Menjadi seorang kurir JNE bukan pekerjaan yang mudah apalagi bagi mereka yang bekerja di zona merah atau rawan seperti jalanan rusak, pegunungan, area luar batas antar (LBA). Belum lagi faktor cuaca yang kadang sulit ditebak yang bisa saja hujan kapan pun itu.
Hal itu pun masih ditambah karakter costumer dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Namun hal tersebut tidak menyurutkan Marjini untuk tetap semangat mengantarkan paket sampai langsung ke tangan pelanggan.
“Tepatnya 4 januari tahun 2000 adalah hari pertama saya bergabung dengan JNE Bogor dimana jumlah karyawan masih berjumlah 4 orang yang harus men-delivery kiriman ke seluruh wilayah yang ada di kota/kabupaten Bogor yang luasnya mencapai kurang lebih 3,104.5 km², pastinya dengan jumlah karyawan yang masih terbatas mewajibkan setiap karyawan melakukan pekerjaan dengan multifungsi”, kenangnya.
“Paket JNE” teriak Marjini dari luar rumah, mengenakan seragam JNE dengan kendaraan roda dua, di atas kendaraan tersebut terdapat dua saddle bag. Di dalamnya terdapat berbagai paket beragam ukuran yang siap diantar ke pelanggannya. Marjini selalu menyapa dengan senyum mengembang dan semangat kepada setiap pelanggan yang dia temui.
Menurut Bapak ber-anak 4 ini, menjadi seorang kurir ini penuh dengan tantangan, apalagi seperti yang kita ketahui Bogor dijuluki sebagai “Kota Hujan”. Julukan itu karena Bogor adalah sebagian besar berupa dataran tinggi.
Perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung termasuk dalam sifat jenis batuan relatif mengandung air. Dengan struktur tanah berkemampuan meresap air hujan yang tergolong besar, maka Bogor menjadi kota yang sering dikategori kan sebagai kota hujan.
Oleh karena itu Marjini harus memastikan setiap hendak berangkat men-delivery kiriman-kirimannya agar aman dari hujan. ”Kadang kita merasa was-was dan berdo’a semoga tidak turun hujan, jika turun hujan kita harus benar-benar ekstra menjaga kiriman yang kita bawa”. ungkapnya.
Tak berhenti disitu, tantangan lainnya yaitu faktor sinyal sebab beberapa desa di kabupaten Bogor ini tidak mendapat sinyal, ketika hendak menghubungi atau konfirmasi kepada pelanggan kerap kali tidak ada tanggapan. Beruntungnya, Marjini bersemangat dan bekerja dengan nalar, ketika pelanggan tidak respon biasanya Marjini akan bertanya dengan warga sekitar atau paling tidak pemuka masyarakat seperti, RT setempat.
meski diakui tantangan tidak berhenti sampai disitu, kadang nama penerima pun tidak jelas dan hanya mencantumkan nama depan sehingga warga disana pun tidak familiar dengan penerima paket.
Namun, menjadi kurir tidak hanya soal tantangan dan kesulitan. Marjini mengungkapkan, menjadi kurir adalah tugas mulia. ”Saya ingat dan paham betul, bagi konsumen yang tinggal di daerah pelosok, ketika kami mengantarkan paket yang ditunggu oleh konsumen.
Kadang ketika barang mereka datang mereka pun senang bukan main, karena ini adalah amanah yang harus segera diantarkan, karena itu saya selalu semangat mengantar paket ke pelanggan,” paparnya.
“Hati kecil saya bekata saya harus kuat dan bekerja maksimal dengan kemampuan yang saya miliki, hal ini saya lakukan tidak lain hanya berharap semoga JNE bisa terus berkembang dan menjadi perusahaan Expedisi terdepan, karena sesuai visi perusahaan yaitu, menjadi perusahaan rantai pasok global terdepan di dunia”, ucapnya.
Marjini menyadari, menjadi jasa pengiriman barang ternyata tidaklah mudah. Selain memastikan paket dalam keadaan sempurna tanpa ada sedikit kerusakan, juga harus tepat waktu.
Keadaan inilah yang memacunya untuk menghafal seluruh medan di wilayah tempatnya bekerja. Menurut Marjini, hal yang sangat membahagiakan ketika barang sampai ke pelanggan tepat waktu dan membuat pelanggan tersebut tersenyum bahagia, ”karena senyum adalah ibadah dan membawa berkah buat saya pribadi”. ungkapnya.
Marjini pun yakin bahwa berbagi kebahagiaan tidak hanya bisa diukur dengan finansial. Cukup membuat orang lain tersenyum juga sudah menjadi berkah tersendiri baginya. “Ini merupakan berkah, karena membuat orang lain tersenyum juga pahala buat saya. Jadi ini yang menjadi motivasi saya untuk selalu berusaha mengantar barang dengan tepat waktu,” tambah Marjini.
“Kebahagiaan pelanggan adalah kebahagiaan kita, sesuai dengan tagline JNE yaitu, “Connecting Happiness” yang berarti mengantarkan kebahagiaan. Saya bahagia karena tugas mengantarkan barang sampai ke customer, penerima juga bahagia karena barang yang dibelinya sudah sampai,” tandas Marjini.
Langkah untuk terus memberikan kualitas pelayanan prima kepada seluruh pelanggan yang dilakukan Marjini berbuah manis. Jumlah pengiriman JNE Bogor meningkat setiap tahunnya sejak 2009 sampai dengan saat ini yang masih konsisten dengan pertumbuhan pertahun rata-rata sebesar 30%.
Bagi Marjini JNE bukan sekedar tempat mencari nafkah, tapi juga sebagai rumah kedua yang harus dijaga nama baiknya dimanapun berada. Sebagai tambahan saat ini Marjini diberikan amanah untuk menjadi kepala HUB Parung yang mencakup area delivery Parung, Ciseeng, Gunung Sindur.
Baca juga : Ibu Wida, Salah Satu Cerminan Kartini Di Masa Pandemi