Jelajahi Keajaiban Arsitektur Kolonial di Kota Lama Semarang: Pesona Zaman Belanda yang Masih Tersisa

Kota Lama Semarang adalah salah satu destinasi wisata yang harus masuk ke dalam itinerary saat berkunjung ke kota ini. Keindahan arsitektur bangunan-bangunan yang sudah ada dari zaman Belanda memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Nuansa Eropa sangat kental di tiap sudut Kota Lama Semarang. Ini bisa dilihat dari bangunan peninggalan kolonial Belanda yang memiliki arsitektur khas seperti langit-langit tinggi, pintu dan jendela dengan ukuran besar, dan elemen yang dekoratif. Beberapa bangunan tersebut telah beralih fungsi menjadi restoran, coffee shop, museum 3D, kantor, tanpa mengubah bentuk aslinya.

Di tahun 2020, Kota Lama Semarang resmi ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya nasional. Hal ini bertujuan agar ke depannya, pelestarian terhadap kawasan ini terus dijaga. Beberapa bangunan pun telah direvitalisasi dan digunakan sebagai kantor, museum, dan kafe.

Ada segudang spot foto instagramable yang bisa dipilih. Bahkan, foto dengan latar belakang wisatawan dan kendaraan yang lalu-lalang tetap akan tampak estetik saat berada di kawasan ini.

Ingin berkunjung ke Kota Lama Semarang, pastikan mengunjungi bangunan-bangunan tua dengan arsitektur khas Eropa di bawah ini.

Menjelajahi 7 Bangunan Peninggalan Belanda di Kota Lama Semarang

1. Gereja Blenduk

Gereja Blenduk adalah primadona di kawasan Kota Lama Semarang. Gereja yang berdiri megah ini sudah ada sejak tahun 1753. Nama gereja ini dulunya adalah Nederlandsch Indische.

Bisa dikatakan gereja ini merupakan tempat ibadah tertua umat Kristen yang ada di Jawa Tengah. Di tahun 1894, gereja Blenduk direnovasi. Hasil renovasi bisa dilihat dari adanya penambahan dua menara besar yang ada di bagian depan.

Gerja ini masih digunakan hingga sekarang ini sebagai tempat beribadah. Jika berkunjung dan bertepatan ada ibadah, pastikan tidak mengganggu jalannya ibadah tersebut.

Apabila tidak ada ibadah, pengunjung diperkenankan masuk dengan membayar tiket untuk pemeliharaan sebesar Rp10.000 per orang. Gereja Blenduk buka dari Senin hingga Sabtu mulai pukul 09.00-16.00 wib. Sedangkan hari Minggu, mulai dibuka dari pukul 13.00-16.00 wib.

Jelajahi Keajaiban Arsitektur Kolonial di Kota Lama Semarang: Pesona Zaman Belanda yang Masih Tersisa
Sumber: koleksi foto pribadi Ranny Afandi

2. Gedung Spigel

Gedung Spigel selalu menjadi spot foto favorit para wisatawan. Bangunannya memiliki rangka langit yang tinggi, dicat berwarna putih, ada sebuah jendela tua yang posisinya di bagian atas pintu masuk dan tulisan Spigel dibuat melengkung di atas jendela. Sangat estetik!

Awal mula bangunan ini digunakan untuk menjual perlengkapan alat rumah tangga. Perusahaan penjualan alat ini didirikan di tahun 1895 oleh Tuan Addler. Zaman berganti, gedung Spigel pun dialihfungsikan menjadi kafe yang menjual aneka minuman kopi dan menu makanan ala Eropa.

Baca juga: 10 Makanan Khas Semarang dari Tahu Gimbal sampai Lumpia

3. Gedung Marba

Letak gedung Marba ada di seberang Taman Srigunting dan masih satu area dengan gereja Blenduk dan gedung Spigel. Bangunan ini memiliki ciri khas yang unik, yaitu dindingnya dicat warna merah-putih.

Dahulu, gedung ini adalah kantor usaha pelayaran, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Dinamakan menjadi gedung Marba, karena berdiri sekitar abad ke-19 diprakarsai oleh Marta Badjunet, warga Yaman yang kala itu adalah seorang saudagar kaya. Itulah mengapa gedung ini dinamakan Marba, sebagai singkatan dari nama Marta Badjunet.

Walaupun bagian depan bangunan ini sedikit retak, tapi keindahan arsitektur Eropanya masih nampak. Sekarang ini gedung Marba digunakan sebagai kantor salah satu law firm.

4. Gedung Marabunta

Diperkirakan gedung ini dibangun pada tahun 1824 dengan nama Schouwburg, yang dalam bahasa Belanda artinya adalah gedung teater. Gedung tersebut sering dijadikan sebagai tempat hiburan bagi warga Eropa yang dulu bermukim di Kota Lama. Berbagai hiburan ditampilkan di sini mulai dari sandiwara keliling dan sirkus yang populer di zaman itu.

Bangunan ini sempat terbengkalai di awal kemerdekaan. Seiring waktu karena tidak diurus, tepatnya tahun 1994, gedung ini pun roboh. Adalah Yayasan Rumpun Diponegoro yang kemudian melakukan revitalisasi dan rekonstruksi ulang bangunan ini tanpa mengubah bentuk aslinya.

Nama Marabunta diambil dari jenis semut asal Afrika yang masuk ke dalam kategori semut tentara. Secara keseluruhan bangunan ini memiliki gaya Indonesia-Eropa. Hadirnya pintu yang tinggi serta jendela lebar menandakan sebuah status sosial, kekuasaan dan kebesaran. Gaya kolonial sangat kental di arsitektur gedung Marabunta, ini bisa dilihat dari penggunaan kaca patri baik di jendela dan pintu.

Sekarang ini, gedung yang memiliki dua patung semut di bagian atasnya diharapkan penggunaannya bisa kembali seperti semula yaitu sebagai tempat pertunjukkan.

5. Gedung Oudetrap

Tak jauh dari taman Srigunting, berdiri megah gedung Oudetrap yang merupakan peninggalan zaman Belanda. Dulunya, gedung ini digunakan sebagai gudang rempah, cengkih dan gambir. Makanya, di zaman dulu gedung ini dikenal dengan nama gedung Gambir.

Sekarang ini, gedung telah direvitalisasi, dicat ulang dan digunakan sebagai pusat informasi Kota Lama milik pemerintah Kota Semarang.

6. Gedung Van Dorp

Gedung Van Dorp berdiri sejak abad ke-18. Di masa tersebut, Van Dorp adalah perusahaan penerbitan dan percetakan ternama di Indonesia. Nama lengkap perusahaan ini adalah NV. Drukkerij G.C.T Van Dorp & Co. . Oleh masyarakat dulu gedung tempat perusahaan ini dinamakan gedung merah karena cat merah mendominasi tembok bagian luar.

Lebih dari satu abad, Van Dorp mencetak bacaan bermutu untuk warga Hindia Belanda. Selain mencetak buku bahasa Belanda, mereka juga mencetak kitab bahasa Jawa dan Melayu.

Tahun 1950, Van Drop bangkrut dan tidak beroperasi lagi. Seluruh aset Van Dorp diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Di tangan pengelola baru, gedung ini masih berfungsi sebagai percetakan di bawah bendera PT. Karya Nusantara.

Di tahun 2017, gedung Van Dorp direvitalisasi menjadi Dream Museum Zone (DMZ). Museum ini menampilkan ratusan gambar seni tiga dimensi. Sebagai museum 3D Art, Dream Museum Zone memiliki 120 objek lukisan yang dibagi dalam 12 tema.

7. Rumah Akar Raksasa

Tidak lengkap rasanya ke Kota Lama Semarang jika tidak mengunjungi rumah akar raksasa. Ini adalah salah satu spot foto populer yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan.

Akar raksasa ini terletak di sebuah ‘gang’ kecil layaknya pemukiman pada umumnya. Yang menarik, akar ini menempel di sebuah rumah tua tepatnya di samping jendela kayu. Jika ingin mengambil foto selfie di sini, harus antri terlebih dulu karena area ini selalu ramai oleh wisatawan. Di dekat akar raksasa ada juga pintu zaman dulu dan tempat duduk desain Eropa yang bisa dijadikan spot foto.

Baca juga: Wisata Sejarah di Malang: Menyusuri Keindahan Arsitektur dan Warisan Kolonial

Menelusuri kawasan wisata ini bisa dilakukan dengan jalan kaki atau menyewa sepeda. Untuk lahan parkir, tersedia di beberapa titik jadi hindari parkir sembarang. Mau wisata kuliner? Di Kota Lama Semarang menyediakan berbagai tempat kuliner mulai dari menu tradisional, Jepang hingga western. Mau sekadar nongkrong pun bisa memilih dari kafe lokal hingga franchise internasional.

Exit mobile version