Masa pandemi menjadi peluang Indonesia melakukan terobosan melakukan modernisasi kerja logistik dengan teknologi. Adapun terobosan modernisasi logistik yang dimaksud dengan Smart Logistic atau dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan istilah logistik cerdas.
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Aris Purwanto menilai pemanfaatan logistik cerdas ini dirasa penting, karena metode tersebut bisa menekan ongkos operasional dan pelayan untuk konsumen tetap prima. Menurut pendapat Aris, Indonesia saat ini menjadi negara dengan biaya logistik termahal di kawasan Asia.
Indonesia mencatat angka mencapai 24 persen dari produk domestik bruto. Angka tersebut memang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Vietnam yang hanya mencapai 20 persen dari PDB, Thailand 15 persen, Malaysia 13 persen, serta Jepang dan Singapura masing-masing 8 persen.
Baca Juga: Pekerjaan Lepas di Sektor Logistik Meningkat Selama Pandemi
Meski dinilai mampu menekan biaya logistik, bukan berarti logistik cerdas ini tidak memiliki tantangan. Sebagai pegiat pertanian, tantangan yang paling dominan dari fenomena smart logistic produk holtikultura adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk bermutu dan aman dengan harga terjangkau.
Keterlacakan produk terhadap produk pertanian yang dibeli menjadi salah satu metode yang dilakukan agar menciptakan situasi bisns yang jujur dan dapat dipercaya. “Misalnya dengan mengukur tingkat kemanisan buah apel dan mangga dengan memasang QR code pada buah tersebut,” ujarnya dalam keterangan pers.
“Kemudian jika ingin mengetahui tingkat kemanisannya kita tinggal scan QR code tersebut. Setelah itu hasilnya bisa dilihat di smartphone kita kurang dari 10 detik,” imbuhnya.
Masyarakat cerdas
Senada dengan Aris, Prof Pribadiyono dari Lembaga Sertifikasi Profesi Quantum HRM International juga memaparkan definisi dari logistik cerdas itu sendiri. Menurutnya, logistik cerdas juga bisa diartikan sebagai produk atau jasa yang tepat pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan dalam kondisi yang tepat.
Menurut pendiri Quantum HRM International tersebut, saat ini masyarakat sudah menjadi masyarakat 5.0, di mana masyarakat ini adalah masyarakat yang smart logistic dan masyarakat yang saling tergantung kepada sistem jeringan. Tujuan dari masyarakat 5.0 adalah untuk mewujudkan tempat dimana masyarakat dapat menikmati hidupnya.
Logistik cerdas terjadi karena adanya pergeseran dari rantai pasokan tradisional ke jaringan pasokan terbuka. Hubungan bisnis jangka panjang yang dibanjiri oleh koneksi bisnis jangka pendek, pasar logistik yang sangat dinamis dan kompleksitas jaringan logistik yang semakin maju membutuhkan metode, produk dan layanan baru.
Baca Juga: Kurir Sepeda Banjir Orderan Selama Masa Pandemi
Selain itu, aspek-aspek seperti fleksibilitas, kemampuan beradaptasi dan proaktif semakin penting dan hanya dapat dicapai dengan integrasi teknologi baru. Logistik memiliki standar performa yang harus dicapai. Tingkat performa yang dicapai dalam kegiatan logistik adalah terjadinya keseimbangan antara kualitas pelayanan yang diharapkan pelanggan dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Ia juga mengungkapkan cara mengelola perubahan SDM dalam smart logistik yaitu dengan re- engineering. “Kita perlu re-engineering artinya berpikir secara lateral, keluar dari jalan logika orang kebanyakan akan tetapi masih masuk akal. Berpikir dengan bergerak dari sisi pinggir yang tak terpikirkan orang lain,” tandasnya.