Menikmati 9 Makanan Khas Solo yang Paling Dicari

JNEWS – Solo terkenal sebagai kota yang kental dengan budaya Jawa. Bahkan setiap bulan selalu hadir beragam festival budaya yang menjadi magnet bagi para wisatawan. Tak sampai di situ saja, makanan khas Solo populer dengan cita rasanya yang khas dan kerap menjadi incaran para pencinta kuliner.

Kota yang memiliki slogan The Spirit of Java ini kian bersolek. Berbagai destinasi wisata direvitalisasi, bahkan ada bagian sudut kota dihiasi ornamen-ornamen khas Jawa yang dipadu dengan mural. Belum lagi ditambah beragam event budaya dan hiburan yang selalu meramaikan agenda bulanan di kota Solo.

Seiring ‘berbenahnya’ kota Solo, kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara meningkat tajam. Setiap akhir pekan, berbagai destinasi wisata hingga tempat makan tidak pernah sepi pengunjung.

Menikmati 9 Makanan Khas Solo Legendaris dan Populer

Di balik meriahnya event budaya, bangunan-bangunan direvitalisasi, pesona kuliner khas kota Solo tetap menjadi primadona. Hal ini bisa dilihat di berbagai tempat makan yang menyajikan kuliner legendaris selalu ramai.

Tak hanya menyajikan seporsi kelezatan dari rempah-rempah pilihan, tetapi beragam kuliner tersebut lahir dari kreativitas dipadu kekayaan rempah Nusantara dan telah melalui sejarah cukup panjang.

Bagi yang akan berlibur ke Kota Bengawan, berikut adalah sejumlah makanan khas Solo yang legendaris dan kerap dicari para wisatawan.

Menikmati 9 Makanan Khas Solo yang Paling Dicari

1. Tengkleng

Ke Solo rasanya tidak afdal apabila tidak mencicipi tengkleng. Kuliner ini lahir dari kreativitas warga Solo dalam menghadapi kondisi tidak menyenangkan di masa penjajahan Jepang.

Di masa itu, bahan pangan menipis membuat kaum kecil terpaksa mesti mengolah apa pun yang ada di dapur untuk menjadi sebuah hidangan mengenyangkan bagi keluarga. Masyarakat Solo pun memutar otak untuk bisa bertahan hidup termasuk mengolah limbah pangan seperti limbah kambing, yakni tulang dan jeroan.

Bagian daging kerap dihidangkan untuk para tuan dan nyonya Belanda serta para kaum bangsawan. Melihat limbah kambing hanya terbuang percuma, masyarakat pun mengolah dengan menambahkan bumbu seperti jahe, kunyit, serai, daun jeruk, lengkuas, daun salam, cengkeh, dan rempah lainnya. Hingga tersajilah seporsi tengkleng.

Baca juga: Menyusuri 3 Pasar Tradisional Solo: Tempat Terbaik Mencari Oleh-Oleh Autentik

2. Cabuk Rambak

Nama makanan khas Solo yang satu ini cukup unik, cabuk rambak. Kata cabuk mengacu pada saus dengan bahan utama wijen putih yang digunakan dalam kuliner ini. Sedangkan rambak adalah kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau.

Seporsi cabuk rambak memiliki cita rasa gurih dan lezat berasal dari campuran saus bahan wijen, kelapa parut sangrai serta aneka bumbu lainnya. Sayangnya semakin sulit menemukan penjual cabuk rambak ini. Biasanya penjual kuliner ini menjajakan di pinggir jalan atau bisa ditemukan di Pasar Gede.

3. Lenjongan

Dikutip dari website resmi Pemerintah Kota Surakarta, lenjongan adalah nama bagi beragam jajanan pasar yang umumnya terbuat dari singkong.

Biasanya lenjongan disajikan dalam sebuah pincuk kecil yang berisi gendar, klepon, sawut, jingkong, gatot, getuk, tiwul, cenil, ketan hitam, ketan putih, jagung (grontol) lalu ditaburi parutan kelapa atau gula merah cair (ada juga yang menggunakan gula putih halus).

Lenjongan tidak menggunakan pengawet ataupun pewarna buatan. Semua berasal dari bahan alami. Bagi warga Solo, lenjongan termasuk jajanan favorit. Menariknya, pembeli bisa memilih jajanan sesuai selera, misalnya ingin makan gatot, tiwul atau klepon saja. Jadi, tidak ada pakem khusus harus semuanya ada dalam satu porsi.

Perihal rasa, semua jajanan lenjongan memiliki kesamaan yakni isinya kenyal-kenyal serta manis. Seporsi lenjongan dijual mulai dari Rp3.000. Menemukan jajanan pasar ini bisa ditemui di berbagai pasar tradisional. Salah satu pasar yang populer dengan jajanan ini adalah Pasar Gede.

4. Selat Solo

Selat Solo adalah salah satu kuliner yang hampir serupa dengan makanan ala Eropa. Kuliner ini hasil kreasi yang melibatkan modifikasi makanan Eropa yang disajikan di zaman dulu untuk raja-raja Kasunanan Solo.

Sejarah di balik makanan khas Solo ini dimulai ketika masa penjajahan Belanda. Orang-orang Eropa yang datang ke Indonesia membawa bahan makanan serta teknik memasaknya. Sayangnya, tidak semua hidangan ala Eropa bisa diterima oleh lidah kaum priyayi di Kasunanan Surakarta yang identik cita rasa manis.

Untuk menyesuaikan rasa steak dengan selera lokal, maka hadirlah selat Solo. Penggunaan kecap di kuliner ini untuk memberikan cita rasa manis yang kuat sebagai substitusi kecap Inggris dan mayones. Adapun nama selat berasal dari kata Belanda yakni “slachtje” artinya salad.

5. Timlo

Timlo adalah sup ayam bening khas kota Solo. Seporsi timlo berisi irisan ati ampela ayam, irisan sosis Solo, irisan dadar gulung, telur pindang, ayam goreng suwir dan bihun. Kuahnya bening, encer tetapi gurih karena berasal dari kaldu ayam. Cara makannya bisa disantap bersama nasi dipisah atau dicampur seperti soto.

Konon, timlo Solo berasal dari tradisi makanan berkuah di kalangan etnis Tionghoa yang bernama sup kimlo. Namun, bagi orang Jawa melafalkan kimlo menjadi timlo karena dialeknya. Menurut catatan sejarah, makanan khas Solo ini telah hadir sebelum Indonesia merdeka tepatnya di abad ke-19.

6. Nasi Liwet

Nasi liwet kerap disantap di pagi atau malam hari. Tidak sulit menemukan penjual nasi liwet. Ada yang menjajakannya dari rumah ke rumah dengan sepeda, ada yang jual di pinggir jalan hingga tempat makan sederhana. Makanan khas Solo ini berupa nasi gurih yang dibuat menggunakan air santan.

Berbeda dengan nasi liwet dari Tanah Sunda, ciri khas sego liwet khas Solo adalah nasi dengan bumbu gurih yang disiram dengan kuah sayur labu siam, ditambah suwiran ayam, areh santan dan telur. Biasanya penjual sering menyediakan lauk tambahan seperti tahu-tempe-telur bacem, ayam goreng, hati ampela, dan aneka gorengan lainnya. Penyajiannya tak kalah menarik yakni menggunakan daun pincuk.

Menurut sejarah, nasi liwet berasal dari masyarakat desa Menuran, Kabupaten Sukoharjo. Masyarakat desa menjual nasi liwet seperti makanan pada umumnya. Ternyata nasi liwet tersebut bisa diterima di lidah masyarakat Solo. Seiring waktu, hidangan ini disukai banyak orang dan menjadi menu andalan khas Kota Solo.

7. Tahok

Tahok adalah makanan khas dari Tiongkok. Di berbagai daerah tahok memiliki penyebutan yang berbeda. Kendati bisa ditemukan juga di daerah lain, tetapi makanan ini diyakini pertama kali masuk ke Indonesia di kota Solo. Konon, makanan ini di zaman dulu hanya disantap oleh masyarakat Tionghoa yang bermukim di Pulau Jawa.

Tahok berasal dari kata tao artinya kacang kedelai, sedangkan hoa berarti lumat. Jadi, tahoa adalah kacang kedelai yang dihaluskan. Tekstur tahok ini seperti tahu sutera dan disajikan bersama kuah jahe hangat.

Cita rasa segar dari jahe ditambah manis dari gula merah dan sari kedelai membuat makanan khas Solo ini bisa disantap siapa pun. Menemukan tahok sudah cukup langka di Solo.

8. Jadah Blondo

Jadah adalah makanan tradisional yang populer di daerah Jawa Tengah. Bahan utama pembuatannya adalah ketan. Bahkan, kudapan ini menjadi menu penting di dalam acara pernikahan. Hal ini karena jadah menjadi simbol keluarga kedua calon pengantin yang bersatu serta rukun, layaknya ketan yang awalnya sendiri yang kemudian menyatu menjadi jadah.

Sedangkan blondo merupakan ampas santan yang diperoleh dari proses pembuatan minyak kelapa. Biasanya blondo kerap diolah menjadi beragam hidangan. Blondo berwarna cokelat dengan bentuk gumpalan kecil. Rasanya gurih dan sedikit manis. Menariknya, pengolahan blondo membutuhkan waktu kurang lebih tujuh jam.

9. Serabi Solo

Serabi adalah kudapan tradisional khas Solo yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Makanan ini beberapa kali disebutkan dalam Serat Centhini yang ditulis oleh para pujangga Kasunanan Surakarta pada tahun 1814 hingga tahun 1823 atas perintah dari Pakubuwana V.

Serabi khas Solo berbentuk bulat seperti piring dan sedikit ada kerak di pinggirannya. Teksturnya kenyal tapi lembut, cita rasanya gurih dan legit. Pembuatan serabi hingga saat ini masih menggunakan cara tradisional yakni dengan wajan kecil yang dipanaskan dengan tungku arang.

Baca juga: Arsitektur Keraton Solo: Jendela Menuju Warisan Budaya Jawa

Deretan makanan khas Solo di atas membuktikan bahwa pangan lokal bisa diolah dengan kreativitas menggunakan rempah Nusantara menghasilkan seporsi hidangan yang lezat. Kekayaan kuliner Kota Solo yang lahir dari akulturasi budaya dan melalui sejarah panjang, memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi wisata gastronomi.

Exit mobile version