siswa STI sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha.

“Implementasi kegiatan ini, sebagai percontohan adalah kemitraan koperasi, UMKM dan IKM dengan enam BUMN, yakni PT Pertamina, PT PLN, PT Kimia Farma, PT Krakatau Steel, Perum Perhutani dan RNI (Persero). Untuk tahap awal ada sembilan,” kata Teten.

Menurut Teten sinergi ini sangat penting, karena merupakan salah satu upaya untuk mendorong, koperasi, UMKM dan IKM sebagai kekuatan ketahanan ekonomi, dalam rangka mendukung pertumbuhan yang berkualitas dengan sasaran utama peningkatan nilai tambah, daya saing, investasi, ekspor, substitusi impor dan perluasan lapangan kerja melalui penguatan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Kewirausahaan.

“Lebih dari 64 juta pelaku UMKM berkontribusi sebesar 97% pada lapangan kerja dan menyumbang sebesar 60% terhadap PDB nasional. Untuk ekspor nasional, UMKM baru mencapai 14%, sedangkan usaha besar yang jumlahnya hanya mencapai 0,01% mampu memberikan kontribusi hingga 86%.  Angka tersebut menunjukkan peran UMKM cukup signifikan dalam perekonomian nasional namun masih rendah dari sisi ekspor, untuk itu melalui sinergi ini diharapkan dapat memperkuat UMKM kita, sehingga dapat terhubung ke dalam global value chain,” tegas Teten.

BACA JUGA : Luhut Siapkan Stimulus BBI untuk Dongkrak UMKM dan IKM

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa pembangunan industri harus diarahkan pada 3 (tiga) prinsip, yaitu: 1) membangun industri yang mandiri dan berdaulat; 2), memacu industri yang maju dan berdaya saing, dan; 3) mewujudkan industri yang berkeadilan dan inklusif. Pemberdayaan dan peningkatan peran sektor IKM sangat membantu ketahanan industri manufaktur dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih

Peningkatan daya saing dalam rangka pemulihan UMKM/IKM tengah menjadi prioritas, khususnya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Upaya tersebut memerlukan usaha yang sangat keras, progresif dan kolaboratif dari seluruh pemangku kepentingan.

“Dalam rangka pemberdayaan IKM, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan berbagai program pembinaan dan pendampingan terhadap IKM agar mampu secara jumlah/volume dan kualitas untuk menjadi bagian dari rantai pasok industri dalam negeri dan global, baik melalui pengembangan ekosistem rantai pasok seperti link & match dan kemitraan dengan industri besar dan BUMN, maupun melalui ekosistem digital dengan masuk ke dalam platform marketplace dan juga ke pengadaan barang pemerintah dan BUMN”, kata Agus.

BACA JUGA : Peluang Bisnis IKM di Lingkaran Pemerintah

Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, Kementerian BUMN tidak berdiam diri dengan adanya krisis selama pandemi yang mengimbas 99% pelaku UMKM, karena realitanya UMKM adalah tulang punggung negara.

“Kita memastikan agar BUMN tidak menjadi menara gading, tetapi harus dekat dengan UMKM dan dekat kepada masyarakat. Seluruh BUMN yang ada di 12 klaster dengan 43 perusahaan sudah berkonsolidasi dimana kita meluncurkan PaDi UMKM, di situ kita sudah bertransaksi sebanyak 130 ribu transaksi dengan 9.600 UMKM yang terlibat dan menghasilkan nilai transaksi mencapai Rp10.3 triliun sampai Agustus kemarin,” ujar Erick.

 

Exit mobile version