Kopi Gayo Komoditas Unggulan Aceh yang Dilirik Pasar Global

kopi gayo aceh

Foto: Istimewa

JNEWS – Tanah Rencong Aceh memiliki berbagai komoditas hasil alam baik perkebunan maupun pertanian yang dari waktu ke waktu terus meningkat dan mendapat perhatian luar negeri. Di antara komoditas yang diminati asing adalah kopi Gayo dan juga minyak sawit mentah (CPO). Banyak pelaku UMKM yang memproduksi kopi Gayo di Aceh. Mereka sudah memasarkan ke seluruh Tanah Air dan juga ekspor ke luar negeri.

Menurut Penasihat Gubernur Aceh Bidang Investasi dan Hubungan Luar Negeri, Emi Syamsyumi, potensi sektor pertanian dan perkebunan di Aceh kini semakin mendapat perhatian dunia internasional. Komoditas unggulan seperti minyak sawit mentah (CPO) dan kopi Gayo menjadi daya tarik utama bagi investor luar negeri yang melihat Aceh sebagai salah satu daerah berpotensi besar dalam pengembangan pertanian dan perkebunan untuk ekspor.

“Potensi hasil pertanian dan perkebunan di Aceh saat ini sangat luar biasa. Dunia internasional kini mulai melirik Aceh, baik dari sektor CPO sawit maupun kopi Aceh yang telah dikenal mendunia,” ujar Emi Syamsyumi.

Sektor pertanian tambah Emi, merupakan salah satu kekuatan utama Aceh yang terus menarik perhatian investor dari luar negeri. Potensi sumber daya alam yang melimpah, dukungan iklim yang cocok, serta kualitas produk yang semakin diakui menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar global.

“Untuk itu pentingnya penguatan identitas dan merek dagang seperti kopi Gayo yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor unggulan Aceh. Selama ini jaringan brand kopi terkenal di dunia Starbucks, menggunakan biji kopi asal Gayo dalam produknya. Starbucks itu hampir 60 persen menggunakan biji kopi dari Gayo,” jelasnya.

Baca juga: Aming Coffee Pontianak, Kisah Kopi Legendaris yang Jadi Member JLC

Ia berharap dengan penguatan branding kopi Gayo, nilai jual kopi Aceh tidak stagnan dan mampu menembus pasar global dengan pengakuan yang layak. “Walau Starbucks ini menggunakan biji kopi asal Gayo, namun mereka melabelinya dengan kopi asal ‘Sumatra’ bukan ‘Gayo’. Jika hal ini terus dibiarkan, maka nilai jual kopi Gayo akan berhenti di situ saja,” tambahnya.

Emi Syamsyumi berharap, pemerintah bersama para pelaku usaha dapat memperkuat sinergi dalam meningkatkan daya saing kopi Gayo dan komoditas pertanian lainnya. Ia menegaskan, jika branding dan kualitas terus dijaga, maka Aceh berpeluang besar menarik investasi besar para pertanian yang berkontribusi bagi ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat Aceh sendiri. *

Exit mobile version