Panduan Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati

JNEWS – Wali  songo dikenal sebagai tokoh sentral dalam penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Makam para wali ini kerap dijadikan sebagai wisata religi oleh umat muslim. Salah satu yang ramai dikunjungi baik umat muslim dan nonmuslim adalah makam Sunan Gunung Jati.

Dikutip dari website resmi Kabupaten Cirebon, makamnya berada di kompleks makam Astana Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kompleks makam ini selalu ramai pengunjung setiap hari, tidak terbatas di waktu tertentu saja.

Ketika memasuki area komplek, peziarah akan disambut dengan ornamen-ornamen keramik khas Tiongkok. Ornamen tersebut banyak terpasang di gapura hingga dinding komplek pemakaman. Menariknya, ornamen tersebut berasal dari Tiongkok dan dibawa langsung oleh Putri Ong Tien yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati.

Di salah satu area komplek tersebut, bersemayam jenazah sang putri. Area makam sang putri pun kental dengan ornamen-ornamen tersebut. Kehadiran makam inilah yang membuat para peziarah tidak hanya dari kalangan muslim saja tetapi ada dari Buddha hingga Konghucu.

Sejarah Singkat Sunan Gunung Jati

Panduan Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati
Sumber: berita7

Syekh Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati lahir di Cirebon pada tahun 1448 M. Masa mudanya dihabiskan untuk belajar di berbagai negara seperti Makkah, Mesir hingga Baghdad. Menyiarkan ajaran Islam adalah caranya dalam melanjutkan perjuangan ayahanda, Syarif Abdullah, seorang mubaligh terkenal di masa itu.

Ibunda dari Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda’im) yang merupakan putri dari Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja atau dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Siapa yang tidak kenal dengan Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Pajajaran dan terkenal sebagai pemimpin yang memegang teguh kesetaraan dalam kehidupan sosial.

Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati memiliki cara yang sederhana agar bisa diterima oleh masyarakat yaitu dengan pendekatan sosial budaya. Selain itu, beliau juga menjalin hubungan baik dengan tokoh wali songo lainnya di kawasan Masjid Demak.

Perjalanan dakwah dan belajar, membuatnya tidak hanya menjadi seorang pendakwah saja tapi juga politikus dan budayawan. Selama hidupnya, Sunan Gunung Jati mendedikasikan diri melakukan dakwah hingga wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun.

Baca juga: Panduan Wisata Religi: Mengunjungi Makam Wali Songo

Panduan Wisata ke Makam Sunan Gunung Jati

Sumber: Kompas

Berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan oleh wisatawan. Mulai dari pintu apa saja yang bisa dilewati, jam buka hingga fasilitas di dalamnya. Berikut ulasannya.

1.    Kenali 9 Pintu

Daya tarik dari makam Syekh Syarif Hidayatullah ini adalah 9 pintu, yaitu Pintu Pasujudan, Krapyak, Gapura, Jinem, Ratna Komala, Rararoga, Kaca, Teratai, dan Bacem. Sembilan pintu tersebut memiliki akses khusus dan dijaga ketat oleh petugas keamanan.

Untuk peziarah, hanya diizinkan sampai ke pintu ke-3 saja yang berada di serambi depan Pesambanganan. Selanjutnya, untuk pintu ke-4 hingga ke-9 hanya diperuntukkan bagi keluarga Kesultanan Cirebon dan keturunan Sunan Gunung Jati.

Adapun pintu Gapura merupakan pintu awal untuk memasuki area kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati. Untuk pintu ketiga namanya pintu Pasujudan. Sedangkan lokasi dari makam Sunan Gunung Jati ada di pintu ke-9 yakni pintu Teratai.

Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam makam dari Sunan Gunung Jati. Alasan utamanya karena di dalam kompleks tersebut terdapat benda-benda berharga yang memiliki nilai sejarah.

Di dalam kompleks pemakaman ini juga bersemayam jenazah Pangeran Fatahillah yang merupakan menantu Sunan Gunung Jati, makam ibundanya yakni Nyi Mas Rara Santang, makam istri, anak-anak serta keluarga lainnya.

2.    Kawasan 7 Sumur

Di area komplek pemakaman juga terdapat 7 sumur yang kerap digunakan peziarah untuk mandi dan mengharapkan keberkahan. Masing-masing sumur tersebut memiliki filosofi serta khasiat yang baik bagi tubuh. Mulai dari bisa memulihkan kesehatan, kesejahteraan hidup, urusan asmara, dan lain-lain.

3.    Fasilitas

Karena selalu dipadati oleh peziarah dari berbagai daerah hingga sering mengadakan ritual seperti Grebeg Syawal dan Grebeg Rayagung, membuat fasilitas di komplek makam Sunan Gunung Jati terbilang memadai.

Tersedia area parkir cukup luas untuk menampung kendaraan pribadi maupun bus yang digunakan oleh rombongan. Musala yang nyaman, banyak toilet, deretan warung penjual makanan hingga suvenir.

Jadi, berada di area ini tidak khawatir merasa lapar karena bisa mampir di warung makan juga urusan kebersihan.

4.    Lokasi, Transportasi dan Rute

Alamat lengkap dari komplek makam Sunan Gunung Jati berada di Jl. Alun-Alun Ciledug no. 53, Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Umumnya, peziarah yang datang selalu bersama rombongan menggunakan bus. Setelah berada di area parkir, cukup jalan kaki saja untuk tiba di area makam.

Area kompleks ini mudah dijangkau baik menggunakan kendaraan umum dan pribadi. Untuk yang menggunakan moda transportasi umum, lokasinya berjarak kurang lebih 4.5 km dari Stasiun Cirebon. Peziarah bisa melanjutkan perjalanan dengan kendaraan umum lain menuju Jl. Pasundan hingga tiba di lokasi makam. Gerbang masuk area makam ditandai dengan tugu warna merah bata.

Apabila menggunakan kendaraan pribadi dengan titik awal Alun-Alun Cirebon, jarak tempuh ke lokasi area pemakaman sekitar 4.9 km dan waktu tempuhnya 10 menit melalui Jl. Siliwangi dan Jl. Raya Cirebon.

Karena ramainya peziarah yang datang setiap hari, kompleks makam Sunan Gunung Jati dibuka 24 jam. Tidak ada biaya khusus untuk memasuki area ini. Namun, peziarah bisa bersedekah melalui kotak infaq atau juru kunci makam.

5.    Tip Berziarah

Mengunjungi komplek makam Sunan Gunung Jati ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti cara berpakaian hingga sopan santun. Berikut beberapa tip yang bisa diterapkan:

Baca juga: Masjid Agung Demak: Sejarah dan Daya Tarik Pusat Penyebaran Islam di Jawa

Mengunjungi makam Sunan Gunung Jati sebagai bagian dari wisata religi, bisa mendatangkan ketenangan dan meningkatkan spiritualitas. Selain itu, peziarah juga bisa belajar tentang sejarah penyebaran agama Islam yang dilakukan beliau di komplek pemakaman ini.

Exit mobile version