Lebaran ketupat adalah tradisi unik di Indonesia yang dirayakan sepekan Muslim di Pulau Jawa usai hari raya Idul Fitri. Di sejumlah wilayah tradisi ini kerap disebut dengan Syawalan.
Dalam Lebaran Ketupat masyarakat setempat berkumpul bersama untuk menikmati santapan kupat yang bersanding dengan sayur sambal goreng dan bubuk kedelai.
Selain menyantap makanan yang dibawa para warga, tradisi Syawalan juga diisi dengan saling memaafkan sesama warga.
Baca juga: 5 Tradisi Makan Bersama Masyarakat Indonesia Saat Lebaran
Laman resmi Pengadilan Agama Penajam menyebutkan Lebaran Ketupat bagi sebagian orang dimaknai perayaan untuk orang yang menjalankan puasa Syawal setelah berpuasa satu bulan selama Ramadhan.
Makna Filosofi Lebaran Ketupat
Hal ini sejalan dengan makna filosofi dari ketupat itu sendiri. Mengutip laman Kementerian Agama, ditilik dari bahasa Jawa, ketupat memiliki makna yang berarti jarwo doso (ngaku lepat) atau mengaku salah pada Allah SWT.
Artinya, tradisi ini menjadi salah satu cara umat Muslim untuk ingat kepada Allah SWT.
Janur pembungkusnya disebut janur jatining nur atau hari nurani. Sementara isi dari ketupat yaitu beras, melambangkan nafsu dunia.
Baca juga: Ucapan Alhamdulillah Pintu Pembuka Keberkahan
Sejarah Tradisi Ini
Masyarakat Jawa percaya tradisi Lebaran ini dikenalkan oleh salah satu Wali Songo, yaitu Sunnan Kalijaga. Ia membudayakan dua kali bakda, yakni bakda lebaran (Idul Fitri) dan bakda kupat (Lebaran Ketupat).
Melansir NU Online, budayawan Zastrouw Al-Ngatawi menjelaskan, tradisi kupatan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah lebih dulu berkembang di masyarakat Indonesia.
Kemudian, tradisi slametan dijadikan sarana untuk mengenalkan ajaran Islam akan cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi di hari Lebaran.
Baca juga: Daya Beli Masyarakat Naik saat Ramadan, Pedagang Kecil Bermunculan