JNEWS – Setiap suku di Indonesia memiliki senjata tradisional dengan ciri khas yang unik. Senjata tersebut masih eksis hingga saat ini bahkan ada replikanya di berbagai museum Indonesia. Dari Pulau Kalimantan, mandau Dayak merupakan senjata tradisional yang hadir sejak abad ke-17.
Senjata tradisional memiliki beragam fungsi, bentuk, ukuran, bahan, dan ukiran. Bahkan di balik tajamnya senjata tersebut, tersimpan filosofis serta kekuatan spiritual yang dipercaya secara turun temurun.
Fakta Menarik Mandau Dayak
Siapa yang tak kenal dengan Suku Dayak? Suku yang mendiami Pulau Kalimantan sejak ribuan tahun lalu ini tersebar di lima provinsi dan memiliki populasi cukup besar.
Dikutip dari website Kebudayaan Kemdikbud, apabila ditinjau dari asal usul tempat tinggal, suku Dayak merupakan keturunan imigran dari Provinsi Yunnan di Tiongkok Selatan. Sebagian besar kelompok ini menyeberang ke Semenanjung Malaysia kemudian menyeberang ke bagian utara Kalimantan.
Suku Dayak memiliki tradisi dan budaya yang unik dan masih lestari hingga sekarang. Tak hanya itu saja, suku ini dikenal ahli dalam peperangan. Mereka berhasil menyingkirkan bangsa-bangsa lain yang datang ke Pulau Kalimantan menggunakan senjata ini.
Sebagai senjata tradisional suku Dayak, mandau terdiri dari dua bagian, yakni bilah dan sarung yang kerap disebut kumpang. Berikut ini sejumlah fakta menarik dari senjata tradisional dari suku Dayak.
1. Bahan Pembuat
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak sembarang orang bisa membuat senjata tradisional seperti ini. Senjata ini dibuat oleh seorang pandai besi dan juga memiliki kekuatan untuk ‘mengisinya’ dengan roh nenek moyang. Hal ini membuat yang menggunakannya bisa memiliki kekuatan tambahan.
Ketajaman bilah pisau ini tidak diragukan lagi. Di zaman dahulu, saat perang, mandau kerap digunakan untuk mengalahkan musuh.
Bahan pembuatnya dari batu khusus yang berjenis mantikei. Jadi, batu ini mempunyai unsur besi yang sangat dominan. Namun, seiring perkembangan zaman, senjata ini diproduksi dari bahan logam.
Baca juga: 15 Senjata Tradisional Aceh: Warisan Budaya dan Penggunaannya
2. Fungsi Bagian Mandau
Bilah
Seperti yang ditulis di atas, bahan pembuatan mandau Dayak yang asli dan tua adalah dari batu mantikei. Bilahnya berbentuk panjang dan pipih laiknya parang serta bagian ujung yang runcing. Adapun panjangnya sekitar 66,5 cm dan lebar 3,5 cm.
Sama halnya dengan pisau, salah satu sisinya diasah tajam, sementara bagian lain sedikit tebal dan tumpul. Di bagian punggung bilah, ada ukiran yang membuatnya tampak unik dan indah. Ukiran tersebut terbuat dari tembaga.
Menurut kepercayaan di sana, ukiran di bagian punggung bilah berfungsi sebagai penangkal pengaruh jahat yang akan mengganggu pemilik senjata tersebut.
Gagang atau Hulu
Umumnya gagang mandau Dayak terbuat dari tanduk rusa yang kemudian diukir menyerupai bentuk kepala burung. Di ujung gagang tersebut kerap diberi hiasan seperti rambut manusia atau bulu binatang.
Adapun bentuk dan juga ukiran dari gagang memiliki fungsi sebagai pembeda tempatnya dibuat, status sosial pemiliknya hingga suku.
Sarung
Pembungkus atau sarung umumnya terbuat dari lempengan kayu tipis. Di bagian tengah pembungkus dan bawah, ada anyaman rotan yang berfungsi penguat apitan.
Untuk bagian dalam sarung biasanya berbentuk mata mandau dan bagian luar dibentuk sesuai dengan ukurannya. Sarung ini dilengkapi dengan pelepah ukor (sejenis tumbuhan pala).
Aksesori
Aksesori yang digunakan di senjata tradisional ini berupa manik-manik, bulu burung hingga jimat. Selain itu, senjata ini juga dilengkapi dengan pisau kecil bersarung kulit yang diikat di sarung.
3. Memiliki Kekuatan Gaib
Tak hanya sebagai senjata tradisional, mandau Dayak sudah dianggap sebagai benda keramat karena digunakan secara turun temurun. Menariknya, setiap bagian di suku Dayak memiliki orang yang bisa menggunakan ilmu mandau terbang.
Bukan berarti senjatanya terbang, tapi penggunanya yang tak kasat mata. Ilmu ini diwariskan turun temurun. Di ilmu ini, ada dua jenis dan memiliki tingkat kekuatan berbeda.
Pertama, ilmu berasal dari kekuatan manusia. Ilmu ini membuat orang yang menggunakan senjata tersebut seolah menghilang, sehingga mandaunya terlihat seperti melayang.
Kedua, ilmu dengan tingkatan lebih tinggi. Mandau tersebut digunakan oleh bangsa jin atau makhluk tak kasat mata. Untuk mendapatkan ilmu ini, harus melakukan serangkaian ritual. Namun, umumnya ilmu ini bisa diturunkan langsung oleh leluhur.
4. Simbol Kepemimpinan
Pemilik mandau Dayak kerap dianggap mempunyai status sosial tinggi di dalam masyarakat suku Dayak. Senjata ini menjadi simbol kepemimpinan, kebesaran, dan juga keberanian.
5. Harga Mandau
Mandau Dayak asli yang terbuat dari mantikei harganya mulai dari Rp1.000.000. Mandau asli yang berusia sudah tua dan diwariskan turun temurun, harganya bisa mencapai Rp20.000.000.
Namun, ada juga yang untuk oleh-oleh dengan gagang kayu. Harganya berkisar Rp50.000 sampai Rp500.000 tergantung dari besi yang digunakan dan tingkat kerumitannya.
Makna dan Filosofis di Balik Mandau Dayak
Tak sekadar senjata yang digunakan baik untuk perang di masa lampau, untuk memburu binatang hingga keperluan rumah tangga, mandau Dayak memiliki makna dan filosofis mendalam.
1. Gambaran Relasi Manusia dan Alam
Ukiran yang ada di bilah dan gagangnya digambarkan sebagai relasi antara manusia dan alam. Bagaimana manusia dan alam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Bahan didapat dari alam dan manusia yang menggunakannya. Filosofi inilah membuat senjata ini begitu dihormati dan dianggap sakral.
2. Tidak Boleh Digunakan Sembarangan
Kendati dianggap sebagai senjata yang cukup mematikan, mandau tidak boleh digunakan sembarangan apalagi untuk mengancam orang lain. Penggunanya hanya bisa menggunakan senjata ini untuk membela diri. Dari fungsi tersebut menunjukkan bahwa pentingnya mandau dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak.
Selain itu, senjata ini juga tidak boleh dilepas dari sarung secara sembarangan. Karena menurut kepercayaan Suku Dayak, saat keluar dari sarung, maka akan ada korban yang terbunuh. Hal inilah membuat yang memilikinya harus ekstra hati-hati dalam menahan diri untuk menggunakannya.
3. Bagian Kreativitas
Zaman dahulu, Suku Dayak tidak mengenal tulisan. Jadi, mereka menuangkan nilai-nilai hidup dalam bentuk karya seni dalam senjata ini. Karena itu, mulai dalam bentuk, cara memilih bahan hingga ukirannya, ada cerita dan mitologi Dayak di baliknya.
4. Nilai Spiritual
Lantaran memiliki kekuatan magis dan mampu melindungi pemiliknya dari roh jahat, benda pusaka ini juga kerap digunakan dalam rangkaian upacara adat sebagai medium untuk berkomunikasi dengan roh leluhur.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Budaya dan Tradisi Masyarakat Adat di Kalimantan Utara
Mandau Dayak telah menjadi identitas budaya Dayak dan bangsa. Senjata tradisional ini juga menunjukkan simbol kehidupan dan tanggung jawab agar bisa terus dijaga serta tidak boleh digunakan secara sembarangan.